BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Konsep
Pada penelitian ini penulis tidak membicarakan hubungan antara variabel sehingga tidak ada pengukuran variabel bebas dan
variabel terikat. Penelitian ini difokuskan pada pola komunikasi antara remaja masjid dengan preman di Surabaya, sehingga tipe penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dan menggunakan analisis kualitatif.
Tipe penelitian deskriptif bertujuan membuat gambaran atau deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Priset sudah mempunyai konsep biasanya satu konsep dan kerangka konseptual. Melalui kerangka
konseptual landasan teori, priset melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta indikatornya. Priset ini untuk
menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variabel Rachmat, 2006:69.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang tidak menggunakan
44
45
statistik atau angka-angka tertentu. Hasil dari penelitian kualitatif ini tidak dapat digeneralisasikan membuat kesimpulan yang berlaku
umum atau bersifat universal, jadi hanya dapat berlaku pada situasi dan keadaan yang sesuai dan keadaan dimana penelitian yang serupa
diadakan Kountur, 2003:29. Menurut Rachmat dalam bukunya riset komunikasi 2006:59,
secara umum riset menggunakan metodologi kualitatif mempunyai ciri- ciri sebagai berikut :
1. Intensif, partisipasi priset dalam waktu lama pada setting lapangan, priset adalah instrument pokok riset.
2. Perekaman yang sangat hati-hati terhadap apa yang terjadi dengan catatan-catatan dilapangan dan tipe-tipe dari bukti-bukti
dokumenter. 3. Analisis data lapangan.
4. Melaporkan hasil, termasuk deskriptif detail, quotes kutipan- kutipan dan komentar.
5. Tidak ada realitas yang tunggal, setiap peneliti mengkritisi realitas sebagai bagian penelitiannya. Realitas dipandang sebagai dinamis
dan produk konstruksi sosial.
46
6. Subjektif dan berada hanya dalam referensi peneliti. Priset sebagai sarana penggalian interpretasi data.
7. Realitas adalah holistik dan tidak dapat dipilah-pilah. 8. Priset memproduksi penjelasan unik tentang situasi yang terjadi dan
individu-individunya. 9. Lebih pada kedalaman depth daripada keluasan breadth.
10. Prosedur riset : empiris-rasional dan tidak berstruktur. 11. Hubungan antara teori, konsep dan data-data memunculkan atau
membentuk teori baru. Pendekatan kualitatif dipilih dengan pertimbangan lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan informan, lebih peka
dan dapat lebih menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Metode kualitatif
yang digunakan adalah pendekatan fenomonologis, artinya peristiwa dan kaitan-kaitannya orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu dengan
menekankan pada aspek subyektif dari perilaku orang, dan pendekatan interaksi simbolik yang berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi
oleh penafsiran, dimana menjadi paradigma konseptual melebihi
47
dorongan dari dalam, sifat-sifat pribadi, motivasi yang tidak disadari, kebetulan, status sosial ekonomi, kewajiban peranan, resep budaya,
mekanisme pengawasan masyarakat atau lingkungan fisik lainnya. Untuk meneliti pola komunikasi dan perubahan gejala sosial
yang ada, peneliti menggunakan pendekatan fenomonologis, dimana berusaha “mengungkap” proses interpretasi dan melihat segala aspek
“subjek” dari perilaku manusia dengan cara masuk kedunia konseptual orang-orang yang diteliti sehingga dapat dimengerti apa dan bagaimana
suatu pengertian dikembangkan pada peristiwa dalam kehidupan sehari- harinya. Pendekatan ini bukan berarti bahwa peneliti mengetahui arti
sesuatu bagi orang-orang yang diteliti. Moleong, 2002:4-13. Pada penelitian ini, peneliti akan berperan sebagai partisipan
dalam dunia sosial. Kedudukan peneliti sebagai instrumen penelitian harus mencakup segi responsive, dapat menyesuaikn diri, menekankan
keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data secepatnya dan memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan
dan mengikhtisarkan serta memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim. Moleong, 2002:121.
Yang dimaksud pola komunikasi dalam penelitian ini adalah bentuk hubungan dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan antara
48
remaja masjid dengan preman dalam lingkungan masyarakat. Dalam usaha untuk memudahkan proses komunikasi yang dimaksud dalam
penelitian, maka diperlukan adanya konsep-konsep yang berfungsi sebagai gambaran awal, antara lain :
1. Pola Keseimbangan Pada pola komunikasi keseimbangan ini masing-masing individu
membagi sama dalam berkomunikasi. Komunikasi yang terjalin sangat terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin
maupun pengikut, melainkan kedudukannya sama. 2. Pola Keseimbangan Terbalik
Dalam pola keseimbangan terbalik, masing-masing mempunyai orientasi diatas daerah atau wewenang yang berbeda masing-masing.
3. Pola Pemisah Tidak Seimbang Dalam hubungan terpisah yang tak seimbang, satu orang
mendominasi. Maka dari itu, satu orang ini secara teratur mengendalikan hubungan dan hampir tidak pernah meminta pendapat
antara kedua belah pihak. Sedangkan anggota yang dikendalikan membiarkannya untuk memenangkan argumentasi ataupun membuat
keputusan.
49
4. Pola Monopoli Dalam pola monopoli ini, kedua belah pihak sama-sama dirinya
sebagai penguasa. Keduanya lebih suka memberi nasihat daripada berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat.
3.2. Subyek dan Informan Penelitian