Orientasi waktu pemberian jus buncis Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman

Pada penelitian ini dilakukan determinasi tanaman uji berupa tanaman buncis Phaseolus vulgaris L, dengan tujuan untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar tanaman buncis. Buncis yang diperoleh dari Condong Catur, Yogyakarta, kemudian dideterminasi di Bagian Biologi Farmasi, Unit II Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta oleh Bapak Djoko Santoso, M.Si. Bagian tanaman yang digunakan untuk determinasi meliputi akar, batang, daun, buah, dan bunga. Determinasi dilakukan hingga tingkat spesies dan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa bahwa tanaman yang dideterminasi adalah benar tanaman buncis Phaseolus vulgaris L. Lampiran 2.

B. Hasil Percobaan Pendahuluan 1.

Penetapan waktu pemberian glibenklamid Tujuan dilakukannya penetapan waktu pemberian glibenklamid adalah untuk melihat pengaruh selang waktu pemberian glibenklamid terhadap daya penurunan glukosa darah, agar pada saat uji toleransi glukosa oral UTGO dengan pembebanan larutan glukosa monohidrat p.a dosis 15,0 bv, glibenklamid dapat memberikan efek penurunan kadar glukosa darah yang optimal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah UTGO yaitu uji yang memberikan gambaran mengenai kenaikan kadar glukosa darah secara cepat setelah pembebanan glukosa. Metode ini juga memberikan gambaran mengenai efek penurunan kadar glukosa darah secara cepat oleh obat atau zat yang memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah karena glukosa cepat dimetabolisme. Kelemahan dari UTGO adalah metode ini hanya dapat menggambarkan kenaikan kadar glukosa darah yang bersifat sementara. Untuk itu perlu dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan metode uji efek antidiabetes yang lain seperti uji perusakan pankreas atau metode resistensi insulin, dimana hewan uji dapat terindikasi DM secara permanen. Waktu pemberian glibenklamid pada hewan uji didasarkan pada penurunan harga luas daerah dibawah kurva dari menit ke-0 sampai menit ke-240 LDDK 0-240 , dimana waktu pemberian yang dipilih merupakan waktu pemberian yang memiliki nilai LDDK 0-240 kontrol positif paling kecil. Tabel VI. Hasil UTGO dan Perhitungan Selisih Nilai LDDK 0-240 Rata-Rata Suspensi Glibenklamid Dosis 0,45mgkgBB Selang waktu pemberian suspensi glibenklamid sebelum UTGO LDDK 0-240 Rata-Ratamg.menitdL Selisih LDDK 0-240 mg.menitdL Kontrol negatif CMC 1 bv Kontrol positif glibenklamid dosis 0,45mgkgBB 15 33000,0 21701,5 11298,5 30 32951,5 17783,0 15168,5 45 33907,5 20483,0 13424,5 Tabel VI menunjukkan bahwa glibenklamid pada menit ke-30 sebelum UTGO memiliki nilai LDDK 0-240 kontrol positif paling kecil 17783,0 mg.menitdL bila dibandingkan dengan menit ke-15 21701,5 mg.menitdL dan menit ke-45 20483,0 mg.menitdL, sehingga waktu pemberian glibenklamid yang digunakan adalah 30 menit sebelum UTGO.

2. Penetapan dosis sediaan jus buncis

Penetapan dosis sediaan jus buncis bertujuan untuk menentukan dosis yang optimal dalam memberikan penurunan kadar glukosa darah namun tidak memberikan efek letal pada hewan uji. Penggunaan jus buncis secara empiris adalah 250 gram buncis dijus dalam 100 mL air dan disaring, sehingga didapatkan konsentrasi 250g150mL. Orientasi dosis dilakukan menggunakan peringkat dosis yang diperoleh dari konversi empiris manusia 70 kg ke tikus 200 gram. Dosis yang diperoleh digunakan sebagai peringkat dosis tertinggi, kemudian diturunkan masing-masing 1,5x untuk peringkat dosis kedua dan ketiga. Diperoleh peringkat dosis 10 gkgBB, 15 gkgBB, dan 22,5 gkgBB. Hasil orientasi menunjukkan bahwa dosis I 10 gkgBB dan dosis II 15 gkgBB belum memberikan efek penurunan kadar glukosa darah yang signifikan terhadap kontrol positif Lampiran 6, sehingga dilakukan penyesuaian dosis lanjutan. Dosis empiris manusia 22,5gkgBB kemudian dijadikan dosis terendah dosis I. Peringkat dosis tertinggi dosis III ditentukan dengan mencari konsentrasi maksimum jus yang masih bisa masuk ke dalam spuit injeksi oral tanpa memberikan penyumbatan terhadap spuit dan tidak memberikan efek letal pada hewan uji. Diperoleh konsentrasi maksimum sebesar 1150g150mL dan dilakukan perhitungan dosis dengan rumus D × BB = C × V, maka didapatkan dosis tertinggi sebesar 115,05gkgBB. Dosis tengah didapatkan dengan menghitung faktor peringkat berdasarkan rumus f = , dimana f adalah faktor peringkat, n adalah jumlah kelompok dosis, D3 adalah dosis tertinggi, dan D1 adalah dosis terendah. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai f sebesar 2,26. Dosis tengah kemudian dihitung dengan mengalikan dosis terendah dosis I dengan faktor peringkat. Diperoleh dosis tengah sebesar 50,85gkgBB.

3. Penetapan waktu pemberian jus buncis

Pemberian jus buncis mengikuti waktu yang ditetapkan pada penetapan waktu pemberian glibenklamid, yaitu 30 menit sebelum UTGO Lampiran 5.

C. Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Jus Buncis

Hewan uji dikelompokkan dan diberi perlakuan seperti pada Gambar 4. Semua perlakuan diberikan secara per oral. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan menggunkan instrument microVitalab-200 dengan metode enzimatis yaitu menggunakan reagen GOD-PAP pada λ 500 nm. Reagen GOD-PAP berisi dapar fosfat 250 mmolL, fenol 5 mmolL, 4-amino antipirin 0,5 mmolL, glukosa oksidase GOD ≥10kuL, dan peroksidase POD ≥10kuL. Prinsip reaksinya adalah adanya GOD akan mengkatalisis oksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Glukosa akan bereaksi dengan reagen GOD-PAP dan akan membentuk kompleks kuinonimin yang berwarna merah muda. Pembentukan kompleks kuinonimin memerlukan waktu inkubasi operating time selama 20 menit pada suhu ruang agar terjadi reaksi yang optimum antara glukosa dengan enzim yang terdapat dalam reagen GOD-PAP. Selama waktu inkubasi, terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda yang kemudian dilakukan pembacaan kadar pada microVitalab. Hasil pembacaan kadar dapat dilihat pada Tabel VII dan Gambar 6.

Dokumen yang terkait

UJI PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PERASAN BUAH BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) TERHADAP KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA.

0 0 20

Efek Ekstrak Etanol Buncis (Phaseolus Vulgaris L) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Di Induksi Aloksan.

0 0 15

Pengaruh air rebusan daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

0 5 91

Efek pemberian jus buah pisang ambon (Musa paradisiace var. sapientum (L.) Kunt.) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

0 0 8

Efek pemberian jus buah pisang kepok (Musa paradisiaca forma typica) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

0 5 10

Interaksi jus buah pare (Momordica charantia L.) dan jus buah naga merah (Hylocereus purpusii L.) terhadap tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

3 19 100

Efek pemberian jus buah pisang kepok (Musa paradisiaca forma typica) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

0 0 11

Efek pemberian jus buah pisang ambon (Musa paradisiace var. sapientum (L.) Kunt.) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa

0 0 6

Efek pemberian jus buah pisang kepok (Musa paradisiaca forma typica) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa

0 4 8

PENGARUH EKSTRAK BUNCIS (Phaseolus vulgaris l.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) WISTAR JANTAN YANG MENGALAMI DIABETES MELLITUS

1 0 21