Teori desain komunikasi visual 2.1.5 Semiotika Komunikasi Visual

i 3 Design 4 Price 5 Customer relationship Beberapa hal yang dapat dilakukan dengan branding, semuanya untuk memastikan keberhasilan dari produk atau jasa, diantaranya: 1 Dapat memperkuat reputasi yang baik 2 Mendorong loyalitas konsumen 3 Menjamin kualitas 4 Menyampaikan persepsi nilai yang lebih besar, yang memungkinkan produk akan dihargai lebih tinggi 5 Memberikan penegasan kepada pembeli dan masuk ke dalam suatu komunitas imajiner nilai-nilai bersama Mathew, What is branding, 2008: 8 Jadi intinya, branding bukan selalu masalah me-redesain, namun lebih kepada merubah konsep inti dari suatu entitas agar terjalin kesepakatan janji dan makna suatu brand antara sender dalam hal ini perusahaan dan receiver atau marketaudience, yang diharapkan dapat membantu membuat suatu produk tampil dengan lebih baik, dan memberikan keuntungan yang besar atas pesaingnya, karena dimasa depan, perusahaan tradisional tidak bisa lagi mengandalkan kejayaan merek mereka di masa lalu atau berfokus pada sistem distribusi klasik. Mereka harus berfokus pada penyajian merek yang memiliki kandungan emosional yang kuat Gobe, Emotional Branding, 2008

2.1.4 Teori desain komunikasi visual 2.1.5 Semiotika Komunikasi Visual

Semiotika sebagai metode pembacaan karya komunikasi visual Tinarbuko, semiotika komunikasi visual, 2009. Semiotika merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tanda. Tanda-tanda dalam gambar dikelompokkan ke dalam ikon, indeks, dan symbol Noth, 1995:45. Ikon adalah tanda yang mirip dengan obyek yang diwakilinya Tinarbuko, 2008:16, digunakan sebagai sebuah visual yang mewakili objek sesungguhnya. Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya atau tanda sebagai bukti. Menurut pierce, tanda ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas- batas tertentu dan Ikon adalah hubungan antara tanda dan objeknya atau acuan yang bersifat kemiripan. Pierce menyatakan bahwa ikon adalah tanda yang memiliki kemiripansimilaritas Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. i dengan objeknya. Peirce juga mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda sign, object, dan interpretant. Gambar 2.2 Segitiga Pierce Sumber : komunikasiana.blogspot.com, diakses tanggal 20 April 2013 Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk merepresentasikan hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol tanda yang muncul dari kesepakatan, Ikon tanda yang muncul dari perwakilan fisik dan Indeks tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat. Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi Roland Barthes menekankan interaksi antara teks atau visual dengan pengalamanpersonal dan kultural pengamatnya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi makna sebenarnya sesuai kamus dan konotasi makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. i Gambar 2.3. Skema pemikiran Roland Barthes Sumber : komunikasiana.blogspot.com, diakses tanggal 20 April 2013 Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos, yang menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru, jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. Misalnya pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi keramat karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi keramat ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan t ingkat kedua. Pada tahap ini, pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah mitos

2.1.5 Teori Gestalt