4 Intensitas dan kekuatan dari stimulus
Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali
dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
5 Motion atau gerakan
Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan
dibandingkan obyek yang diam.
F. Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Purwantini dan Suratno 2004 dengan judul “Analisis Perbedaan Sikap Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap
Self Assessment System Pajak Penghasilan Berdasarkan Latar Belakang Wajib
Pajak” menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan sikap wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system pajak penghasilan ditinjau dari latar
belakang tingkat pendidikan wajib pajak, ada perbedaan sikap wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system pajak penghasilan ditinjau dari
latar belakang jenis pekerjaan wajib pajak dan tidak ada perbedaan sikap wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system pajak penghasilan ditinjau
dari latar belakang tingkat penghasilan wajib pajak. Tidak adanya perbedaan sikap ditinjau dari tingkat pendidikan disebabkan
karena dalam pendidikan formal mulai dari SLTP sampai dengan SLTA pengetahuan perpajakan tidak diberikan secara detail. Pada jenjang perguruan
tinggi pengetahuan diberikan hanya pada jurusan-jurusan tertentu misalnya jurusan yang terdapat pada fakultas ekonomi dan fakultas hukum sedangkan
jurusan pada fakultas lain tidak diberikan. Seseorang yang ingin memahami bidang perpajakan tidak cukup hanya mengandalkan materi yang mereka
peroleh dari pendidikan formal tetapi perlu mengikuti program pelatihan perpajakan tertentu misalnya kursus Brevet A dan B. Kurangnya pengetahuan
wajib pajak tentang perpajakan inilah yang menyebabkan tidak adanya perbedaan sikap wajib pajak terhadap self assessment system.
Jenis pekerjaan wajib pajak yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu: bekerja pada pemberi kerja, bekerja pada pemberi kerja dan memiliki kegiatan
usahausaha bebas, memiliki kegiatan usahausaha bebas menunjukkan adanya perbedaan sikap. Peneliti berpendapat bahwa jumlah wajib pajak yang
bersikap positif lebih banyak berasal dari wajib pajak yang berlatar belakang bekerja pada pemberi kerja sebesar 44 dan wajib pajak memiliki kegiatan
usahausaha bebas sebesar 36. Hal ini disebabkan karena adanya suatu sistem atau mekanisme penjaringan pajak yang mengarahkan para wajib pajak
tersebut harus memiliki NPWP. Selain adanya sistem dan mekanisme penjaringan tersebut, sikap positif para wajib pajak ini disebabkan adanya
pengaruh dari orang lain. Pembentukan sikap yang dikarenakan pengaruh orang yang dianggap penting oleh individu antara lain hubungan antara
bawahan dan atasan. Bagi wajib pajak yang bekerja pada pemberi kerja, atasan memberi pengaruh yang besar kepada karyawan. Jadi apabila pimpinan suatu
institusi bersikap positif maka wajib pajak juga akan bersikap positif pula.
Wajib pajak yang bekerja pada pemberi kerja dan memiliki kegiatan usahausaha bebas yang bersikap positif lebih kecil dibandingkan dengan
wajib pajak yang berlatar belakang lainnya. Menurut peneliti hal ini disebabkan oleh adanya sistem yang memaksa semua wajib pajak untuk
melaporkan seluruh penghasilannya darimanapun asal penghasilan tersebut. Penghasilan yang diperoleh dari lembaga tempat mereka bekerja akan
dilaporkan, tetapi seingkali wajib pajak kurang terbuka untuk melaporkan penghasilan yang telah mereka peroleh dari usaha bebas, apalagi kalau usaha
tersebut belum berbadan hukum. Wajib pajak yang memiliki usaha bebas juga memiliki kecenderungan bersikap positif. Bagi wajib pajak yang memiliki
usaha bebas, sikap tersebut disebabkan karena mereka dihadapkan pada mekanisme bahwa mereka akan mendapat banyak kesempatan untuk
berkembang dalam dunia bisnis setelah memiliki NPWP. Beberapa lembaga keuangan dan bank mensyaratkan calon debitur harus memiliki NPWP untuk
pengajuan kredit usaha mereka. Tingkat penghasilan pada dasarnya menentukan kelas sosial seseorang.
Dalam kelompok sosial tertentu, seorang wajib pajak akan dipengaruhi oleh sikap anggota kelompok yang lain. Kelompok sosial orang yang
berpenghasilan s.d. 25 juta rupiah, penghasilan di atas 25 juta rupiah – 50 juta
rupiah, penghasilan di atas 50 juta rupiah – 100 juta rupiah cenderung
bersikap positif dan tidak adanya perbedaan sikap dari tiga kelompokkelas sosial tersebut karena adanya campur tangan dari aparat pemerintah yang
menekankan pajak sebagai suatu kewajiban yang disertai sanksi bila seseorang tidak melakukan kewajiban perpajakan.
G. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Persepsi Wajib Pajak