dinarasikan dalam sebuah cerita yang runtut dan dapat divisualisasikan dengan baik dalam imajinasi pembacanya.
Bahasa yang digunakan pengarang adalah bahasa Indonesia yang sedikit terdapat campuran bahasa daerah yaitu bahasa Aceh. Hal ini dilakukan untuk
menyesuaikan daerah dimana peristiwa itu terjadi dengan bersetting di Kerajaan Darud Donya Darussalam sekarang menjadi Aceh.
Sementara alur yang digunakan secara umum adalah alur maju, tetapi juga ditemukan alur mundur atau flashback pada beberapa penggalan-penggalan kisah.
Dibuka dengan cerita awal tokoh utama seorang perempuan yang belajar pendidikan militer. Kemudian dilanjutkan dengan kisah penokohan masing-
masing tokoh dan kisah nyata kehidupan yang menggetarkan jiwa.
4.2. Penyajian Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah novel ”Perempuan Keumala” karya Endang Moerdopo. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap
novel “Perempuan Keumala”, maka hasil dari penelitian tersebut kemudian akan disajikan Representasi Novel “Perempuan Keumala” mengenai perjuangan
perempuan bersama inong balee nya untu melawan serdadu Portugis dan Belanda yang berkaitan dengan feminisme perempuan.
Selanjutnya novel “Perempuan Keumala” akan diinterpretasikan dan dianalisis bedasarkan landasan teori Roland Barthes. Mendefinisikan tanda
berdasarkan aspek penanda signifier, juga petanda signified denotative serta
pemaknaan tataraan tingkat kedua yaitu aspek penanda signifier dan juga petanda signified konotatif untuk mengetahui realitas yang sebenarnya muncul
signification yang menghasilkan interpretasi secara kesuluruhan. Penyajian data dalam penelitian ini adalah 14 leksia yang terdapat dalam
novel “Perempuan Keumala” karya Endang Moerdopo. Sesuai dengan corpus penelitian yang tercantum dalam Bab III. 14 leksia tersebut adalah :
1. Keumalahayati, selain istri panglima Armada Selat Malaka, ia sendiri menjabat sebagai Komandan Protokol Kerajaan Darud Donya Aceh
Darussalam. Tugasnya adalah mengatur seluruh kegiatan yang akan dilakukan oleh Yang Mulia Baginda Sultan dan petinggi-petingginya. Tugas
lain yang tidak tentu mudah adalah menerima tamu-tamu dari lingkungan keluarga, orang kaya, maupun tamu-tamu dari negeri seberang yang
kebanyakan ingin melakukan hubungan perdagangan dengan kerajaan. hal 64
2. Sebelum itu, Keumala menjabat sebagai kepala pengamanan samudra. Jabatan itu diraihnya setelah Keumala berhasil menumpas perompak-
perompak laut negeri sendiri yang mengganggu nelayan-nelayan yang sedang mencari ikan. Perompak-perompak itu melakukan perampasan hasil
tangkapan ikan mulai dari perairan Selat Malaka hingga Samudra Hindia. Sangat luas wilayah tugas pengamanannya. hal 65
3. Begitu keris dihunuskan, dengan cekatan Keumala malah menangkis dan beringsut ke sisi sebelah kanan. Laki-laki itu memutar badan dan kembali
menyerang. Lahan sempit didalam kapal sangat tidak nyaman untuk gerak
pertahanan. Namun Keumala tetaplah siaga, keris kembali menghunus namun dengan sigap ia menangkisnya. hal 129
4. Keumala semakin kalut, segera ia mendorong Mughal kuat-kuat yang membuatnya kembali terhuyung dan terjebur ke laut lepas. Diatas kapal yang
semakin lama semakin tergenang, Keumala melangkahkan kakinya lebar- lebar dan dengan kekuatan yang tersisa, ia menarik tangan Cut Dek dalam
gerombolan berkedok itu. hal 131 5. Sementara di belakangnya. Mughal terus berusaha menggapai kakinya.
Pertempuran keras terjadi di dalam air, ditengah samudra luas. Keumala berusaha menjejak-jejakkan kakinya menghindari gapaian tangan laki-laki
yang berusaha menahannya. hal 132 6. “Bedebah kau, pengecut, bersembunyi dibalik kedok hitam tak berguna itu.
Tak lah berlaku untukku. Aku tetap tengarai siapa dirimu hardik Keumala. “ hal 130
7. Tidak terlalu keras, namun diri Keumala menengarai adanya seseorang yang sedang mendengarkan percakapannya dengan Baginda. Dahinya mengernyit,
telinganya dipasang tajam-tajam. Tanpa menoleh, Keumala mencabut keris dan melemparkannya dengan tenaga penuh kearah datangnya suara. Keris
tertancap pada sasaran. hal 187 8. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Para inong balee yang tadinya
tampak begitu keras ketika berlatih perang di tanah lapang, kini berubah menjadi makhluk-makhluk lembut yang siap mencurahkan kasih sayang.
Mengalirkan air kehidupan dari puting susunya, demi benih-benih manusia baru, tanda mata suami tercinta. hal 202
9. Menyelam, merangkak dan merayap tanpa menimbulkan suara. Itulah yang harus dilakukan Zaidah bersama Khanza dan Yumna, dua orang inong balee
muda yang didik khusus sebagai mata-mata armada, untuk menjalankan tugas yang telah diamanatkan. hal 240
10. Sebelum ia sempat menyerang Iglesias, secepat kilat Keumala pun mencabut keris, memutar badannya dan segera menghunuskannya di bagian perut
sebelah kiri laki-laki berkulit bersih yang berdiri disampingnya. hal 259 11. Belum sempat Tuanku Ibrahim Jaffar menyelesaikan kata-katanya, Keumala
mencabut pisau kecil yang tersemat disanggul dengan tangan kirinya, kemudian dengan gerakan cepat ia mengayunkannya tepat mengenai leher
laki-laki yang sibuk mengatur kata-kata. Terpecik darah terkena sayatan pisau hiasan kepala, yang memotong nadi di lehernya. hal 261
12. Hari hampir gelap ketika Keumala bersama Nurhayati menghela kudanya kuat-kuat. Pintu gerbang benteng Portugis sudah tampak dari kejauhan.
Keumala mengangkat tangannya segera Nurhayati mengambil anak panah dan melesatkannya ke udara sambil tetap menghelai kuda. Begitu melihat
desingan panah dengan asap putih, segeralah pribumi penjaga benteng Portugis membuka pintu lebar-lebar. Keumala segera menyeruak masuk,
tanpa permisi. Ketika tiba didalam benteng, ia turun dari punggung kuda dengan tergesa-gesa. hal 315
13. Cornelis segera berlari ke arah haluan, ketika Keumala sudah menarik pedang yang tergantung di pinggangnya. Cornelis pun segera mencabut pedangnya.
Keduanya beradu senjata di geladak, naik ke haluan dan melompat turun kembali ke geladak. Melangkah maju, kemudian mundur kembali. Suara
pedang terus berdentingan tak kunjung henti. Pasukan Belanda melawan Armada Inong Balee dan pasukan darat Panglima Nausa yang tanpa gentar
menyerang hal 338 14. Dihilangkan segala rasa sakit yang semakin menjalar, dengan gerakan yang
sangat halus Keumala mencabut keris dengan tangan kanannya. Dengan sekuat tenaga yang masih tersisa, Keumala tiba-tiba meronta,membalikkan
tubuhnya, segera merunduk dan langsung menghunuskan kerisnya tepat di perut laki-laki itu. hal 341
4.3. Hasil Analisis Data