Golongan Obat Kelas terapi

27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Iklan Obat

Iklan diperlukan konsumen untuk mengetahui informasi barang yang mereka butuhkan. Konsumen sangat bergantung sepenuhnya pada informasi yang diberikan oleh pelaku usaha dalam memanfaatkan barang atau jasa Turisno, 2012. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumen terhadap pemilihan suatu produk adalah frekuensi iklan Kotler, 2003. Semakin besar frekuensi iklan, iklan tersebut dapat dikatakan semakin menarik minat konsumen untuk membeli produk tersebut. Profil iklan yang disajikan merupakan gambaran distribusi frekuensi iklan obat di stasiun televisi Trans7, RCTI Rajawali Citra Televisi Indonesia dan SCTV Surya Citra Televisi selama 3 hari dalam 3 bulan yang berbeda dan ditampilkan berdasarkan golongan obat, kelas terapi dan produsen.

1. Golongan Obat

Golongan obat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari obat bebas terbatas dan obat bebas. Berdasarkan tabel III, dapat kita ketahui bahwa Trans7 memiliki frekuensi iklan obat bebas tertinggi, dengan persentase sebesar 61,9. RCTI dan SCTV memiliki frekuensi iklan obat bebas terbatas dengan frekuensi tertinggi, sebesar 55,1 dan 58,6. Tabel III. Distribusi Frekuensi Iklan Obat Pada Stasiun Televisi Trans7, RCTI, SCTV Berdasarkan Golongan Obat No. Golongan Obat Trans7 RCTI SCTV Total n n n n 1 Obat Bebas 52 61,9 22 44,9 29 41,4 103 50,7 2 Obat Bebas Terbatas 32 38,1 27 55,1 41 58,6 100 49,3 Total 84 100 49 100 70 100 203 100 Keterangan : n = jumlah iklan, = persentase, = penggolongan obat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949MenKesPerVI2000 Iklan obat bebas memiliki frekuensi paling tinggi 50,7 dibandingkan iklan obat bebas terbatas 49,3 pada ketiga stasiun televisi swasta tersebut. Tumbuhnya pasar obat bebas menyebabkan produsen berlomba – lomba meningkatkan frekuensi iklan obat bebas, sehingga efektivitas iklan dapat tercapai dan masyarakat akan lebih mengenal produk mereka Turisno, 2012.

2. Kelas terapi

Obat yang diiklankan di stasiun televisi Trans7, RCTI dan SCTV dikelompokkan dalam beberapa kelas terapi menurut MIMS edisi 15 tahun 2015. Persentase frekuensi iklan obat berdasarkan kelas terapi pada ketiga stasiun televisi, disajikan dalam tabel V. Berdasarkan tabel V tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 12 kelas terapi obat di stasiun televisi Trans7, 12 kelas terapi obat di stasiun televisi RCTI dan 11 kelas terapi obat di stasiun televisi SCTV. Iklan obat batuk dan pilek menempati frekuensi tertinggi pada stasiun televisi Trans7 25. Iklan obat analgesik non opiate dan antipiretik menempati frekuensi tertinggi pada stasiun televisi RCTI 28,6. Obat-obat yang tidak tercantum dalam MIMS edisi 15 tahun 2015 menempati frekuensi tertinggi pada stasiun televisi SCTV 41,4. Secara keseluruhan dapat disimpulkan iklan obat-obat yang tidak tercantum dalam MIMS edisi 15 tahun 2015 yang paling mendominasi dalam 3 stasiun televisi swasta ini yaitu sebesar 21,7. Iklan obat antiinfeksi dan antiseptik telinga merupakan obat yang memiliki frekuensi paling rendah 0,5. Hasil ini menunjukkan bahwa penyakit yang berhubungan dengan infeksi telinga pada masyakarat, dapat dikatakan jarang terjadi dibandingkan penyakit pada umumnya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa iklan suplemen terapi penunjang memiliki frekuensi paling rendah 0,5. Sebenarnya produk suplemen kerap diiklankan di televisi, tetapi banyak produk suplemen yang dieklskusi dalam penelitian ini. Hal tersebut disebabkan karena tidak tercantumnya logo berwarna hijau pada kemasan suplemen yang sering beredar di masyarakat. Tabel IV. Distribusi Frekuensi Iklan Obat pada Stasiun Televisi Trans7, RCTI, SCTV Berdasarkan Kelas Terapi No. Kelas Terapi Obat Trans7 RCTI SCTV Total n n n n 1 Golongan obat yang tidak tercantum 14 16,7 1 2 29 41,4 44 21,7 2 Obat batuk dan pilek 21 25 8 16,3 6 8,6 35 17,2 3 Analgesik non opiate dan antipertik 9 10,7 14 28,6 2 2,9 25 12,3 Lanjutan Tabel IV 4 Antasid, obat antirefluks dan antiulserasi 4 4,8 0 16 22,9 20 9,9 5 Obat kulit lain 12 14,3 4 8,2 1 1,4 17 8,4 6 Obat lain yang bekerja pada sistem muskuloskeletal 7 8,3 2 4,1 1 1,4 10 4,9 7 Laksatif, pencahar 8 16,3 1 1,4 9 4,4 8 Obat antiinflamasi non steroid OAINS 8 11,4 8 3,9 9 Vitamin dan mineral untuk masa hamil dan nifas atau antianemia 2 2,4 4 8,2 6 3 10 Antijamur dan antiparasit topikal 6 7,1 6 3 11 Preparat mulut dan tenggorokan 5 6 5 2,5 12 Antidiare 3 4,3 3 1,5 13 Dekongestan nasal dan preparat nasal lain 1 1,2 2 2,9 3 1,5 14 Antiseptik dan desinfektan kulit 2 4,1 2 1 15 Obat dekongestan, anastesi, antiinflamasi mata 2 2,4 2 1 16 Obat kardiovaskular golongan lain 2 4,1 2 1 17 Vitamin B kompleks atau dengan vitamin C 1 1,2 1 2 2 1 18 Preparat Antiasma dan PPOK 2 4,1 2 1 19 Antiinfeksi dan antiseptik telinga 1 2 1 0,5 20 Suplemen terapi penunjang 1 1,4 1 0,5 TOTAL 84 100 49 100 70 100 203 100 Keterangan : 1n = jumlah iklan, = persentase, = pengelompokkan kelas terapi berdasarkan MIMS Edisi 15 Tahun 2015 2Daftar obat yang tidak tercantum dalam MIMS edisi 15 tahun 2015 = Hufagrip ® , Ultraflu ® , Paramex ® , Kalpanax K ® , Neo Ultrasiline ® , Konidin ® , Siladex ® , Combantrin ® dan Renovit ®

3. Produsen