17. Bahasa itu dapat dipelajari. 18. Bahasa itu dalam pemakaian bersifat bidimensial Hidayat,2006:25-26.
Salah satu fungsi bahasa menurut P.W.J. Nababan, seorang linguistik Indonesia adalah bahasa sebagai fungsi kebudayaan, jalur penerus kebudayaan
dan invetaris ciri-ciri kebudayaan. Tanda-tanda kebahasaan, setidaknya memiliki dua buah karakteristik,
yaitu bersifat linier dan arbiter. Karakteristik pertama, linearitas penanda the linier nature of the signifier, berkaitan dengan dimensi kewaktuaanya. Penanda-
penanda kebahasaan harus diproduksi secara beruntun, satu demi satu, tidak mungkin secara sekaligus atau simultan. Karakteristik kedua, karbiterian tanda
the arbitrary nature of the sign bersangkutan dengan relasi di antara penanda dan petanda yang “semena-mena” atau “tanpa alasan”, tak termotivasi unmotivated.
Relasi diantara penanda dan petanda adalah semata-mata berdasarkan kovensi Budiman, 2005:38.
2.1.3. Karya Sastra sebagai Media Komunikasi
Sastra menjadi bahasa untuk berkomunikasi dengan bidang-bidang lainnya yang berkembang sesuai dengan perubahan masyarakat dimana ia hidup
Sunardi,2004:14. Karya sastra sebagai proses komunikasi menyediakan pemahaman yang
sangat luas. Menurut Duncan, dalam karya seni terkandung bentuk-bentuk ideal komunikasi, sebab karya seni menyajikan pengalaman dalam kualitas antar
hubungan Ratna,2003:142.
Entitas karya sastra sebagai representasi semetaan sosial berlangsung sepanjang sejarah. Identifikasi dan internatualiasi terhadap universum
sosiokultural mengandaikan keakraban antara subjek kreator dengan objek-objek kulturalnya. Tanpa eksistensi dan kreativitas subjek kreator, maka fakta-fakta
kultural tetap merupakan fakta-fakta alamiah, nontesis dan dengan sendirinya denotatif Ratna, 2003:42-43 .
Untuk menyajikan material kultural, dibandingkan dengan puisi, bahkan juga drama, novel memiliki medium narativitas yang sangat kaya. Secara
kronologis, transmisi material kultural kedalam karya, meliputi : pengamatan dan penelitian, penulisan dan penyebaran, pembacaan dan penilaian Ratna,2003:44.
Menurut Dr.Nyoman Kutali Ratna dalam bukunya yang berjudul Paradigma Sosial Sastra, sebagai simbol ekspresif, medium komunikasi, dan
manifestasi transdental, fungsi-fungsi sosial karya sastra tidak terbatas hanya sebagai penjelasan materialism kultural dari individu ke individu yang lain, tetapi
yang lebih penting adalah transmisi dari satu komunitas ke komunitas yang lain, dari satu generasi ke generasi yang lain. Karya sastra dengan ciri kreativitas,
kapasitas evokasi dan penggunaan sarana bahasanya yang metaforsa, merupakan mediasi-mediasi yang paling tepat untuk menanamkan unsur-unsur objektivitas
hubungan-hubungan sosial. Selanjutnya masih menurut Ratna, content isi dari suatu karya satra dapat
mengambil bahan di dalam dan melalui kehidupan masyarakat. Karya sastra, seperti juga karya-karya dalam ilmu kemanusiaan yang lain, mengesahkan dan
mengevaluasi bahan-bahan yang sama, tetapi dengan cara pandang yang berbeda
dan cara pemahaman yang berbeda. Karya sastra bukan semata-mata respons interaksi sosial, aktivitas-aktivitas karya seni yang mengimplementasikan
motivasi yang jauh lebih luas dan dalam, yaitu rekontruksi asumsi-asumsi kesadaran sosial, berbagai asumsi yang dikonfigurasikan secara verbal.
Sesuai dengan pendapat Dewey, Duncan memandang bahwa masyarakat lahir dalam dan melalui komunikasi, yaitu komunikasi simbol-simbol bermakna.
Mekanisme melalui hubungan-hubungan lisan dan tulisan dianggap sebagai cara- cara berkomunikasi yang paling konstan dan lazim dalam kehidupan sosial, yaitu
dengan sendirinya merupakan fondasi, sumber, dan energi semua aktivitas Ratna,2003 :12.
Karya sastra, khususnya novel, dengan peralatan formalnya, makin lama makin dirasakan sebagai aktivitas yang benar-benar memiliki fungsi integral
dalam struktur sosial. Dalam proses komunikasi, karya sastra dianggap sebagai gejala yang sarat dengan referensi-referensi sosial. Karena itulah Duncan
menyatakan bahwa kekuatan seni yang sesungguhnya terletak dalam kapasitasnya untuk menerobos tembok pemisah antar manusia Ratna,2003:134.
Selanjutnya Dr.Nyoman Kutha Ratna mengatakan bahwa komunikasi sastra merupakan komunikasi tertinggi. Sebab, melibatkan mekanisme unsur-
unsur yang paling luas. Schmidt misalnya,menjelaskan bahwa komunikasi sastra melibatkan proses total yang meliputi : a produksi teks, yaitu aktivitas pengarang
dalam menghasilkan teks tertentu, b teks itu sendiri dengan berbagai problematikanya, c transmisi teks melalui editor, penerbit, toko-toko buku, dan
pembaca nyata dan d penerima teks, melalui aktivitas pembaca khususnya pembaca implisit.
Hubungan karya sastra dengan masyarakat merupakan kompleksitas hubungan yang bertujuan untuk saling menjelaskan fungsi-fungsi perilaku sosial
yang terjadi pada saat-saat tertentu Ratna,2003 :137.
2.1.4. Perempuan sebagai feminis