13. Cornelis segera berlari ke arah haluan, ketika Keumala sudah menarik pedang yang tergantung di pinggangnya. Cornelis pun segera mencabut pedangnya.
Keduanya beradu senjata di geladak, naik ke haluan dan melompat turun kembali ke geladak. Melangkah maju, kemudian mundur kembali. Suara
pedang terus berdentingan tak kunjung henti. Pasukan Belanda melawan Armada Inong Balee dan pasukan darat Panglima Nausa yang tanpa gentar
menyerang hal 338 14. Dihilangkan segala rasa sakit yang semakin menjalar, dengan gerakan yang
sangat halus Keumala mencabut keris dengan tangan kanannya. Dengan sekuat tenaga yang masih tersisa, Keumala tiba-tiba meronta,membalikkan
tubuhnya, segera merunduk dan langsung menghunuskan kerisnya tepat di perut laki-laki itu. hal 341
4.3. Hasil Analisis Data
Teori studi semiotik Roland Barthes mencoba membongkar makna yang tersirat dari yang tersurat lewat penggambaran masalah yang ingin ditunjukkan
melalui analisis penanda dan petanda. Menurut Roland Barthes di dalam sebuah teks novel tersembunyi lima kode-kode pembacaan leksia. Kode-kode pokok
tersebut meliputi aspek sintagmatik dan semantik sekaligus , yaitu bagaimana bagian-bagiannya berkaitan satu sama lain dan terkubung di dunia diluar “teks”.
Kelima jenis kode tersebut meliputi kode hermeneutik kode teka-teki, kode semik makna konotatif, kode simbolik kode symbol, kode proaretik logika
tindakan, kode gnomic kode cultural.
Tabel 1 Leksia yang menunjukkan adanya feminisme pada Keumalahayati beserta
Pasukan Inong Balee
Leksia Kalimat yang menunjukkan adanya feminisme pada
Keumalahayati beserta Pasukan Inong Balee
Leksia 1 Keumalahayati, selain istri panglima Armada Selat Malaka, ia
sendiri menjabat sebagai Komandan Protokol Kerajaan Darud Donya Aceh Darussalam. Tugasnya adalah mengatur seluruh
kegiatan yang akan dilakukan oleh Yang Mulia Baginda Sultan dan petinggi-petingginya. Tugas lain yang tidak tentu mudah
adalah menerima tamu-tamu dari lingkungan keluarga, orang kaya, maupun tamu-tamu dari negeri seberang yang
kebanyakan ingin melakukan hubungan perdagangan dengan kerajaan.
Leksia 2 Sebelum itu, Keumala menjabat sebagai kepala pengamanan
samudra. Jabatan itu diraihnya setelah Keumala berhasil menumpas perompak-perompak laut negeri sendiri yang
mengganggu nelayan-nelayan yang sedang mencari ikan. Perompak-perompak itu melakukan perampasan hasil tangkapan
ikan mulai dari perairan Selat Malaka hingga Samudra Hindia. Sangat luas wilayah tugas pengamanannya. Sejak itulah seluruh
rakyat mulai membuktikan keberanian perwira perempuan yang menyelesaikan pendidikan di Ma’had Baitul Maqdis dengan
julukan terhormat karena nilai tertingginya.
Leksia 3 Begitu keris dihunuskan, dengan cekatan Keumala malah
menangkis dan beringsut ke sisi sebelah kanan. Laki-laki itu memutar badan dan kembali menyerang. Lahan sempit didalam
kapal sangat tidak nyaman untuk gerak pertahanan. Namun Keumala tetaplah siaga, keris kembali menghunus namun
dengan sigap ia menangkisnya.
Leksia 4 Keumala semakin kalut, segera ia mendorong Mughal kuat-kuat
yang membuatnya kembali terhuyung dan terjebur ke laut lepas. Diatas kapal yang semakin lama semakin tergenang, Keumala
melangkahkan kakinya lebar-lebar dan dengan kekuatan yang tersisa, ia menarik tangan Cut Dek dalam gerombolan berkedok
itu.
Leksia 5 Sementara di belakangnya. Mughal terus berusaha menggapai
kakinya. Pertempuran keras terjadi di dalam air, ditengah samudra luas. Keumala berusaha menjejak-jejakkan kakinya
menghindari gapaian tangan laki-laki yang berusaha menahannya.
Leksia 6 “Bedebah kau, pengecut, bersembunyi dibalik kedok hitam tak
berguna itu. Tak lah berlaku untukku. Aku tetap tengarai siapa dirimu hardik Keumala. “
Leksia 7 Tidak terlalu keras, namun diri Keumala menengarai adanya
seseorang yang sedang mendengarkan percakapannya dengan Baginda. Dahinya mengernyit, telinganya dipasang tajam-tajam.
Tanpa menoleh, Keumala mencabut keris dan melemparkannya dengan tenaga penuh kearah datangnya suara. Keris tertancap
pada sasaran.
Leksia 8 Sungguh pemandangan yang luar biasa. Para inong balee yang
tadinya tampak begitu keras ketika berlatih perang di tanah lapang, kini berubah menjadi makhluk-makhluk lembut yang
siap mencurahkan kasih sayang. Mengalirkan air kehidupan dari puting susunya, demi benih-benih manusia baru, tanda mata
suami tercinta.
Leksia 9 Menyelam, merangkak dan merayap tanpa menimbulkan suara.
Itulah yang harus dilakukan Zaidah bersama Khanza dan Yumna, dua orang inong balee muda yang didik khusus sebagai
mata-mata armada, untuk menjalankan tugas yang telah diamanatkan.
Leksia 10 Sebelum ia sempat menyerang Iglesias, secepat kilat Keumala
pun mencabut keris, memutar badannya dan segera menghunuskannya di bagian perut sebelah kiri laki-laki berkulit
bersih yang berdiri disampingnya.
Leksia 11 Belum sempat Tuanku Ibrahim Jaffar menyelesaikan kata-
katanya, Keumala mencabut pisau kecil yang tersemat disanggul dengan tangan kirinya, kemudian dengan gerakan
cepat ia mengayunkannya tepat mengenai leher laki-laki yang sibuk mengatur kata-kata. Terpecik darah terkena sayatan pisau
hiasan kepala, yang memotong nadi di lehernya.
Leksia 12 Hari hampir gelap ketika Keumala bersama Nurhayati menghela
kudanya kuat-kuat. Pintu gerbang benteng Portugis sudah tampak dari kejauhan. Keumala mengangkat tangannya segera
Nurhayati mengambil anak panah dan melesatkannya ke udara sambil tetap menghelai kuda. Begitu melihat desingan panah
dengan asap putih, segeralah pribumi penjaga benteng Portugis membuka pintu lebar-lebar. Keumala segera menyeruak masuk,
tanpa permisi. Ketika tiba didalam benteng, ia turun dari punggung kuda dengan tergesa-gesa.
Leksia 13 Cornelis segera berlari ke arah haluan, ketika Keumala sudah
menarik pedang yang tergantung di pinggangnya. Cornelis pun segera mencabut pedangnya. Keduanya beradu senjata di
geladak, naik ke haluan dan melompat turun kembali ke geladak. Melangkah maju, kemudian mundur kembali. Suara pedang
terus berdentingan tak kunjung henti. Pasukan Belanda melawan Armada Inong Balee dan pasukan darat Panglima Nausa yang
tanpa gentar menyerang.
Leksia 14 Dihilangkan segala rasa sakit yang semakin menjalar, dengan
gerakan yang sangat halus Keumala mencabut keris dengan tangan kanannya. Dengan sekuat tenaga yang masih tersisa,
Keumala tiba-tiba meronta, membalikkan tubuhnya, segera merunduk dan langsung menghunuskan kerisnya tepat di perut
laki-laki itu.
Berikut ini adalah kolom yang menjelaskan penggolongan leksia kedalam 5 kode pembacaan menurut Roland Barthes, berikut juga kalimat mana
yang dalam leksia tersebut menunjukkan salah satu kode pembacaan yaitu : Tabel 2
Pembagian leksia dalam 5 kode pembacaan Kode
Hermeneutik Leksia
3 Begitu keris dihunuskan, dengan cekatan Keumala malah menangkis dan beringsut ke sisi
sebelah kanan. Laki-laki itu memutar badan dan kembali menyerang. Lahan sempit didalam kapal
sangat tidak nyaman untuk gerak pertahanan. Namun Keumala tetaplah siaga, keris kembali
menghunus namun dengan sigap ia menangkisnya.
Leksia 10 Sebelum ia sempat menyerang Iglesias, secepat
kilat Keumala pun mencabut keris, memutar
badannya dan segera menghunuskannya di bagian perut sebelah kiri laki-laki berkulit bersih
yang berdiri disampingnya.
Leksia 11 Belum sempat Tuanku Ibrahim Jaffar
menyelesaikan kata-katanya, Keumala mencabut pisau kecil yang tersemat disanggul
dengan tangan kirinya, kemudian dengan gerakan cepat ia mengayunkannya tepat
mengenai leher laki-laki yang sibuk mengatur kata-kata. Terpecik darah terkena sayatan pisau
hiasan kepala, yang memotong nadi di lehernya.
Leksia 12
Hari hampir gelap ketika Keumala bersama Nurhayati menghela kudanya kuat-kuat. Pintu
gerbang benteng Portugis sudah tampak dari kejauhan. Keumala mengangkat tangannya
segera Nurhayati mengambil anak panah dan melesatkannya ke udara sambil tetap menghelai
kuda. Begitu melihat desingan panah dengan asap putih, segeralah pribumi penjaga benteng
Portugis membuka pintu lebar-lebar. Keumala segera menyeruak masuk, tanpa permisi. Ketika
tiba didalam benteng, ia turun dari punggung kuda dengan tergesa-gesa.
Kode Semik Leksia 1
Keumalahayati, selain istri panglima Armada Selat Malaka, ia sendiri menjabat sebagai
Komandan Protokol Kerajaan Darud Donya Aceh Darussalam. Tugasnya adalah mengatur
seluruh kegiatan yang akan dilakukan oleh Yang Mulia Baginda Sultan dan petinggi-petingginya.
Tugas lain yang tidak tentu mudah adalah menerima tamu-tamu dari lingkungan keluarga,
orang kaya, maupun tamu-tamu dari negeri seberang yang kebanyakan ingin melakukan
hubungan perdagangan dengan kerajaan.
Leksia 4
Keumala semakin kalut, segera ia mendorong Mughal kuat-kuat yang membuatnya kembali
terhuyung dan terjebur ke laut lepas. Diatas kapal yang semakin lama semakin tergenang,
Keumala melangkahkan kakinya lebar-lebar dan dengan kekuatan yang tersisa, ia menarik
tangan Cut Dek dalam gerombolan berkedok itu. Leksia 6
Bedebah kau, pengecut, bersembunyi dibalik kedok hitam tak berguna itu. Tak lah berlaku
untukku. Aku tetap tengarai siapa dirimu hardik Keumala. “
Kode Simbolik Leksia 2 Sebelum itu, Keumala menjabat sebagai kepala
pengamanan samudra. Jabatan itu diraihnya setelah Keumala berhasil menumpas perompak-
perompak laut negeri sendiri yang mengganggu nelayan-nelayan yang sedang mencari ikan.
Perompak-perompak itu melakukan perampasan hasil tangkapan ikan mulai dari perairan Selat
Malaka hingga Samudra Hindia. Sangat luas wilayah tugas pengamanannya. Sejak itulah
seluruh rakyat mulai membuktikan keberanian perwira perempuan yang menyelesaikan
pendidikan di Ma’had Baitul Maqdis dengan julukan terhormat karena nilai tertingginya.
Leksia 13 Cornelis segera berlari ke arah haluan, ketika Keumala sudah menarik pedang yang tergantung
di pinggangnya. Ia pun segera mencabut pedangnya. Keduanya beradu senjata di geladak,
naik ke haluan dan melompat turun kembali ke geladak. Melangkah maju, kemudian mundur
kembali. Suara pedang terus berdentingan tak kunjung henti.
Kode Proaretik Leksia
5 Sementara di belakangnya. Mughal terus berusaha menggapai kakinya. Pertempuran keras
terjadi di dalam air, ditengah samudra luas. Keumala berusaha menjejak-jejakkan kakinya
menghindari gapaian tangan laki-laki yang berusaha menahannya.
Leksia 7
Tidak terlalu keras, namun diri Keumala menengarai adanya seseorang yang sedang
mendengarkan percakapannya dengan Baginda. Dahinya mengernyit, telinganya dipasang tajam-
tajam. Tanpa menoleh, Keumala mencabut keris dan melemparkannya dengan tenaga penuh
kearah datangnya suara. Keris tertancap pada sasaran.
Leksia 9
Menyelam, merangkak dan merayap tanpa menimbulkan suara. Itulah yang harus dilakukan
Zaidah bersama Khanza dan Yumna, dua orang inong balee muda yang didik khusus sebagai
mata-mata armada, untuk menjalankan tugas yang telah diamanatkan.
Leksia 14 Dihilangkan segala rasa sakit yang semakin menjalar, dengan gerakan yang sangat halus
Keumala mencabut keris dengan tangan kanannya. Dengan sekuat tenaga yang masih
tersisa, Keumala tiba-tiba meronta,membalikkan tubuhnya, segera merunduk dan langsung
menghunuskan kerisnya tepat di perut laki-laki itu.
Kode Gnomik Leksia 8
Sungguh pemandangan yang luar biasa. Para inong balee yang tadinya tampak begitu keras
ketika berlatih perang di tanah lapang, kini berubah menjadi makhluk-makhluk lembut yang
siap mencurahkan kasih sayang. Mengalirkan air kehidupan dari puting susunya, demi benih-
benih manusia baru, tanda mata suami tercinta.
Berikut ini adalah analisa data terhadap leksia-leksia yang sudah dipaparkan di atas, yaitu sebagai berikut :
1. Kode Hermeneutik
Leksia 3 Halaman 129
“ Begitu keris dihunuskan, dengan cekatan Keumala malah menangkis dan beringsut ke sisi sebelah kanan. Laki-laki itu memutar badan dan kembali
menyerang. Lahan sempit didalam kapal sangat tidak nyaman untuk gerak pertahanan. Namun Keumala tetaplah siaga, keris kembali
menghunus namun dengan sigap ia menangkisnya.”
Dalam leksia diatas terdapat kode pembacaan yang digunakan untuk memaknainya yaitu kode hermeneutik, adalah kode untuk menyusun teka-teki
enigma dan sekedar memberikan isyarat bagi penyelesaian berikutnya ini terlihat dari kata-kata “lahan sempit didalam kapal sangat tidak nyaman untuk gerak
pertahanan. Namun Keumala tetaplah siaga, keris kembali menghunus namun dengan sigap ia menangkisnya”. kalimat ini menunjukkan bahwa Keumala tetap
mempertahankan dirinya dari serangan musuhnya. Leksia diatas dapat diketahui dengan adanya emansipasi dan feminisme yang ada pada Keumala ternyata
mampu menguasai dan mengendalikan laki-laki, yang seharusnya laki-laki lebih kuat dari dirinya. Hal ini menunjukkan termasuk dalam konsep feminisme radikal-
kultural menyadari bahwa perempuan tidak ditakdirkan untuk menjadi pasif, seperti juga laki-laki yang tidak ditakdirkan untuk menjadi aktif.
Leksia 10 Halaman 259
“Sebelum ia sempat menyerang Iglesias, secepat kilat Keumala pun mencabut keris, memutar badannya dan segera menghunuskannya di bagian
perut sebelah kiri laki-laki berkulit bersih yang berdiri disampingnya.”
Dalam leksia diatas terdapat kode pembacaan yang digunakan untuk memaknainya yaitu kode hermeneutik, adalah kode yang dengan berbagai cara
berfungsi mengartikulasikan suatu persoalan, ini terlihat dari kata-kata”… secepat kilat Keumala pun mencabut keris, memutar badannya dan segera
menghunuskannya di bagian perut sebelah kiri laki-laki berkulit bersih yang berdri disampingnya.”
Dari leksia diatas dapat diketahui persoalan semakin tajam dan menimbulkan suatu persoalan yang baru karena Keumala dengan sigap dan
cekatan membunuh Iglesias, berita kematian ini membuat serdadu Portugis
semakin geram. Leksia ini menunjukkan bahwa perempuan sebagai feminis juga memiliki nilai-nilai maskulin dan agresif yang biasanya muncul pada laki-laki.
Dalam konsep feminisme radikal-kultural, perempuan menolak adanya sistem masyarakat patriarkhi yang beranggapan laki-laki lebih berkuasa dan
mendominasi atas diri perempuan yang tidak menjadikannya menjadi seorang manusia yang utuh.
Leksia 11 Halaman 261
“Belum sempat Tuanku Ibrahim Jaffar menyelesaikan kata-katanya, Keumala mencabut pisau kecil yang tersemat disanggul dengan tangan
kirinya, kemudian dengan gerakan cepat ia mengayunkannya tepat mengenai leher laki-laki yang sibuk mengatur kata-kata. Terpecik darah
terkena sayatan pisau hiasan kepala, yang memotong nadi di lehernya.”
Dalam leksia diatas terdapat kode pembacaan yang digunakan untuk memaknainya yaitu kode hermeneutik, adalah kode yang menyusun teka-teki
enigma dan sekedar memberikan isyarat bagi penyelesaian berikutnya. Ini terlihat dari kata-kata “…Keumala mencabut pisau kecil yang tersemat disanggul
dengan tangan kirinya, kemudian dengan gerakan cepat ia mengayunkannya tepat mengenai leher laki-laki yang sibuk mengatur kata-kata…”
Dari leksia diatas dapat diketahui bahwa Keumala dapat mengatur strategi untuk melumpuhkan musuh dengan gerakan yang tidak diduga
sebelumnya. Feminisme tampak pada sikap Keumala, meskipun perempuan dipandang lemah oleh laki-laki, tetapi suatu yang dianggap lemah tersebut
ternyata justru dijadikan kelebihan dan kekuatan untuk melawan laki-laki yang dalam budaya patriarkhi lebih tinggi kedudukannya.
Leksia 12 halaman 321
“Hari hampir gelap ketika Keumala bersama Nurhayati menghela kudanya kuat-kuat. Pintu gerbang benteng Portugis sudah tampak dari
kejauhan. Keumala mengangkat tangannya segera Nurhayati mengambil anak panah dan melesatkannya ke udara sambil tetap menghelai kuda.
Begitu melihat desingan panah dengan asap putih, segeralah pribumi penjaga benteng Portugis membuka pintu lebar-lebar. Keumala segera
menyeruak masuk, tanpa permisi. Ketika tiba didalam benteng, ia turun dari punggung kuda dengan tergesa-gesa”.
Dalam leksia diatas terdapat kode pembacaan yang digunakan untuk memaknainya yaitu kode hermeneutik, adalah kode yang dapat mempertajam
permasalahan ini terlihat dari kata-kata “…Begitu melihat desingan panah dengan asap putih, segeralah pribumi penjaga benteng Portugis membuka pintu lebar-
lebar. Keumala segera menyeruak masuk, tanpa permisi. Ketika tiba didalam benteng, ia turun dari punggung kuda dengan tergesa-gesa”. Ini menunjukkan
adanya pemikiran feminisme radikal-kultural yaitu perempuan sebagai feminis juga menjaga karakter feminisnya dari tambahan-tambahan sifat maskulin.
Dari leksia diatas menjelaskan adanya feminisme yang terdapat nilai- nilai agresif, ditunjukkan dengan sikap Keumala memberikan aba-aba yang di
lakukan bersama armadanya benteng Portugis terbuka dan tanpa takut dia berusaha menyeruak masuk ke benteng. Mereka bertujuan mencari Tuan Alfonso
untuk mendapatkan berita tentang Serdadu Belanda.
2. Kode Semik
Leksia 1 Halaman 64
“Keumalahayati, selain istri panglima Armada Selat Malaka, ia sendiri menjabat sebagai Komandan Protokol Kerajaan Darud Donya Aceh
Darussalam. Tugasnya adalah mengatur seluruh kegiatan yang akan dilakukan oleh Yang Mulia Baginda Sultan dan petinggi-petingginya.
Tugas lain yang tidak tentu mudah adalah menerima tamu-tamu dari lingkungan keluarga, orang kaya, maupun tamu-tamu dari “negeri
seberang” yang kebanyakan ingin melakukan hubungan perdagangan dengan kerajaan”.
Leksia ini digolongkan kedalam kode semik karena konotasi melekat pada suatu kata tertentu, kata “negeri seberang” mewakili suatu negara. Pada leksia
ini menunjukkan bahwa Keumala dapat mendobrak stereotipe budaya patriarkhi pada perempuan yang selalu diidentikkan dengan sifatnya yang lemah lembut,
cantik, keibuan, pasif serta identik dengan pekerjaan yang dekat dengan lingkungan privat seperti mengurus dapur, mendidik anak. Tetapi sebaliknya
Keumala masuk ke dalam konsep feminisme radikal-kultural yang memiliki konsep perempuan sebagai feminis menolak adanya sistem masyarakat patriarkhi
dimana laki-laki lebih berkuasa dan mendominasi atas perempuan, perempuan dapat mengambil keputusan secara otonom dan adil meski Keumala juga
menyandang sebagai ibu rumah tangga.
Leksia 4 Halaman 131
“Keumala semakin kalut, segera ia mendorong Mughal kuat-kuat yang membuatnya kembali terhuyung dan terjebur ke laut lepas. Diatas kapal
yang semakin lama semakin tergenang, Keumala melangkahkan kakinya lebar-lebar dan dengan kekuatan yang tersisa, ia menarik tangan Cut Dek
dalam gerombolan berkedok itu.”
Leksia ini digolongkan kedalam kode semik karena konotasi melekat pada suatu kata tertentu, maksudnya adalah “gerombolan berkedok” mewakili
sekelompok orang yang berniat jahat. Leksia ini menunjukkan bahwa Keumala dengan sekuat tenaga mempertaruhkan nyawa anaknya dari Mughal. Dia adalah
salah satu orang “Gerombolan berkedok” terdiri dari sekelompok laki-laki yang tidak menginginkan jabatan Panglima jatuh kepada Keumala. Mereka
beranggapan bahwa Keumala adalah seorang perempuan yang diidentikkan lemah yang tidak dapat menjadi pemimpin, namun didalam feminisme liberal bahwa
perempuan merupakan makhluk yang sama dengan pria, dan mempunyai hak yang sama dengan pria.
Leksia 6 Halaman 130
“Bedebah kau, pengecut, bersembunyi dibalik kedok hitam tak berguna itu. Tak lah berlaku untukku. Aku tetap tengarai siapa dirimu hardik Keumala.”
Leksia ini digolongkan kedalam kode semik karena konotasi melekat pada suatu kata tertentu, maksudnya adalah “pengecut” mewakili suatu bentuk kata
kasar. Keumala menunjukkan sikap feminisnya dengan memaki sekelompok gerombolan berkedok yang bertujuan ingin membunuhnya. Di dalam diri
Keumala tidak hanya terdapat feminitas tetapi juga maskulinitas eperti yang terdapat pada diri laki-laki. Dengan berbagai peran gender yang melekat pada diri
Keumala sehingga dapat menjadikannya untuk setara kedudukannya dengan laki- laki dan untuk membebaskannya dari peran gender yang opresif atau
merendahkan.
3. Kode Simbolik
Leksia 2 Halaman 65 “Sebelum itu, Keumala menjabat sebagai kepala pengamanan
samudra. Jabatan itu diraihnya setelah Keumala berhasil menumpas perompak-perompak laut negeri sendiri yang mengganggu nelayan-
nelayan yang sedang mencari ikan. Perompak-perompak itu melakukan perampasan hasil tangkapan ikan mulai dari perairan Selat
Malaka hingga Samudra Hindia. Sangat luas wilayah tugas pengamanannya. Sejak itulah seluruh rakyat mulai membuktikan
keberanian perwira perempuan yang menyelesaikan pendidikan di Ma’had Baitul Maqdis dengan julukan terhormat karena nilai
tertingginya.”
Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan simbolik yaitu merupakan pengkodean secara struktural, yaitu kode pengelompokkan atau konfigurasi
yang dapat dikenali, karena kemunculannya yang berulang-ulang secara teratur melalui berbagai cara dari sarana tekstual. Leksia tersebut menjelaskan
bahwa Keumala adalah seorang perempuan yang aktif, kuat, berani dari kata- kata ini dapat menjelaskan makna simbolik yaitu”... Jabatan itu diraihnya
setelah ia berhasil menumpas perompak-perompak laut negeri sendiri yang mengganggu nelayan-nelayan yang sedang mencari ikan. Perompak-
perompak itu melakukan perampasan hasil tangkapan ikan mulai dari perairan Selat Malaka hingga Samudra Hindia. Sangat luas wilayah tugas
pengamanannya.” Karena saat itu Keumala berada pada situasi dimana dimata masyarakat ia dipandang sebagai perwira perempuan yang
menyelesaikan pendidikannya di Ma’had Baitul Maqdis dengan julukan terhormat karena nilai tertingginya. Kalimat diatas termasuk dalam konsep
radikal-kultural bahwa Perempuan sebagai feminis menyadari bahwa
perempuan tidak ditakdirkan untuk menjadi pasif, seperti juga laki-laki tidak ditakdirkan untuk menjadi aktif dan kemudian mengembangkan kombinasi
apapun dari sifat-sifat feminin dan maskulin yang paling baik merefleksikan kepribadian unik mereka masing-masing.
Leksia 13 Halaman 338
“Cornelis segera berlari ke arah haluan, ketika Keumala sudah menarik pedang yang tergantung di pinggangnya. Ia pun segera mencabut
pedangnya. Keduanya beradu senjata di geladak, naik ke haluan dan melompat turun kembali ke geladak. Melangkah maju, kemudian mundur
kembali. Suara pedang terus berdentingan tak kunjung henti”.
Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan simbolik yaitu merupakan pengkodean secara struktural, yaitu kode pengelompokkan atau
konfigurasi yang dapat dikenali, karena kemunculannya yang berulang-ulang secara teratur melalui berbagai cara dari sarana tekstual. Leksia tersebut
menjelaskan bahwa Keumala menyamakan atau menyimbolkan dirinya sebagai manusia yang menerima perlakuan semena-mena dari laki-laki yang ingin
memusnahkannya dan tanpa merasakannya sebagai beban tetapi merupakan sebuah awal perlawanan untuk menumpas musuh. Dari kata-kata ini dapat
menjelaskan makna simbolik yaitu “Keumala sudah menarik pedang yang tergantung di pinggangnya. Ia pun segera mencabut pedangnya. Keduanya beradu
senjata di geladak, naik ke haluan dan melompat turun kembali ke geladak. Melangkah maju, kemudian mundur kembali. Suara pedang terus berdentingan tak
kunjung henti”. Karena saat itu Keumala berada pada situasi dimana ia harus mempertahankan daerah kekuasaannya.
4. Kode Proaretik Leksia 5 Halaman 107
“Sementara di belakangnya. Mughal terus berusaha menggapai kakinya. Pertempuran keras terjadi di dalam air, ditengah samudra luas. Keumala
berusaha menjejak-jejakkan kakinya menghindari gapaian tangan laki-laki yang berusaha menahannya”.
Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan proaretik atau kode narasi yang merupakan kode “tindakan” action. Kode ini didasarkan atas konsep
“kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional yang mengaplikasikan logika manusia.
Dari leksia diatas dapat diketahui bahwa perjuangan seorang perempuan dengan berusaha untuk melawan ditunjukkan dengan sebuah tindakan menjejak-
jejakkan kakinya, pada kata-kata “…Keumala berusaha menjejak-jejakkan kakinya menghindari gapaian tangan laki-laki yang berusaha menahannya”
tindakan tersebut merupakan feminis dimana perempuan memiliki kekuasaan untuk dapat berjuang, memiliki kekuatan untuk mengalahkan laki-laki. Dari
kalimat di atas termasuk dalm konsep feminisme liberal bahwa perempuan sebagai feminis tidak dapat membenarkan hukum atau tabu yang melarang
semua perempuan untuk melakukan hal yang dapat dilakukan laki-laki rata- rata dan dianggap tidak dapat dilakukan perempuan rata-rata dan juga
sebaliknya.
Leksia 7 Halaman 187
“Tidak terlalu keras, namun dirinya menengarai adanya seseorang yang sedang mendengarkan percakapannya dengan Baginda. Dahinya
mengernyit, telinganya dipasang tajam-tajam. Tanpa menoleh, ia mencabut keris dan melemparkannya dengan tenaga penuh kearah datangnya suara.
Keris tertancap pada sasaran”.
Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan proaretik atau kode narasi yang merupakan kode “tindakan” action. Kode ini didasarkan atas konsep
“kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional yang mengaplikasikan logika manusia”.
Dari leksia diatas dapat diketahui bahwa perjuangan Keumala ditunjukkan dengan sebuah tindakan yaitu dari kata-kata “…Tanpa menoleh, ia mencabut keris
dan melemparkannya dengan tenaga penuh kearah datangnya suara. Keris tertancap pada sasaran”. Tindakan mencabut keris dan melemparkannya ke arah
lawan merupakan suatu usaha untuk mempertahankan daerah kekuasaannya. Seorang perempuan feminis memiliki strategi dan agresif yang timbul secara tiba-
tiba. Leksia 9 Halaman 241
“Menyelam, merangkak dan merayap tanpa menimbulkan suara. Itulah yang harus dilakukan Zaidah bersama Khanza dan Yumna, dua orang
inong balee muda yang didik khusus sebagai mata-mata armada, untuk menjalankan tugas yang telah diamanatkan.”
Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan proaretik atau kode narasi yang merupakan kode “tindakan” action. Kode ini didasarkan atas konsep
“kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara
rasional yang mengaplikasikan logika manusia”.
Dari leksia diatas dapat diketahui bahwa “Menyelam, merangkak dan merayap tanpa menimbulkan suara.” Merupakan sebuah tindakan yang dilakukan
oleh armada inong balee yang mempunyai tugas sebagai mata-mata serdadu Portugis. Feminis perempuan ditunjukkan dengan perempuan yang berkuasa dan
dominan, tidak emosional akan tetapi lebih rasional dengan lebih menggunakan nalarnya untuk membuat keputusan dan menunjukkan kepemimpinannya.
Leksia 14 Halaman 341
“Dihilangkan segala rasa sakit yang semakin menjalar, dengan gerakan yang sangat halus Keumala mencabut keris dengan tangan kanannya.
Dengan sekuat tenaga yang masih tersisa, Keumala tiba-tiba meronta,membalikkan tubuhnya, segera merunduk dan langsung
menghunuskan kerisnya tepat di perut laki-laki itu.”
Leksia diatas digolongkan kedalam kode pembacaan proaretik atau kode narasi yang merupakan kode “tindakan” action. Kode ini didasarkan atas konsep
“kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara
rasional yang mengaplikasikan logika manusia”.
Dari leksia diatas dapat diketahui suatu tindakan dari kalimat”… Keumala tiba-tiba meronta, membalikkan tubuhnya, segera merunduk dan
langsung menghunuskan kerisnya tepat di perut laki-laki itu.” Perjuangan Keumala sering membuat strategi yang baik untuk melumpuhkan musuhnya, rela
mengorbankan dirinya untuk mempertahankan daerah kekuasaannya dan ingin membalas dendam pada serdadu Portugis dan Belanda. Didalam feminisme liberal
memiliki dasar pemikiran bahwa perempuan merupakan makhluk yang sama
dengan pria, diciptakan seimbang dan serasi, dan tidak terjadi penindasan antara satu dengan yang lain.
5. Kode Gnomik Leksia 8 Halaman 202
“Sungguh pemandangan yang luar biasa. Para inong balee yang tadinya tampak begitu keras ketika berlatih perang di tanah lapang, kini berubah
menjadi makhluk-makhluk lembut yang siap mencurahkan kasih sayang. Mengalirkan air kehidupan dari puting susunya, demi benih-benih manusia
baru, tanda mata suami tercinta”.
Leksia diatas digolongkan ke dalam kode pembacaan Gnomik cultural yang berwujud sebagai semacam suara kolektif yang anonym dan otoritatif,
bersumber dari pengalaman manusia yang mewakili atau berbicara tentang sesuatu yang hendak dikukuhkannya sebagai pengetahuan atau kearifan wisdom.
Dalam leksia ini terdapat suatu ajaran atau nilai kebudayaan ynag berkembang di dalam masyarakat. pada leksia ini kalimat yang menunjukkan
adanya kode Gnomic kultural yaitu”… Para inong balee yang tadinya tampak begitu keras ketika berlatih perang di tanah lapang, kini berubah menjadi
makhluk-makhluk lembut yang siap mencurahkan kasih sayang. Mengalirkan air kehidupan dari puting susunya, demi benih-benih manusia baru, tanda mata suami
tercinta”. Dari kalimat termasuk dalam pemikiran feminis radikal-kultural yang memiliki konsep seorang perempuan feminis dapat memutuskan siapa,
bagaimana, kapan dan dimana seorang perempuan akan menjadi ibu atau menjalankan fungsi sebagai ibu.
4.3. Sistem Ideologi