Usaha Diplomasi Kabinet Burhanuddin Harahap

17

3. Usaha Diplomasi Kabinet Burhanuddin Harahap

Perdana Menteri Burhanuddin Harahap menjalankan pemerintahan dengan kebijakan luar negeri yang tidak jauh berbeda dengan pendahulunya. Pada tahun 1955 masalah Irian Barat tetap diperjuangkan dalam forum internasional. Sidang Umum PBB X juga membahas masalah Irian Barat. Dalam sidang PBB tersebut diputuskan bahwa perundingan antara pemerintah Indonesia dengan Belanda tentang masalah Irian Barat akan dilangsungkan di Jenewa. Akan tetapi pemerintah Belanda mengajukan berbagai persyaratan dalam perundingan tersebut. Pihak Belanda mengajukan syarat agar pemerintahan Indonesia membebaskan warga Negara Belanda yang bernama Van Krieken. Pihak Indonesia juga dituduh melakukan tindakan infiltrasi ke Irian Barat secara tidak sah. Pernyataan pemerintah Belanda ini jelas sangat mengada-ada. Tiada seorangpun secara obyektif dapat menuduh seorang sebagai infiltrastor yang memasuki wilayah tumpah darahnya sendiri. Perdana Menteri Burhanuddin Harahap tidak mengakui klaim sepihak yang dilakukan Belanda menciptakan perbatasan wilayah Indonesia dengan wilayah Irian Barat. Perdana Menteri Burhanuddin Harahap menilai pernyataan pemerintah Belanda tersebut hanya lelucon belaka. Selain itu Perdana Menteri Burhanuddin Harahap menilai perundingan yang akan digelar di Jenewa tidak akan menyinggung soal pengakuan kedaulatan wilayah Irian Barat ke pangkuan Indonesia. Pemerintah Belanda tetap mau melanjutkan perundingan 18 tetapi hanya mau membahas sebatas soal keuangan dan bukan hakekat masalah utama. 19 Pemerintah Indonesia masih mengedepankan upaya diplomasi untuk mendapatkan Irian Barat, maka Van Krieken dibebaskan. Akan tetapi pembebasan ini dijadikan kesempatan goodwill untuk membuka perundingan dengan Belanda di Jenewa. 20 Perundingan Indonesia-Belanda berlangsung di Jenewa pada tanggal 10 Desember 1955 sd 11 Februari 1956. Perundingan ini membahas permasalahan tentang keinginan pemerintah Indonesia untuk membubarkan Uni Indonesia-Belanda. Keberadaannya ini sangat memberatkan Indonesia dalam bidang ekonomi dan keuangan sesuai kesepakatan Konferensi Meja Bundar. Kesepakatan sementara tentang pembubaran Uni berhasil disepakati, namun pada perkembangannya dimentahkan lagi oleh delegasi Belanda. Masalah Irian Barat mengalami jalan buntu. Akhirnya perundingan mengalami deadlock dan delegasi pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Ida Anak Agung Gede mengalami kekecewaan. 21 Pada tanggal 13 Februari 1956, pemerintah Indonesia secara sepihak mengumumkan pengunduran diri dari Uni Indonesia-Belanda. Langkah ini merupakan pelanggaran legalitas yang pertama kali dari pihak pemerintah Republik Indonesia terhadap Belanda sejak revolusi. Ketegasan dan keberanian pemerintah Indonesia dalam kebijakan politik luar negeri ini merupakan pukulan pertama terhadap Belanda. Tindakan yang dilakukan oleh 19 Baharuddin Lopa, op.cit, hlm. 61. 20 Ibid , hlm. 62 21 Leifer, Michael, op.cit, hlm. 62. 19 Perdana Menteri Burhanuddin Harahap ini ternyata menimbulkan pro dan kontra di dalam negeri. Pihak yang kontra menganggap bahwa tindakan pemerintah tidak mempunyai legalitas konstitusional yang tetap. Akan tetapi langkah politik ini merupakan tindakan pendobrak terhadap sikap politik pemerintah Belanda yang keras. 22

4. Usaha diplomasi Kabinet Ali Sastroamijoyo II