15 Indonesia dan juga menentang Uni Indonesia-Belanda yang dianggap sebagai
simbol provokatif atas suatu kemerdekaan yang terbatas. Keinginan presiden Soekarno yang disampaikan dalam pidato
umumnya ditolak oleh Perdana Menteri Mohamad Natsir dengan menyatakan bahwa hanya kabinetlah yang berhak menentukan apakah Presiden yang
mengemukakan secara umum kebijakan luar negeri yang terpenting atau tidak. Pertentangan konsitusional ini dimenangkan oleh Mohamad Natsir, tetapi
presiden Soekarno berhasil menggunakan pengaruhnya kepada kekuatan oposisi di parlemen untuk menjatuhkan kabinet Natsir. Oleh karena itu,
pengganti kabinet Natsir mengambil posisi yang lebih keras terhadap pemerintahan Belanda.
15
2. Usaha Diplomasi Kabinet Ali Sastroamijoyo I
Pada tanggal 30 Juli 1953, Ali Sastroamijoyo diangkat menjadi Perdana Menteri menggantikan Mohammad Natsir yang mengundurkan diri.
Kabinet Ali I mempunyai 4 program pokok, yaitu:
16
a. Dalam negeri meningkatkan keamanan dan kemakmuran dan segera
melaksanakan pemilu b.
Pembebasan Irian Barat secara cepat c.
Luar Negeri melakukan politik bebas aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
d. Penyelesaian pertikaian politik.
15
Baharuddin Lopa, op.cit, hlm. 58.
16
Moedjanto .G, op.cit, hal 90
16 Dalam masalah Irian Barat Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo I
menerapkan kebijakan politik luar negeri Indonesia yang kuat. Perjuangan diplomasi untuk mendapatkan Irian Barat kepangkuan Indonesia menjadi
prioritas kerja pemerintahannya. Perdana Menteri Ali berusaha keras mencari dukungan internasional untuk membantu Indonesia dalam menyelesaikan
sengketa dengan Negara Belanda yang tetap bersikeras atas masalah Irian Barat yang tetap dianggapnya sebagai internal question. Sikap keras
pemerintah Belanda yang tetap bersikukuh bahwa Irian Barat merupakan wilayahnya telah mendorong pemerintah Indonesia untuk bertindak lebih
tegas.
17
Perundingan Bilateral yang dilakukan antara pemerintah Indonesia dengan Belanda di Den Haag tidak pernah mendapatkan suatu kemajuan yang
berarti. Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo I kemudian membawa masalah Irian Barat dalam Sidang Umum PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada
tahun 1954, PBB mengadakan Sidang Umum yang ke IX dan membahas permasalahan Irian Barat yang disengketakan antara Indonesia dan Belanda.
Akan tetapi usaha diplomasi ditingkat internasional ini tidak berjalan lancar karena Sidang Umum PBB tidak mencapai suara mayoritas 23 dari anggota
yang ada. Walaupun mengalami kegagalan, namun usaha Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo I mampu mendapatkan simpatik dari negara-negara lain dan
mempengaruhi Belanda.
18
17
Baharuddin Lopa, op.cit, hlm. 60.
18
Leifer, Michael, Politik Luar Negeri Indonesia, Jakarta, Gramedia, 1989 hlm. 60
17
3. Usaha Diplomasi Kabinet Burhanuddin Harahap