dengan durasi antara 1 - 5 jam dalam sehari, bahkan sebanyak 30 responden memiliki durasi menonton televisi lebih dari 5 jam Widanenci, 2007. Televisi
masih menjadi media utama yang dikonsumsi masyarakat Indonesia dengan persentase 95. Internet 33, radio 20 dan surat kabar 12 juga masih
dikonsumsi masyarakat Indonesia Anonim, 2014b. Menurt hasil penelitian Lane 2009, televisi menempati peringkat pertama sebagai media yang paling
berpengaruh 81,8 dan paling membujuk 66,5. Kelebihan iklan lewat media televisi dibandingkan dengan jenis media
lainnya yaitu mempunyai daya jangkau yang luas. Harga televisi yang semakin murah, menyebabkan berbagai kelompok masyarakat dapat mempunyai dan
menikmati siaran dari perangkat elektronik ini. Hal tersebut memungkinkan pemasar dapat memperkenalkan dan mempromosikan produknya secara serentak
ke seluruh wilayah suatu negara. Televisi merupakan media yang ideal untuk mengiklankan produk konsumsi massal mass-consumption products, yaitu
barang-barang yang menjadi kebutuhan sehari-hari misalnya makanan, minuman, perlengkapan mandi, pembersih, kosmetik, obat-obatan, dan sebagainya
Morissan, 2010.
C. Peraturan Periklanan Bidang Obat
Obat mempunyai kedudukan yang khusus dalam masyarakat karena diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Penggunaan obat yang salah, tidak tepat dan tidak rasional dapat membahayakan masyarakat. Pemerintah melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap
penyebaran informasi obat, termasuk periklanan obat, agar masyarakat dapat terhindar dari kemungkinan penggunaan obat yang salah, tidak tepat dan tidak
rasional akibat pengaruh promosi melalui iklan. Periklanan obat menghadapi masalah yang relatif kompleks karena aspek yang dipertimbangkan tidak hanya
tentang kesesuaian dengan aturan periklanan, tetapi juga menyangkut manfaat- resikonya terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat luas. Masalah tersebut
dapat diatasi dengan merancang isi, struktur maupun format pesan iklan obat dengan tepat agar tidak menimbulkan presepsi dan interpretasi yang salah oleh
masyarakat luas Supardi, 2009. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 Tentang Unit Organisasi
dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen, menyebutkan fungsi Badan POM antara lain adalah pre review dan pasca audit iklan dan promosi obat
dan obat tradisional, sebelum dipublikasikan. Pengawasan iklan obat yang dilakukan oleh pemerintah, mencakup penilaian sebelum iklan ditayangkan dan
pengawasan terhadap iklan yang sudah ditayangkan Supardi, Handayani, Herman, Raharni, dan Susyanty, 2011. Kenyataannya, walaupun telah diadakan
tahap pre review, masih banyak iklan obat yang tidak memenuhi syarat Turisno, 2012.
Obat yang dapat diiklankan kepada masyarakat adalah obat yang sesuai peraturan undang-undang yang berlaku tergolong dalam obat bebas atau obat
bebas terbatas, kecuali dinyatakan lain. Iklan obat dapat dimuat di media periklanan setelah rancangan iklan tersebut mendapat persetujuan dari
Departemen Kesehatan RI. Iklan obat hendaknya dapat bermanfaat bagi
masyarakat untuk pemilihan penggunaan obat bebas secara rasional Anonim, 1994.
WHO World Health Organization sejak tahun 1988 mengeluarkan Kriteria Etik Promosi Obat Ethical Criteria for Medicinal Drug Promotion
untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan peredaran obat yang tidak memenuhi syarat akibat periklanan dan informasi yang tidak benar dan
menyesatkan. Kriteria Etik Promosi Obat menjelaskan bahwa informasi iklan obat yang ditujukan kepada masyarakat awam harus mengandung komposisi zat aktif;
nama merek dagang; indikasi utama; kontraindikasi; peringatan perhatian precaution dan nama dan alamat produsen atau distributor Anonim, 1988.
Kepmenkes Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 menjelaskan bahwa iklan obat harus mencantumkan informasi mengenai
komposisi zat aktif obat, indikasi utama obat, informasi mengenai keamanan obat dan merek dagang obat. Selain itu perlu dicantumkan pula informasi nama
industri farmasi yang memproduksi obat tersebut dan nomor registrasi obat. Nomor registrasi obat diwajibkan khusus media cetak Anonim, 1994.
Beberapa hal juga diatur dalam Kepmenkes Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, khususnya tentang Pedoman Periklanan Obat
Bebas. Dikatakan bahwa iklan obat dapat ditampilkan di media periklanan setelah disetujui oleh Departemen Kesehatan RI. Iklan obat juga tidak boleh diperankan
oleh tenaga profesi kesehatan atau menggunakan setting laboratorium. Spot peringatan BACA ATURAN PAKAI JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI
DOKTER harus ditampilkan dalam iklan obat, sedangkan untuk iklan vitamin
harus dicantumkan peringatan BACA ATURAN PAKAI. Kedua peringatan tersebut harus ditayangkan minimal selama 3 detik. Klaim indikasi yang
ditampilkan dalam suatu iklan harus sesuai dengan batasan yang ditetapkan oleh Kepmenkes Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, yang dijabarkan
pada tabel I dibawah ini:
Tabel I. Batasan Klaim Indikasi Obat Bebas yang Ditetapkan Kepmenkes Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 Anonim
No. Sub Kelas Terapi
Obat Indikasi yang ditetapkan Kepmenkes No. 386
tahun 1994
1. Vitamin C
a. mengatasi kekurangan vitamin C seperti pada
sariawan dan perdarahan gusi. b.
untuk keadaan dimana kebutuhan akan vitamin C meningkat seperti pada keadaan sesudah
operasi, sakit, hamil dan menyusui, anak dalam masa pertumbuhan dan lansia
2. Multivitamin dan
mineral mencegah dan mengatasi kekurangan vitamin dan
mineral, misalnya sesudah operasi, sakit, wanita hamil
dan menyusui,
anak dalam
masa pertumbuhan serta lansia.
3. Obat pereda sakit dan
penurun panas meringankan rasa sakit misalnya: sakit kepala,
sakit gigi, nyeri otot; dan atau menurunkan panas.
4. Obat flu
meredakan gejala flu seperti demam, sakit kepada, hidung tersumbat dan pilek
5. Obat asma
meringankan gejala sesak napas karena asma 6.
Antitusif meredakan batuk yang tidak berdahak.
7. Ekspektoran
meredakan batuk yang berdahak 8.
Antitusif, ekspektoran, antihistamin
meredakan batuk berdahak yang disertai pilek 9.
Antasida mengatasi gejala sakit maag seperti: perih,
kembung, mual 10. Obat gosok untuk
analgesia lokal meringankan gejala-gejala flu, otot kaku dan
nyeri, gatal-gatal serta gigitan serangga 11. Obat kulit topikal
mengatasi infeksi karena jamur 12. Obat tetes mata
meredakan iritasi mata yang ringan. 13. Obat laksanspencahar
mengatasi sembelit susah buang air besar 14. Obat kumur
melegakan sakit tenggorokan dan membantu menjaga higinitas mulut
15. Obat cacing untuk pengobatan infeksi kecacingan sesuai
dengan tujuan penggunaan yang disetujui oleh Departemen Kesehatan
DPI Dewan Periklanan Indonesia juga mengeluarkan aturan iklan obat yaitu Etika Pariwara Indonesia Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia
tahun 2005. Iklan tidak diperbolehkan secara langsung maupun tersamar menganjurkan penggunaan obat yang tidak sesuai dengan ijin indikasinya dan
pemakaian suatu obat secara berlebihan. Kata, ungkapan, penggambaran atau pencitraan yang menjanjikan penyembuhan tidak boleh ditampilkan pada iklan.
Hanya ungkapan untuk membantu menghilangkan gejala dari sesuatu penyakit yang dapat ditampilkan pada iklan. Tidak diperbolehkan menggunakan kata-kata
yang berlebihan seperti “aman”, “tidak berbahaya”, “bebas efek samping”, “bebas risiko” dan ungkapan lain yang bermakna sama, tanpa disertai keterangan yang
memadai. Iklan tidak boleh menggambarkan atau menimbulkan kesan pemberian anjuran, rekomendasi, atau keterangan tentang penggunaan obat tertentu oleh
profesi kesehatan. Anjuran bahwa suatu obat merupakan syarat mutlak untuk mempertahankan kesehatan tubuh, dilarang ditampilkan dalam iklan. Iklan tidak
diperkenankan memanipulasi atau mengekspolitasi rasa takut orang terhadap sesuatu penyakit karena tidak menggunakan obat yang diiklankan. Penawaran
diagnosa pengobatan atau perawatan melalui surat menyurat dan jaminan pengembalian uang dilarang dalam suatu iklan obat Anonim, 2005.
Peraturan Kepala Badan POM tahun 2009 tentang Pedoman Pengawasan Promosi dan Iklan Obat menyebutkan bahwa apabila ditemukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan, Badan POM dapat memberikan sanksi administratif berupa peringatan, penghentian kegiatan iklan, pencabutan ijin edar
atau sanksi pidana sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada industri farmasi atau pemilik ijin edar Anonim, 2010.
D. Masalah Iklan Obat dan Perilaku Pemilihan Obat untuk Swamedikasi