Tujuan Umum Tujuan Khusus

defek genetik fungsi insulin, endokrinopati, penyakit akibat obat atau zat kimia, infeksi, imunologi, dan sindrom genetik.

4. Diagnosis

Diagnosis DM dapat ditegakkan berdasarkan penemuan gejala-gejala klasik diabetes poliuria, polidipsia, dan polifagia dan hiperglikemia yang ditunjukkan dengan pengukuran kadar glukosa darah sewaktu 200 mgdL atau glukosa darah puasa ≥126 mgdL. Selain pengukuran kadar glukosa darah, International Diabetes Federation IDF merekomendasikan tes HbA1c sebagai penegak diagnosis DM pada tahun 2012. Hasil tes positif DM ditunjukkan dengan ketetapan nilai HbA1c ≥ 6,5. Diagnosis DM juga dapat dilakukan berdasarkan kadar glukosa darah pada UTGO seperti pada Tabel I berikut ini. Tabel I. Kriteria Penegakan Diagnosis DM Kadar glukosa darah puasa mgdL Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan mgdL Normal 110 140 Pra-diabetes: IFG atau IGT 110-125 - - 140-199 Diabetes ≥ 126 ≥ 200 Keterangan: Pra-diabetes : kondisi dimana kadar gula darah seseorang berada diantara kadar normal dan diabetes, lebih tinggi daripada normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan ke dalam DM. Ada dua kondisi pra-diabetes, yaitu: IFG : Impaired Fasting Glucose, keadaan dimana kadar glukosa darah puasa seseorang 110-125 mgdL; IGT : Impaired Glucose Tolerance, keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang pada UTGO berada di atas normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan ke dalam kondisi diabetes. Diagnosa IGT ditetapkan apabila kadar glukosa darah seseorang 2 jam setelah mengkonsumsi 75 gram glukosa per oral berada antara 140-199 mgdL. Merentek, 2006

B. Metabolisme Karbohidrat

Pencernaan karbohidrat sudah dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut; makanan dikunyah agar dipecah menjadi bagian-bagian kecil, sehingga luas permukaan kontak dengan enzim pencernaan juga lebih besar. Karbohidrat akan diuraikan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan bantuan enzim amilase. Penguraian ini berkaitan dengan penyerapan karbohidrat dalam bentuk disakarida pada usus halus. Disakarida kemudian diubah ke dalam bentuk glukosa untuk selanjutnya memasuki fase metabolisme. Setelah melalui dinding usus halus, glukosa akan diangkut menuju ke hepar. Apabila jumlah karbohidrat yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh, sebagian karbohidrat akan diikat di dalam hati dan disimpan dalam bentuk glikogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal. Kapasitas pembentukan glikogen memiliki batas maksimum 350 gram, selebihnya karbohidrat akan diubah menjadi lemak dan disimpan di jaringan lemak Merentek, 2006. Glukosa di dalam tubuh berperan sebagai bahan bakar proses metabolisme dan sumber energi utama bagi kerja otak. Glukosa digunakan untuk mensintesis molekul ATP adenosine triphosphate. Tubuh yang memerlukan energi akan melakukan pembakaran glukosa yang diambil dari dalam aliran darah. Kadar gula darah akan diisi kembali oleh glikogen dalam hati dan dalam kebutuhan besar disusul dengan mobilisasi lemak Merentek,2006. Regulasi glukosa darah selain tergantung pada glukagon dan lemak, juga dipengaruhi oleh adanya hormon insulin Gambar 1. Kadar glukosa darah akan segera meningkat setelah makan dan akan menurun saat tidak ada asupan makanan. Hormon insulin berperan dalam mencegah terjadinya fluktuasi glukosa yang signifikan. Hormon insulin disekresikan oleh sel β pankreas ketika kadar glukosa darah meningkat setelah makan. Sekresi insulin berlangsung dalam dua

Dokumen yang terkait

UJI PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PERASAN BUAH BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) TERHADAP KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA.

0 0 20

Efek Ekstrak Etanol Buncis (Phaseolus Vulgaris L) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Di Induksi Aloksan.

0 0 15

Pengaruh air rebusan daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

0 5 91

Efek pemberian jus buah pisang ambon (Musa paradisiace var. sapientum (L.) Kunt.) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

0 0 8

Efek pemberian jus buah pisang kepok (Musa paradisiaca forma typica) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

0 5 10

Interaksi jus buah pare (Momordica charantia L.) dan jus buah naga merah (Hylocereus purpusii L.) terhadap tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

3 19 100

Efek pemberian jus buah pisang kepok (Musa paradisiaca forma typica) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

0 0 11

Efek pemberian jus buah pisang ambon (Musa paradisiace var. sapientum (L.) Kunt.) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa

0 0 6

Efek pemberian jus buah pisang kepok (Musa paradisiaca forma typica) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa

0 4 8

PENGARUH EKSTRAK BUNCIS (Phaseolus vulgaris l.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) WISTAR JANTAN YANG MENGALAMI DIABETES MELLITUS

1 0 21