Macam-macam Perilaku Nonverbal Bahasa Verbal dan Nonverbal

22

2. Macam-macam Perilaku Nonverbal

Perilaku nonverbal dapat dibagi secara garis besar ke dalam beberapa kategori yang berkaitan erat dengan konteks antarbudaya yang dikemukakan oleh Samovar 1991 1. Penampilan objectives Untuk memutuskan apakah akan memulai pembicaraan dengan orang lain, tidak jarang seseorang dipengaruhi oleh penampilan. Kadang-kadang kesimpulan tentang kecerdasan, status sosial, pekerjaan seseorang ditarik dari bagaimana ia menampilkan dirinya, misalnya: cara berpakaian. Pada dasarnya kontak pertama antara seseorang dengan orang lain adalah “mata ke tubuh”. Maksudnya bahwa seseorang akan melihat kearah bagian tubuh lawan bicaranya terlebih dahulu sebelum melakukan kontak mata. Hal ini berarti bahwa orang pasti melihat penampilan orang lain melalui cara berpakaiannya untuk memberikan penilaian tertentu. Wainwright, 2006:183. 2. Gerakan badaniah kinesics Dalam beberapa tahun terakhir, buku-buku dan artikel mengenai bahasa badan body language telah memusatkan perhatian 23 pada cara-cara manusia menggunakan gerak isyarat badan sebagai suatu bentuk komunikasi. Studi sistematik yang berupaya untuk memformulasikan dan mengkordifikasikan perilaku badaniah ini disebut kinesics. Studi kinesics mempelajari bagaimana isyarat- isyarat nonverbal ini, baik yang sengaja maupun tidak, dapat mempengaruhi komunikasi. Berikut ini uraian mengenai macam- macam bahasa nonverbal yang tergolong dalam kinesics : a. Postur atau sikap badan Gerak gerik dan sikap tubuh memiliki kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Sikap tubuh juga bisa menjadi petunjuk mengenai kepribadian seseorang dan juga mengenai karakternya. Perubahan sikap tubuh juga merupakan bagian yang penting dari proses perubahan sikap dan meningkatkan kemampuan untuk membangun hubungan yang positif dan komunikatif dengan orang lain. Kondisi pikiran seseorang juga dapat diketahui dari sikap tubuhnya, apakah mereka berbesar hati atau depresi, percaya diri atau pemalu, dominan atau petuh, dan sebagainya. Sikap tubuh juga merefleksikan citra diri seseorang dan memiliki peran penting dalam penampilan diri. Wainwright, 2006:112,115. 24 b. Gerak-gerik gesture atau gerakan tubuh yang meliputi juga gerakan tangan dan lengan, gerakan kaki, isyarat-isyarat badan. Gerak gerik memungkinkan tingkat pengekspresian dan kehalusan cara yang tidak mungkin dilakukan dengan aspek komunikasi nonverbal lainnya. Gerak gerik mengemukakan sebagian besar yang seseorang pikirkan. Menurut Gerard Nierenberg dan Henry Calero dalam Wainwright 2006:83,104, gerak gerik memiliki fungsi antara lain : mengekspresikan keterbukaan, sikap bertahan, kesiapan, menenteramkan hati, penerimaan, pengharapan, frustasi, keyakinan diri, kegelisahan, hubungan dan kecurigaan, menciptakan komunikasi yang hangat serta keramahtamahan. c. Gerakan kepala Gerakan kepala adalah penting tidak hanya ketika sedang berbicara, tetapi juga ketika kita sedang mendengarkan. Jika gerakan-gerakan ini digunakan secara tepat, maka akan membantu kita berkomunikasi dengan lebih mudah, namun jika gerakan- gerakan ini tidak tepat penggunaannya maka dapat dengan cepat merusak hubungan dengan orang lain. 25 d. Ekspresi muka atau wajah Ekspresi wajah digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik terhadap sesuatu yang sedang dikomunikasikan orang lain. Pengekspresian wajah adalah hal penting kedua setelah mata dalam hubungannya dengan penggunaan bahasa tubuh. Kita memperoleh banyak informasi tentang kondisi emosional orang lain melalui ekspresi-ekspresi wajah mereka. Sikap-sikap seseorang dapat terbaca jelas melalui ekspresi-ekspresi wajahnya, apakah menunjukkan rasa senang, tertarik, bosan, takut atau marah. e. Kontak mata dan tatapan Beberapa penulis tentang komunikasi nonverbal memperkirakan sejumlah kemungkinan mengenai mengapa manusia selalu membutuhkan kontak mata, antara lain: kontak mata terjadi karena dorongan yang kuat untuk memandang orang lain, kontak pertama seseorang dengan orang lain adalah melalui kontak mata, merupakan sesuatu yang biasanya terjadi berdasarkan dorongan instingtif dan berhubungan dengan pola-pola dasar kehidupan. Peneliti lain mengatakan bahwa signifikasi kontak mata dipelajari seseorang dalam pertumbuhannya bersama dengan orang 26 dewasa maupun orang-orang lain yang memperhatikannya. Dari proses belajar itu seseorang mengerti bahwa kontak mata dan model-model tatapan tertentu memiliki arti yang berbeda-beda Wainwright, 2006:13-14. 3. Persepsi Inderawi sensorics a. Rabaan atau sentuhan Kebudayaan mengajarkan pada anggota-anggotanya sejak kecil tentang siapa yang dapat kita raba, bilamana dan dimana kita bisa raba atau sentuh. Dalam banyak hal juga, kebudayaan mengajrkan kita bagaimana nafsirkan tindakan perabaan atau sentuhan. Dalam hal berjabatan tangan juga ada variasi kebudayaannya. Setiap kebudayaan juga memberikan batasan pada bagian-bagian mana dari badan yang dapat disentuh, dan mana yang dapat diraba. Misalnya, di Indonesia umumnya, kepala dianggap badan yang terhormat, karenanya tidak sopan untuk disentuh atau disenggol oleh orang lain apalagi oleh orang yang belum dikenal. b. Penciuman Indera penciuman dapat berfungsi sebagai saluran untuk membangkitkan makna. 27 4. Penggunaan ruang dan jarak proxemics Cara kita menggunakan ruang jarak sering kali menyatakan kepada orang lain sesuatu mengenai diri kita secara pribadi maupun kebudayaan. Aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang menentukan ruang dan jarak dipelajari sebagai bagian dari masing-masing kebudayaan. Contoh pengunaan ruang jarak di kantor-kantor. Orang Indonesia belajar untuk membuat batas tembok dengan orang lain, yaitu dengan cara bicara dalam nada rendah atau diam. 5. Penggunaan waktu chronemics Kebiasaan-kebiasaan bisa berbeda pada macam-macam kebudayaan dalam hal: a. Persiapan berkomunikasi b. Saat dimulainya komunikasi c. Saat proses komunikasi berlangsung d. Saat mengakhiri 6. Paralanguage Paralanguage termasuk dalam unsur-unsur linguistic, yaitu bagaimana atau cara sesuatu pesan diungkapkan dan bukan isi pesan 28 itu sendiri. Paralanguage memberikan informasi mengenai informasi, atau apa yang disebut metakomunikasi. Hal-hal yang termasuk dalam klasifikasi paralanguage antara lain: aksen, volume suara atau tekanan suara, nada suara ditujukan pada tinggi rendah suara, intonasi suara, kecepatan bicara, penggunaan waktu berhenti dalam bicara yang disebut juga jeda bicara. Lamanya waktu jeda bicara dan berhenti memiliki nilai komunikasi, jika diasosiasikan dengan berbagai macam kesalahan berbicara, keragu-raguan sejenak mengindikasikan bahwa pembicara sedang gugup atau sedang berbohong, berhenti dalam waktu lama menunjukkan bahwa pembicara telah selesai bicara atau kehabisan bahan pembicaraan. Dalam pembicaraan hal ini jiga dapat diartikan bahwa pembicara mengalami kebuntuan dan tidak menginginkan segera ada respons dari lawan bicaranya. Wainwright, 2006:212.

2.2. Komunikasi Antarbudaya

Dokumen yang terkait

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Perokok Dalam Membentuk perilakunya Di Kota Cimahi)

0 5 1

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Remaja Pecandu Alkohol Dalam Membentuk Perilakunya di Kota Bandung)

0 15 73

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola KomunikasiIbu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya).

0 0 86

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Ibu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya).

0 1 86

POLA KOMUNIKASI DAI DENGAN PSK BANGUNSARI, SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Da’i dengan PSK Bangunsari, Surabaya).

0 15 87

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA ( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya ).

8 16 112

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid Dengan Preman di daerah Kandangan Surabaya).

0 0 20

POLA KOMUNIKASI DAI DENGAN PSK BANGUNSARI, SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Da’i dengan PSK Bangunsari, Surabaya)

0 0 17

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Ibu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya)

0 0 22

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola KomunikasiIbu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya)

0 0 22