Teori Belajar KAJIAN PUSTAKA

konsep-konsep yang relevan dalam struktur kognitif. Ausubel mengatakan di dalam buku Ahmadi 1991:220 bahwa strategi belajar yang mencegah belajar hafalan adalah dengan meminta anak untuk mengatakan ide-ide baru menurut cara atau kata-kata mereka sendiri dan menentukan inti dari pada informasi baru itu. Contohnya : saat pelajaran berhitung bisa menjadi belajar hafalan apabila siswa disuruh menghafal rumus tanpa mengetahui arti dari rumus itu sendiri. Sebaliknya menjadi bermakna apabila siswa tahu arti dan fungsi dari rumus-rumus itu sendiri.Ausubel tidak menolak adanya belajar penemuan dari bruner namun dia berpendapat bahwa belajar penemuan lebih cocok diterapkan oleh siswa dalam tingkat perkembangan kognitif kongkrit namun bila siswa sedang dalam tingkat kognitif formal dapat dipakai metode bermakna. 2.1.3 Teori belajar menurut Robert M. Gagne Teori belajar Gagne tertuang dalam bukunya Dahar 1988:172. Gagne bertitik tolak pada 8 fase kejadian belajar yang diikuti dengan kejadian instruksi. Fase motivasi dengan guru membangkitkan perhatian siswa dalam isi pelajaran motivasi, fase pengenalan dengan memberitahu rumusan tujuan-tujuan belajar, fase perolehan dengan mengarahkan perhatian siswa agar siswa siap menerima stimulus dan memilih informasi yang akan disimpan dalam memori, fase retensi yaitu merangsang ingatan tentang pelajaran yang telah lampau memori jangka panjang, fase pemanggilan yaitu dengan menyediakan bimbingan dengan cara mengaitkan informasi baru dengan pengalaman siswa, fase generalisasi yaitu cara- cara agar materi yang dipelajari tidak segera dilupakan, fase penampilan yaitu membantu transfer belajar dan yang terakhir fase umpan balik yaitu dengan memberi test. 2.1.4 Teori belajar menurut Piaget Teori yang sangat terkenal dari Piaget yaitu mengenai tingkat perkembangan intelektual anak. Dalam bukunya Dahar 1988:183, Piaget membagi perkembangan intelektual anak menjadi 4 tingkat: pertama, tingkat sensori-motor yaitu 0-2 tahun. Periode ini bayi mengatur hidupnya dengan inderanya sensori dan tindakannya motor.Kedua tingkat pra-operasional, yaitu antara umur 2 sampai dengan 7 tahun.Tingkat ini anak belum mampu melaksanakan operasi mental seperti menembah, mengurangi, perkalian dan lain- lain. Mempunyai sifat egosentis yaitu kesulitan menerima pendapat orang lain. Ketiga tingkat operasional konkrit adalah antara umur 7-11 tahun.Anak ini sudah mampu mengambil keputusan atas masalah yang dihadapinya dan berkurangnya egoisentris menjadi sosiosentris.Tingkatan terakhir yaitu operasional formal, yaitu berumar 11keatas.Periode ini anak sudah mempunyai berfikir abstrak mengenai benda-benda, atau peristiwa-peristiwa yang terjadi. Jelas disampaikan oleh piaget bahwa dengan mengukur tingkat perkembangan kognitif seorang anak maka akan memberi informasi tentang tujuan pendidikan yang akan dicapai. Dari keempat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa anak belajar sesuai dengan tingkatan intelektual agar siswa dapat menerima isi bahan ajar sesuai dengan kematangan intelektualnya. Disamping itu anak diajak untuk menggali pengetahuan sendiri melalui percobaan-percobaan dan menemukan pengetahuan itu sendiri yang sesuai dengan materi yang ia baca. Guru sebagai pendamping anak, mengarahkan agar proses belajar dapat sesuai dengan yang diharapkan.

2.2 Motivasi Belajar

2.2.1 Pengertian motivasi belajar Hamzah 2007:55 mengatakan bahwa motivasi belajar dapat timbul karena adanya faktor intrinsik dan faktor entrinsik. Faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan belajar dan harapan akan cita-cita sedangkan faktor entrinsik berupa lingkungan belajar yang kondusif, kegiatan belajar yang menarik dan adanya penghargaan. Kedua faktor tersebut muncul karena adanya rangsangan tertentu sehingga siswa berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat.Senada dengan pengertian yang disampaikan oleh Sardiman 1986:75 bahwa motivasi belajar adalah faktor psikis manusia yang bersifat non-intelektual.Motivasi ini memiliki peranan yang khas dalam hal merasa senang dan semangat belajar, serta penumbuhan gairah.Seorang siswa yang mempunyai kemampuan intelektualkecerdasan yang tinggi bisa saja gagal karena kekurangan motivasi belajar.Kegagalan belajar siswa disebabkan kurangnya semangat belajar dan gairah belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan aktivitas belajar. Oleh karenanya hasil belajar akan optimal jika ada motivasi yang tepat. Ketiga menurut Winkel 1996:173 berpendapat mengenai motivasi belajar yaitu motivasi yang dihayati oleh diri sendiri biarpun orang lainmempunyai peranan dalam menimbulkan motivasi.Motivasi yang khas bukanlah ada atau tidaknya pengaruh dari luar, lebih merupakan kebutuhan diri sendiri yang ingin dipenuhi dalam belajar.Jadi motivasi belajar tumbuh karena adanya rangsangan atau dorongan belajar dari individu dan dikuatkan dengan pengaruh luar individu sehingga individu dapat memenuhi kebutuhan akan belajar. 2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar Menurut Sardiman 1986:88, Winkel 1996:173 dan Hamalik 2001:162 faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa dibedakan menjadi dua. Pertama motivasi intrinsik yaitu motivasi karena setiap individu memiliki dorongan dalam melakukan sesuatu.Sebagai contoh, dilihat dari tujuannya, siswa melakukan kegiatan belajar karena ingin mendapat pengetahuan, nilai atau agar keterampilannya dapat berubah.Yang kedua adalah motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar individu.Sebagai contoh, seseorang belajar karena disuruh orangtua atau guru, ingin dipuji temannya, atau dipuji oleh pacarnya.Motivasi dari dalam maupun dari luar perlu digerakkan dalam proses belajar mengajar agar didapat formula tertentu dalam pencapaian tujuan. 2..2.3 Fungsi motivasi belajar Oemar Hamalik 2001:161, Ahmadi 1991:139 danSardiman 1986:84 menjelaskan 4 fungsi motivasi yaitu: pertama, mendorong manusia untuk berbuat sesuatu hal seperti belajar. Fungsi kedua adalah sebagai pengarah, yakni tujuan yang ingin dicapai haruslah sesuai dengan kegiatan yang sedang dilakukan.Kemudian fungsi ketiga adalah, sebagai penyeleksi perbuatan, artinya

Dokumen yang terkait

Peningkatan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN Keniten tahun pelajaran 2013/2014.

3 11 115

Peningkatan prestasi belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw pada mata pelajaran IPS bagi siswa kelas V SD Negeri Corongan Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014.

0 0 117

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw mata pelajaran IPS di SDN Kalikutuk tahun pelajaran 2012/2013.

0 0 113

Peningkatan keaktifan, motivasi dan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS kelas V SDN Kalongan Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

0 0 214

Peningkatan aktivitas kelompok dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model Quantum Teaching pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SDN Pandanrejo tahun pelajaran 2012/2013.

0 1 148

Peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan model kooperatif teknik JIGSAW II dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013.

0 19 273

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada siswa kelas VB SD Negeri Babarsari Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012.

0 0 239

Peningkatan keaktifan, motivasi dan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS kelas V SDN Kalongan Yogyakarta tahun ajaran 2012 2013

0 10 212

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW DALAM MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SDN TIDAR 7 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 0 147

Peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan model kooperatif teknik JIGSAW II dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013 - USD Repository

0 2 271