Hasil Analisa Bahan baku Hasil Uji Organoleptik Wingko Jagung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa yang dilakukan pada penelitian ini dimulai dari analisa bahan baku tepung jagung, dan analisa wingko jagung yang dihasilkan terdiri dari analisa kimiawi, dan organoleptik. Analisa dilanjutkan dengan analisa keputusan dan finansial yang didasarkan pada segi ekonomis apabila produk wingko jagung digunakan sebagai produksi industri.

A. Hasil Analisa Bahan baku

Pada penelitian pembuatan wingko jagung dilakukan analisa terhadap tepung jagung sebagai bahan baku pembuatan wingko jagung. Analisa yang dilakukan pada tepung jagung adalah analisa kadar air dan kadar lemak. Hasil analisa tepung jagung dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Hasil Analisa tepung jagung per 100 gram Komponen Jumlah Kadar air Kadar lemak 11,6048 3,619 Hasil analisa bahan baku tepung jagung mengandung kadar air sebesar 11,6048 , dan kadar lemak sebesar 3,619 . Menurut Sediaoetama 1993, tepung jagung mengandung kadar air sebesar 12 dan kadar lemak sebesar 4,9 . Ditambahkan pula oleh Rukmana 1997, tepung jagunng mengandung kadar air sebesar 12 dan kadar lemak sebesar 3,9 . Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jenis jagung, usia panen dan kondisi lingkungan 31 30 tempat jagung tumbuh serta suhu dan waktu pada proses pengeringan terhadap tepung jagung itu sendiri.

B. Hasil Analisa Produk Wingko jagung 1. kadar Air

Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 2, dapat diketahui bahwa terdapat interaksi yang nyata p ≤ 0,05 antara perlakuan penambahan sorbitol dengan lama penyimpanan dimana nilai rata-rata kadar air disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai rata – rata kadar air wingko jagung dengan perlakuan penambahan sorbitol dan penyimpanan. Perlakuan Konsentrasi Sorbitol S Lama Penyimpanan L Kadar Air Notasi DMRT 5 3 6 9 13.35 15.18 15.75 16.71 a c cd d - 0,72 0,82 0,83 5 3 6 9 14.15 15.40 16.37 17.23 b c d e 0,72 0,81 0,83 0,83 10 3 6 9 14.22 15.46 16.93 17.69 b c de e 0,73 0,82 0,83 0,83 15 3 6 9 15.47 16.89 17.33 18.07 c d e e 0,79 0,82 0,83 0,.84 Ket: Nilai rerata yang didampingi huruf yang berbeda menyatakan terdapat perbedaan yang nyata p ≤0,05 Tabel 10 menunjukkan bahwa besarnya kadar air wingko jagung berkisar antara 13,35 – 18,07 . Hasil tertinggi pada analisis wingko jagung yaitu, pada perlakuan penambahan sorbitol 15 dengan lama penyimpanan 9 hari yaitu sebesar 18,07, sedangkan untuk perlakuan terendah dengan kadar air sebesar 13,35, terdapat pada perlakuan penambahan sorbitol 0 dengan lama penyimpanan 0 hari. Hubungan antara perlakuan penambahan sorbitol dengan lama penyimpanan terhadap kadar air wingko jagung, dapat dilihat pada Gambar 3 0.0000 2.0000 4.0000 6.0000 8.0000 10.0000 12.0000 14.0000 16.0000 18.0000 20.0000 3 6 9 lam a penyim panan K a d a r Ai r sorbitol 0 sorbitol 5 sorbitol 10 sorbitol 15 Gambar 4 Hubungan antara perlakuan penambahan sorbitol dan lama penyimpanan terhadap kadar air wingko jagung Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan sorbitol dan semakin lama penyimpanan menyebabkan kadar air wingko jagung tinggi, semakin rendah penambahan sorbitol dan semakin pendek lama penyimpanan maka kadar air rendah. hal ini disebabkan sorbitol merupakan humektan yang Lama Penyimpanan hari mempunyai sifat yang dapat mengikat air bebas di dalam bahan pangan. Sedangkan semakin pendek lama penyimpanan air bebas yang terserap semakin sedikit. Menurut Winarno 1992, Sorbitol dapat berfungsi sebagai humektan yang dapat mengikat air bebas dalam bahan pangan yang dapat mengakibatkan Aw menurun. Menurut Furia 1986, sorbitol memiliki sifat higrokopis yang mempunyai kemampuan mengikat air bebas dalam bahan, sehingga dalam pemanfaatannya digunakan sebagai pengikat air dalam produk makanan. Menurut Tranggono dan Sutardi 1990, sorbitol sebagai humektan berfungsi sebagai pengikat air dalam bahan pangan atau air bebas yang terdapat dalam bahan pangan. Semakin besar penambahan sorbitol menyebabkan jumlah air bebas yang tersedia bagi pertumbuhan kapang akan semakin berkurang dan aktivitas air menjadi rendah sehingga dapat meningkatkan daya simpan produk.

2. Aw Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 3, dapat diketahui bahwa

terdapat interaksi yang nyata p ≤ 0,05 antara perlakuan penambahan sorbitol dengan lama penyimpanan. Nilai rata-rata Aw produk wingko jagung disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai rata-rata Aw pada produk wingko jagung dengan penambahan sorbitol. Perlakuan Konsentrasi Sorbitol S Lama Penyimpanan L Aw Notasi DMRT 5 3 6 9 0,68 0,69 0,79 0,80 h i l n 0.0031 0.0031 0.0032 0.0032 5 3 6 9 0,66 0,67 0,76 0,78 f g k m 0.0031 0.0031 0.0032 0.0032 10 3 6 9 0,51 0,53 0,64 0,75 b c e j 0.0030 0.0027 0.0031 0.0032 15 3 6 9 0,49 0,51 0,51 0,61 a b b d - 0.0027 0.0028 0.0031 Ket: Nilai rerata yang didampingi huruf yang berbeda menyatakan terdapat perbedaan yang nyata p ≤0,05 Tabel 11 menunjukkan bahwa besarnya Aw wingko jagung berkisar antara 0,49– 0.80. Hasil tertinggi pada analisis wingko jagung yaitu, pada perlakuan penambahan sorbitol 0 dengan lama penyimpanan 9 hari yaitu sebesar 0.80, sedangkan untuk perlakuan terendah dengan Aw sebesar 0.49, terdapat pada perlakuan penambahan sorbitol 15 dengan lama penyimpanan 0 hari. Hubungan antara perlakuan penambahan sorbitol dengan lama penyimpanan terhadap Aw wingko jagung, dapat dilihat pada Gambar 4 Sorbitol 0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000 1.4000 3 6 9 Lama Penyimpanan AW 5 10 15 Gambar 5 Hubungan antara perlakuan penambahan sorbitol dan lama penyimpanan terhadap Aw wingko jagung Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi penambahan sorbitol dan semakin pendek lama penyimpanan maka nilai Aw pada wingko jagung semakin rendah, sedangkan semakin rendah penambahan sorbitol dan semakin tinggi lama penyimpanan maka nilai Aw akan semakin tinggi. Hal ini di sebabkan karena sorbitol yang merupakan humektan yang mampu mengikat air bebas pada Lama Penyimpanan hari produk pangan sehingga Aw produk pangan dapat menurun. Sedangkan semakin lama penyimpanan akan menghasilkan air bebas yang semakin tinggi dan sorbitol tidak bisa maksimal mengikat air bebas. Menurut Winarno 1992, Sorbitol dapat berfungsi sebagai humektan yang dapat mengikat air bebas dalam bahan pangan yang dapat mengakibatkan Aw menurun. Sedangkan semakin lama penyimpanan wingko jagung dengan konsentrasi sorbitol yang berbeda menunjukkan peningkatan nilai Aw, hal ini disebabkan karena wingko jagung akan menyerap uap air di lingkungan sekitarnya sehingga nilai Aw dari wingko jagung semakin meningkat. Hal ini didukung oleh pernyataan Tranggono dan Sutardi 1990, sorbitol sebagai humektan berfungsi sebagai pengikat air dalam bahan pangan atau air bebas yang terdapat dalam bahan pangan. Semakin besar penambahan sorbitol menyebabkan jumlah air bebas yang tersedia bagi pertumbuhan kapang akan semakin berkurang dan aktivitas air menjadi rendah sehingga dapat meningkatkan daya simpan produk.

3. Total kapang Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 4, dapat diketahui bahwa

terdapat interaksi yang nyata p ≤ 0,05 antara perlakuan penambahan sorbitol dengan lama penyimpanan dimana nilai rata-rata disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. nilai total kapang wingko jagung dengan penambahan sorbitol selama penyimpanan. Perlakuan Konsentrasi Sorbitol S Lama Penyimpanan P Rerata Total Jamur Log cfuml Notasi DMRT 5 3 6 9 1.64 2.75 3.82 c f g 0.20 0.20 0.20 5 3 6 9 1.56 2.62 3.73 c ef g 0.20 0.20 0.20 10 3 6 9 1.36 2.49 3.62 b e g 0.19 0.20 0.20 15 3 6 9 1.14 2.26 2.45 a d g - 0.20 0.20 Ket: Nilai rerata yang didampingi huruf yang berbeda menyatakan terdapat perbedaan yang nyata p ≤0,05 Tabel 12 menunjukkan bahwa besarnya total jamur wingko jagung berkisar antara 1,14 - 3,82 log cfuml. Hasil tertinggi pada analisis wingko jagung yaitu, pada perlakuan konsentrasi sorbitol 0 dengan lama penyimpanan 9 hari yaitu sebesar 3,82 log cfuml, sedangkan untuk total kapang sebesar 0, terdapat pada perlakuan konsentrasi sorbitol 15 dengan lama penyimpanan 3 hari. Hubungan antara perlakuan penambahan sorbitol dengan lama penyimpanan terhadap total kapang wingko jagung, dapat dilihat pada Gambar 5 Sorbitol 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 3 6 9 Lam a Pe nyim panan hari Tot a l J a m ur log c fu m l 5 10 15 Gambar 6 Hubungan antara perlakuan penambahan sorbitol dan lama penyimpanan terhadap total kapang wingko jagung Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin tinggi penambahan sorbitol dan semakin pendek lama penyimpanan semakin rendah total kapang pada wingko jagung, hal ini disebabkan karena sorbitol merupakan gula alkohol yang mempunyai sifat humektan sehingga akan menghambat pertumbuhan kapang. Pernyataan ini didukung buckle 1987, efek sorbitol sebagai senyawa humektan juga dapat menghambat mikrobia. Demikian juga semakin rendah penambahan sorbitol dan semakin rendah lama penyimpanan akan meningkatkan jumlah total kapang, hal ini di karenakan adanya sejumlah air bebas yang terdapat dalam produk wingko jagung yang tidak seluruhnya dapat diikat oleh sorbitol sehingga nilai Aw akan meningkat dan menyebabkan kapang akan tumbuh. Stabilitas wingko jagung akan menurun bila ditumbuhi oleh kapang. Menurut buckle 1987 ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme antara lain kontaminasi dari bahan pengemas yang kurang steril, fortifikasi zat gizi, penambahan air, Aw, lama penyimpanan, suhu, pH, dan tersedianya oksigen.

4. Bilangan Peroksida

Bilangan peroksida menunjukkan telah terjadinya suatu reaksi oksidasi pada minyak atau lemak. Bilangan peroksida dapat digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan oksidasi pada minyak atau lemak, peroksida merupakan produk pertama dari reaksi oksidasi. Pada awal reaksi oksidasi asam lemak akan mengikat oksigen dari udara yang diikuti dengan pembentukan peroksida kataren, 1986. Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 5, dapat diketahui bahwa terdapat interaksi yang nyata p ≤ 0,05 antara perlakuan konsentrasi sorbitol dengan lama penyimpanan nilai rata-rata disajikan pada Tabel 13. ] Tabel 13. nilai peroksida wingko jagung dengan penambahan sorbitol selama penyimpanan. Perlakuan Konsentrasi Sorbitol S Lama Penyimpanan P Rerata angka peroksida MeQ100Gr Notasi DMRT 5 3 6 9 0,74 1,25 1.35 1.50 c e ef f 0.116 0.117 0.117 0.118 5 3 6 9 0,54 0,74 0,88 0,96 b c cd d 0.103 0.115 0.117 0.117 10 3 6 9 0,45 0,62 0,76 0,82 ab bc c cd 0.102 0.113 0.117 0.117 15 3 6 9 0.36 0,55 0,61 0,67 a b bc bc - 0.111 0.112 0.115 Ket: Nilai rerata yang didampingi huruf yang berbeda menyatakan terdapat perbedaan yang nyata p ≤0,05 Tabel 13 menunjukkan bahwa besarnya angka peroksida wingko jagung berkisar antara 0,36-1,50. Hasil tertinggi pada analisis wingko jagung yaitu, pada perlakuan penambahan sorbitol 0 dengan lama penyimpanan 3 hari yaitu sebesar 1,50, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan penambahan sorbitol 15 sebesar 0,365. Hubungan antara perlakuan penambahan sorbitol dengan lama penyimpanan terhadap angka peroksida wingko jagung, dapat dilihat pada Gambar 6. Hubungan antara penambahan sorbitol terhadap peroksida wingko jagung Sorbitol 0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000 1.4000 3 6 9 Lama Penyimpanan p e ro ksi d a M eq 100 G r 5 10 15 Gambar 7 Hubungan antara perlakuan penambahan sorbitol dan lama penyimpanan terhadap peroksida wingko jagung Pada Gambar 6 dapat dilihat semakin tinggi penambahan sorbitol dan lama penyimpanan dapat menghambat reaksi pembentukkan angka peroksida pada wingko jagung selama penyimpanan, dibandingkan dengan wingko tanpa penambahan sorbitol.. Dengan penambahan sorbitol, Aw akan ditekan sehingga dengan semakin tinggi sorbitol maka angka peroksida akan dapat ditekan. Semakin lama penyimpanan angka peroksida meningkat karena asam lemak tak jenuh dengan semakin lama penyimpanan akan semakin sering terkena udara, sehingga angka peroksida meningkat, hal ini diperkuat oleh pendapat Lama penyimpanan hari Purnomo 1995 sebagian besar asam-asam lemak tidak jenuh akan rusak dengan bertambahnya umur. 5 . Tekstur Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 5, dapat diketahui bahwa terdapat interaksi yang nyata p ≤ 0,05 antara perlakuan konsentrasi sorbitol dengan lama penyimpanan menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai rata-rata disajikan pada tabel 14. Tabel 14. nilai tekstur wingko jagung dengan penambahan sorbitol selama penyimpanan. Perlakuan Konsentrasi Sorbitol S Lama Penyimpanan P Rerata Teksture mmgr.dtk Notasi DMRT 5 3 6 9 0.60 0.58 0.56 0.51 c bc b a 0.02 0.02 0.02 - 5 3 6 9 0.62 0.63 0.61 0.55 cd d cd b 0.02 0.02 0.02 0.02 10 3 6 9 0.71 0.66 0.65 0.57 f ef de b 0.02 0.02 0.02 0.02 15 3 6 9 0.74 0.70 0.68 0.67 g f ef e 0.02 0.02 0.02 0.02 Ket: Nilai rerata yang didampingi huruf yang berbeda menyatakan terdapat perbedaan yang nyata p ≤0,05 Pada tabel 14 menunjukkan adanya perbedaan tekstur pada produk wingko jagung selama penyimpanan dengan konsentrasi sorbitol dan lama penyimpanan yang berbeda. Teksture merupakan indikator pada jenis makanan. Tekstur dapat diketahui dengan menggunakan alat yang bernama penetrometer dengan satuan kgcm. sorbitol 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 3 6 9 lam a penyim panan te k s tu re k g x m 5 10 15 Gambar 8 hubungan antara penambahan sorbitol terhadap tekstur wingko jagung selama penyimpanan. Dari gambar 7 dapat dilihat semakin tinggi penambahan sorbitol dan semakin pendek lama penyimpanan maka dapat meningkatkan nilai tekstur pada wingko jagung. Hal ini disebabkan pada pemanasan, karbohidrat dalam wingko jagung termasuk sorbitol akan mengalami proses kristalisasi yang diikuti dengan pengerasan sehingga semakin banyak sorbitol nilai tekstur akan meningkat. Pernyataan ini didukung oleh Buckle 1987 sorbitol lebih bermanfaat karena kemampuanya berperan ganda sebagai penghambat kapang dan humektan yang Lama penyimpanan hari plastis untuk tekstur maupun membantu menaikkan kadar zat padat yang terlarut dalam air fase cair. Nilai rata-rata tekstur dari wingko jagung meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi sorbitol, hal ini berkaitan dengan kemampuan sorbitol untuk menahan air bebas dalam bahan, seperti yang dinyatakan oleh Tranggono dkk 1990 penambahan humektan termasuk sorbitol akan mempengaruhi pembentukan tekstur. Lama penyimpanan berpengaruh terhadap tekstur wingko jagung bertambah lunak. Hal ini dikarenakan dengan lama penyimpanan Aw produk semakin tinggi, selain itu secara bertahap produk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dengan cara menyerap air dari lingkungan sekitar, sehingga semakin lama produk wingko jagung menurun dengan melembeknya produk seiring dengan semakin lamanya penyimpanan.

C. Hasil Uji Organoleptik Wingko Jagung

Tabel 15. Nilai score bau wingko jagung Perlakuan Rata-rata Sorbitol Lama penyimpanan hari 5 10 15 3 6 9 3 6 9 3 6 9 3 6 9 3.47 3.06 2.82 2.53 3.41 3.12 3.06 2.94 3.47 3.29 3.06 2.76 3.41 3.29 3.53 3.00 Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan bahwa panelis terhadap aroma wingko jagung didapatkan hasil score masuk dalam skala netral – agak tengik. Nilai score tertinggi terdapat pada wingko jagung dengan perlakuan lama penyimpanan 6 hari dan penambahan sorbitol 15 yaitu sebesar 3.53, sedangkan score terendah terdapat pada wingko jagung dengan perlakuan lama penyimpanan 9 hari dan penambahan sorbitol 0 yaitu sebesar 2,53. Ketengikan pada wingko jagung ini disebabkan oleh lemak yang teroksidasi sehingga semakin lama penyimpanan wingko maka Aw semakin meningkat. Menurut Tranggono dan Sutardi 1990, sorbitol sebagai humektan berfungsi sebagai pengikat air dalam bahan pangan atau air bebas yang terdapat dalam bahan pangan. Semakin besar penambahan sorbitol menyebabkan jumlah air bebas yang tersedia bagi pertumbuhan kapang akan semakin berkurang dan aktivitas air menjadi rendah sehingga dapat meningkatkan daya simpan produk.

D. Analisis Keputusan