36
2.4. Teori Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena
mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Rakhmat, 2003:122.
Thibault dan Kelley, dua orang pemuka utama dari model ini menyimpulkan bahwa asumsi yang mendasari individu secara suka rela
memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.
“Ganjaran, biaya, laba, dan tingkat perbandingan” merupakan empat konsep pokok dalam teori ini.
1. Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dalam suatu hubungan.
2. Biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam sutu hubungan. Biaya dapat berupa waktu, biaya, dan konflik.
3. Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia
tidak memperoleh laba sama sekali, maka ia akan mencari hubungan lain yang akan menghasilkan laba.
37
4. Tingkat perbandingan adalah menunjukkan ukuran baku standar yang dipakai sebagai criteria dalam menilai hubungan individu pada
waktu sekarang. Tingkat perbandingan ini dapat berupa pengalaman individu pada masa lalu atau alternatif lain yang terbuka baginya.
Rakhmat, 2003:122.
2.5. Remaja Masjid
Remaja masjid sebagai wadah aktivitas kerja sama remaja muslim, maka biasanya remaja masjid beranggotakan dua orang atau
lebih remaja yang berusia sekitar 15-25 tahun. Usia di bawah 15 tahun adalah usia yang masih terlalu muda, sehingga tingkat pemikiran mereka
masih belum berkembang dengan baik. Sedangkan untuk usia di atas 25 tahun sudah kurang layak untuk disebut sebagai remaja.
Tingkat usia anggota remaja masjid perlu dipertimbangkan dengan baik, karena berkaitan dengan pembinaan mereka. Anggota yang
memiliki tingkat usia, pemikiran dan latar belakang yang relatif homogen akan lebih mudah dibina bila dibandingkan dengan yang
heterogen. Disamping itu, dengan usia yang sebaya, mereka akan lebih mudah untuk bekerjasama dalam melaksanakan program-program yang
38
telah direncanakan sehingga akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan.
Remaja masjid merupakan ujung tombak dari sebuah organisasi masjid. Disadari atau tidak, pengurus masjid membutuhkan
peran remaja masjid dalam setiap langkah dan gerak aktifitasnya. Sudah menjadi tanda umum bahwa remaja masjid adalah seorang remaja yang
memiliki sifat lebih agamis dibanding dengan remaja lainnya. Kebiasaan atau rutinitas yang dilakukan remaja masjid juga lebih berbeda
dibanding dengan remaja lain seperti misalnya mengaji secara rutin, serta memberikan dakwah Islami kepada masyarakat umum. Remaja
masjid dijadikan panutan oleh orangtua yang lain, khusunya orangtua yang memiliki anak dengan usia remaja untuk menjadikan anaknya
sebagai figur yang taat pada agama serta taat pada orangtua. Remaja masjid mampu memberikan sentuhan yang berbeda sesuai dengan
karakteristiknya yang tengah dalam proses pencarian jati diri, cenderung labil dan memiliki semangat yang meluap serta selalu ingin menonjolkan
dirinya. sumber diambil dan diakses pada 11 Februari 2010 dari : www.pusparugm.orgarticels.asp?id=10814no=2.
39
2.6. Preman