Komunikasi Antarbudaya KAJIAN PUSTAKA

28 itu sendiri. Paralanguage memberikan informasi mengenai informasi, atau apa yang disebut metakomunikasi. Hal-hal yang termasuk dalam klasifikasi paralanguage antara lain: aksen, volume suara atau tekanan suara, nada suara ditujukan pada tinggi rendah suara, intonasi suara, kecepatan bicara, penggunaan waktu berhenti dalam bicara yang disebut juga jeda bicara. Lamanya waktu jeda bicara dan berhenti memiliki nilai komunikasi, jika diasosiasikan dengan berbagai macam kesalahan berbicara, keragu-raguan sejenak mengindikasikan bahwa pembicara sedang gugup atau sedang berbohong, berhenti dalam waktu lama menunjukkan bahwa pembicara telah selesai bicara atau kehabisan bahan pembicaraan. Dalam pembicaraan hal ini jiga dapat diartikan bahwa pembicara mengalami kebuntuan dan tidak menginginkan segera ada respons dari lawan bicaranya. Wainwright, 2006:212.

2.2. Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata, tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Budaya itu sendiri adalah sesuatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh suatu kelompok orang dari generasi ke generasi. Komunikasi antarbudaya merupakan 29 komunikasi lintas budaya, atau dengan kata lain komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berbeda latar belakang budaya, baik perbedaan dalam ras, etnik, kebiasaan, maupun perbedaan sosial dan ekonomi.Liliweri, 2002:9. Komunikasi tidak bisa dipandang sekedar sebagai sebuah kegiatan yang menghubungkan manusia dalam keadaan pasif, tetapi komunikasi harus dipandang sebagai proses yang menghubungkan manusia melalui sekumpulan tindakan yang terus menerus diperbaharui. Jadi komunikasi itu selalu terjadi antara sekurang-kurangnya dua orang peserta komunikasi atau mungkin lebih banyak dari itu kelompok, organisasi, publik, dan massa yang melibatkan pertukaran tanda-tanda melalui suara, kata-kata, atau suara dan kata-kata. Komunikasi antarbudaya yang interaktif adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua arah atau timbal balik two way communication namun masih berada pada tahap rendah. Apabila ada proses pertukaran pesan itu memasuki tahap tinggi, misalnya saling mengerti, memahami perasaan dan tindakan bersama maka komunikasi tersebut telah memasuki tahap transaksional. Hybels dan Sandra dalam Liliweri, 2002:24. 30 Baik komunikasi interaktif maupun transaksional mengalami proses yang bersifat dinamis, karena proses tersebut berlangsung dalam konteks sosial yang hidup, berkembang dan bahkan berubah-ubah berdasarkan waktu, situasi dan kondisi tertentu. Karena proses komunikasi yang dilakukan merupakan dinamisator atau penghidup bagi proses komunikasi tersebut. Komunikator dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang memprakarsai komunikasi, artinya ia mengawali pengiriman pesan tertentu kepada pihak lain yang disebut komunikan. Dalam komunikasi antarbudaya, seorang komunikator berasal dari latar belakang kebudayaan tertentu. Menurut Gudykunst dan Kim dalam buku Liliweri 2002:25, mengatakan secara makro perbedaan karakteristik antarbudaya itu ditentukan oleh faktor nilai dan norma hingga ke arah mikro yang mudah dilihat dalam wujud kepercayaan, minat dan kebiasaan. Selain itu faktor-faktor yang berkaitan dengan kemampuan berbahasa sebagai pendukung komunikasi misalnya kemampuan berbicara dan menulis secara baik dan benar memilih kata, membuat kalimat, kemampuan menyatakan simbol non verbal, bentuk-bentuk dialek dan aksen. 31 Berdasarkan pendapat ini, maka komunikasi antarpribadi dua orang yang berbeda gender, status dan kelas sosial serta berbeda kebiasaan, dapat digolongkan sebagai komunikasi antarbudaya. Adapun konteks komunikasi antarbudaya ada dua, yakni : 1 komunikasi antarpribadi; 2 komunikasi kelompok. 1. Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarbudaya juga ada dalam konteks komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarbudaya melibatkan paling sedikit dua atau tiga orang yang berbeda kebudayaan, lalu jarak fisik diantara mereka sangat dekat satu sama lain. Sementara itu, dalam komunikasi bertatap muka atau bermedia, umpan baliknya berlangsung cepat, adaptasi pesan bersifat khusus, dan tujan komunikasi bersifat tidak terstruktur. Dalam kenyataanya komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh dua atau tiga orang yang berbeda budaya itu dipengaruhi oleh faktor-faktor personal maupun kelompok budaya. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi antara lain, faktor kognitif seperti konsep diri, persepsi, sikap, orientasi diri self orientation, dan harga diri self esteem. 2. Komunikasi Kelompok 32 Komunikasi kelompok merupakan komunikasi diantara sejumlah orang 4-20 orang untuk kelompok kecil dan 20-50 oarng untuk kelompok besar. Dalam kenyataan, komunikasi kelompok terjadi pula proses interaksi antarbudaya dari para anggota kelompok yang berbeda latar belakang kebudayaan. Termasuk dalam konteks pengertian komunikasi kelompok adalah operasi komunikasi antarbudaya dikalangan in group maupun antara anggota sebuah in group dengan out group atau bahkan antara berbagai kelompok. Karena itu, maka salah satu kunci untuk menentukan komunikasi antarbudaya yang efektif adalah pengakuan terhadap faktor-faktor pembeda yang mempengaruhi sebuah konteks komunikasi sebagaimana diuraikan tersebut, misalnya peserta komunikasi, apakah itu etnis, ras, kelompok kategori yang memiliki kebudayaan tersendiri. Perbedaan- perbedaan itu meliputi nilai, norma, kepercayaan, bahasa, sikap, persepsi, dan kebiasaan yang semua itu menentukan pola-pola komunikasi antarbudaya maupun lintas budaya. Selain itu, Komunikasi antarbudaya mampu menimbulkan prasangka bagi komunikator dengan komunikan. Istilah prasangka prejudice berasal dari kata lain praejudicium, yang berarti suatu preseden atau suatu penelitian berdasarkan keputusan terdahulu. Menurut Purwasiti dalam Komunikasi Multikultural 2003:178 prasangka berangkat dari adanya pandangan 33 negatif dengan adanya pemisahan yang tegas antara perasaan kelompok in group maupun adanya perasaan-perasaan dari kelompok lain out group.

2.3. Pola Komunikasi

Dokumen yang terkait

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok Dalam Membentuk perilakunya Di Kota Cimahi)

0 5 1

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol Dalam Membentuk Perilakunya di Kota Bandung)

0 15 73

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola KomunikasiIbu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya).

0 0 86

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Ibu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya).

0 1 86

POLA KOMUNIKASI DAI DENGAN PSK BANGUNSARI, SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Da’i dengan PSK Bangunsari, Surabaya).

0 15 87

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA ( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya ).

8 16 112

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid Dengan Preman di daerah Kandangan Surabaya).

0 0 20

POLA KOMUNIKASI DAI DENGAN PSK BANGUNSARI, SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Da’i dengan PSK Bangunsari, Surabaya)

0 0 17

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Ibu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya)

0 0 22

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola KomunikasiIbu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya)

0 0 22