Peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw mata pelajaran IPS di SDN Kalikutuk tahun pelajaran 2012/2013.

(1)

ABSTRAK

Rika, Kristina Damayanti. 2013. Peningkatan Motivasi Dan Prestasi Belajar

dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Learning Teknik

Jigsaw Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SD Negeri Kalikutuk Tahun

Ajaran 2012/2013. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) motivasi belajar siswa kelas V

SD Negeri Kalikutuk dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik

jigsaw I pada mata pelajaran IPS tahun ajaran 2012/2013, (2) prestasi belajar

siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif teknik jigsaw I pada mata pelajaran IPS tahun ajaran 2012/2013 dan (3)

seberapa besar peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri

Kalikutuk dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw I

pada mata pelajaran IPS tahun ajaran 2012/2013.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini

adalah siswa

siswi kelas V SD Negeri Kalikutuk berjumlah 20 siswa. Obyek

penelitian adalah motivasi dan prestasi belajar siswa. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah lembar skala dan tes pilihan ganda. Teknik analisis

data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.

Skor rata-rata motivasi belajar didapat data awal adalah 51,1 yang jika

dilihat dalam tabel tingkatan motivasi menunjukkan motivasi sangat rendah.

Penelitian siklus I mengalami peningkatan 67,4 menjadi motivasi rendah.

Rata-rata motivasi belajar siklus II 78,7 dimana tabel tingkatan motivasi menunjukkan

motivasi sedang. Nilai KKM mata pelajaran IPS adalah 63 sedangkan nilai

rata-rata prestasi belajar IPS SDN kalikutuk mencapai 61. Pada penelitian siklus I

meningkat menjadi 71,25 dan siklus II meningkat menjadi 79,75

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor motivasi belajar meningkat

sebesar 27,6 dan nilai KKM prestasi belajar mengalami peningkatan sebesar 18,75

dengan menggunakan model pembelajaran kooperati fteknik jigsaw I

dibandingkan dengan data awal tanpa menggunakan model pembelajaran.


(2)

Rika. 2013.

Improving the Learning Motivation and Achievement Among the Fifth Grade

Students of SDN Kalikutuk on Sosial Studies lesson Using Cooperative Learning Jigsaw

Tehnique.

This research aims to find out (1) motivation to learn grade V SD NegeriKalikutuk

cooperative learning model by using the technique of jigsaw I in IPS subjects academic year

2012/2013, (2) learning achievements of students of class V SD NegeriKalikutuk cooperative

learning model by using the technique of jigsaw I in IPS subjects academic year 2012/2013 and

(3) how large an increase in motivation and learning achievements of students of class V SD

NegeriKalikutuk cooperative learning model by using the technique of jigsaw I in the eyes lesson

IPS school year 2012/2013.

This type of research is research action class. The subject of this research is the siswa

siswi class V SD NegeriKalikutuk amounted to 20 students. The object of the research was the

motivation and learning achievements of students. The instruments used in this research is the

sheet scale and multiple choice tests. Technique of data analysis in this study uses descriptive

analysis.

An average score of motivation studied obtained initial data was 51.1 which if seen in the

table shows the level of motivation motivation is extremely low. Research cycle I have elevated

the low motivation to 67,4. Average learning motivation cycle II table where levels of motivation

78,7 shows the motivation was. The value of the KKM subjects IPS is 63, while the average

value of learning achievements IPS SDN kalikutuk reached 61. Research on cycle I increased to

71,25 and cycle II increased to 79,75.

The results of this research show that learning motivation score increased by 27.6 and the

value of learning achievements have elevated the KKM is equal to 18.75 with cooperative

learning techniques using model jigsaw I compared with initial data without using the model

instruction.


(3)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI

KALIKUTUK SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Kristina Rika Damayanti NIM : 091134176

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(4)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI

KALIKUTUK SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Kristina Rika Damayanti NIM : 091134176

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(5)

(6)

(7)

iv 

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini aku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Simbah Atemo Pawiro dan Saliyem

Ayah Paida dan IbuWakinem

Kakak Marsuti, Purwadi, Margi, dan

Suparno.

Ponakan Dika, Rafa dan Farel

Semua pihak yang telah membantu

penulis, terima kasih atas bantuannya


(8)

MOTTO


(9)

(10)

(11)

ABSTRAK

Rika, Kristina Damayanti. 2013. Peningkatan Motivasi Dan Prestasi Belajar denganmenggunakanModel PembelajaranKooperatif Learning Teknik Jigsaw Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SD Negeri Kalikutuk Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw I pada mata pelajaran IPS tahun ajaran 2012/2013, (2) prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw I pada mata pelajaran IPS tahun ajaran 2012/2013 dan (3) seberapa besar peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw I pada mata pelajaran IPStahunajaran 2012/2013.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa–siswi kelas V SD Negeri Kalikutuk berjumlah 20 siswa. Obyek penelitian adalah motivasi dan prestasi belajar siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar skala dan tes pilihan ganda. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.

Skor rata-rata motivasi belajar di dapat data awal adalah 51,1 yang jika dilihat dalam tabel tingkatan motivasi menunjukkan motivasi sangat rendah. Penelitian siklus I mengalami peningkatan 67,4 menjadi motivasi rendah. Rata-rata motivasi belajar siklus II 78,7 dimana tabel tingkatan motivasi menunjukkan motivasi sedang. Nilai KKM mata pelajaran IPS adalah 63 sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar IPS SDN kalikutuk mencapai 61. Pada penelitian siklus I meningkat menjadi 71,25 dan siklus II meningkat menjadi 79,75

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor motivasi belajar meningkat sebesar 27,6 dan nilai KKM prestasi belajar mengalami peningkatan sebesar18,75 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw I dibandingkan dengan data awal tanpa menggunakan model pembelajaran.


(12)

ABSTRACT

Rika. 2013. Improving the Learning Motivation and Achievement Among the Fifth Grade Students of SDN Kalikutuk on Sosial Studies lesson Using Cooperative Learning Jigsaw Tehnique.

This research aims to find out (1) motivation to learn grade V SD NegeriKalikutuk cooperative learning model by using the technique of jigsaw I in IPS subjects academic year 2012/2013, (2) learning achievements of students of class V SD NegeriKalikutuk cooperative learning model by using the technique of jigsaw I in IPS subjects academic year 2012/2013 and (3) how large an increase in motivation and learning achievements of students of class V SD NegeriKalikutuk cooperative learning model by using the technique of jigsaw I in the eyes lesson IPS school year 2012/2013.

This type of research is research action class. The subject of this research is the siswa–siswi class V SD NegeriKalikutuk amounted to 20 students. The object of the research was the motivation and learning achievements of students. The instruments used in this research is the sheet scale and multiple choice tests. Technique of data analysis in this study uses descriptive analysis.

An average score of motivation studied obtained initial data was 51.1 which if seen in the table shows the level of motivation motivation is extremely low. Research cycle I have elevated the low motivation to 67,4. Average learning motivation cycle II table where levels of motivation 78,7 shows the motivation was. The value of the KKM subjects IPS is 63, while the average value of learning achievements IPS SDN kalikutuk reached 61. Research on cycle I increased to 71,25 and cycle II increased to 79,75.

The results of this research show that learning motivation score increased by 27.6 and the value of learning achievements have elevated the KKM is equal to 18.75 with cooperative learning techniques using model jigsaw I compared with initial data without using the model instruction.


(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala berkat, anugerah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar denganModel PembelajaranKooperatif Learning Teknik Jigsaw pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SD Negeri Kalikutuk Tahun Ajaran 2012/2013” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terwujud. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis ingin secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ,S.S.,BST.,M.A., selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Rusmawan, S.Pd.,M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah begitu baik meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingannya, masukan dan kritik yang sangat berharga, dengan penuh perhatian dan kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ag. Kustulasari 81, S.Pd.,M.A., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, memberikan kritik, saran dan masukan serta nasehat-nasehatnya yang sangat berarti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah membagikan ilmunya dan membantu penulis.

6. Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan serta siswa-siswi SD NegeriKalikutuk yang saya cintai, yang telah membantu dapat terselesaikannya skripsi ini.


(14)

7. Ayah, Ibu, adik dan seluruh keluarga yang saya kagumi.

8. Teman-teman yang telah mendukung dan membantu serta menemani dalam suka maupun duka.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini, karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 29 Agustus2013

Penulis


(15)

xii   

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Batasan Masalah ... 4

1.3. Rumusan Masalah ... 5

1.4. Pemecahan Masalah ... 5

1.5. Batasan Pengertian ... 6

1.6. Tujuan Penelitian ... 6

1.7. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Teori Belajar Anak ... 8

2.2 Motivasi Belajar ... 11

2.3 Prestasi Belajar ... 14

2.4 Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

2.5 Hakekat Ilmu Pengetahuan ... 25

2.6 Penelitian Yang Relevan ... 28


(16)

2.8 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Setting Penelitian ... 33

3.3 Rencana PelaksanaanTindakan ... 34

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.5 Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Hasil Penelitian ... 41

4.2 Pembahasan ... 56

BAB V PENUTUP ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(17)

xiv   

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 JadwalPenelitian ... 34

Tabel 3.2 TeknikPengumpulan Data ... 37

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Motivasi ... 38

Tabel 3.4 Analisis Data Motivasi ... 39

Tabel 3.5 Analisis Data Prestasi ... 39

Tabel 4.1 MotivasiPra-Siklus ... 42

Tabel 4.2 PrestasiPra-Siklus ... 44

Tabel 4.3 MotivasiSiklus 1 ... 46

Tabel 4.4 PrestasiSiklus 2 ... 48

Tabel 4.5 MotivasiSiklus 2 ... 52


(18)

DAFTAR PIE CHART

Halaman

Pie Chart 4.1 Motivasi Pra-Siklus ... 43

Pie Chart 4.2 Prestasi Pra-Siklus ... 45

Pie Chart 4.3 Motivasi Siklus 1 ... 47

Pie Chart 4.4 Prestasi Siklus 2 ... 49

Pie Chart 4.5 Motivasi Siklus 2 ... 53


(19)

xvi 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Silabus ... 62

Lampiran 2 RPP siklusI ... 64

Lampiran 3 Lembar kerja siswa siklus I ... 67

Lampiran 4 Latihan soal1 ... 70

Lampiran 5 Kisi siklus I ... 74

Lampiran 6 RPP siklus II ... 75

Lampiran 7 Lembar kerja siswa siklus II ... 78

Lampiran 8 Latihan Soal2 ... 81

Lampiran 9 Kisi siklus II ... 85

Lampiran 10 Petunjuk kegiatan kelompok siklus I danII ... 86

Lampiran 11 Lembar skala nilai ... 89

Lampiran 12 Validitas dan Reliabilitas ... 90

Lampiran 13 Foto-foto Pembelajaran ... 91

Lampiran 14 Surat izin penelitian ... 93

Lampiran 15 Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 94


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang dipelajari siswa dan memuat keadaan lingkungan sosial siswa, karena IPS merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masyarakat.Pendidikan IPS pertama kali diberikan ditingkat Sekolah Dasar (SD).IPS di SD merupakan IPS terpadu karena memadukan beberapa unsur meliputi sejarah, ekonomi dan hubungan masyarakat.Pembelajaran IPS berupa sejumlah materi mengenai keragaman budaya, konflik, nasionalisme, kesinambungan dan perubahan, interaksi sosial.Materi yang terkandung dalam mata pelajaran IPS diberikan guna mengembangkan dan melatih sikap, nilai, moral dan keterampilan siswa.Hal ini sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan IPS yang disampaikan oleh Gross dalam Solihatin (2007:14) yaitu mempersiapkan siswa yang hidup di dalam masyarakat menjadi warga negara yang baik.Siswa tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat.Suatu ketika siswa tersebut dihadapkan dalam suatu masalah di lingkungan sekitar, pendidikan IPS memberi bekal kemampuan dasar dalam mengambil keputusan dalam setiap persoalan yang dihadapinya. Oleh karena itu tujuan pendidikan IPS yang sangat penting bukan sebatas transfer ilmu melainkan terletak pada manfaat bagi peserta didik dalam menjalankan kehidupan di masyarakat dan guna melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.


(21)

     

pembelajaran yang saat itu bertepatan dengan materi IPS Kompetensi Dasar peninggalan sejarah. Guru menerapkan metode ceramah disetiap pembelajaran dan diakhiri dengan merangkum. Guru berdalih metode ceramah digunakan karena materi yang terlalu luas dibandingkan dengan materi sebelumnya dan kompetensi peninggalan sejarah harus diajarkan dengan bercerita. Siswa merasa bosan, mengantuk dan kurang bersemangat setiap kali berlangsungnya pelajaran IPS.

Data awal yang diperoleh kemudian peneliti kembangkan.Peneliti dengan bantuan guru kelas mengobservasi 20 siswa kelas V pada mata pelajaran IPS di SDN Kalikutuk pada semester I tahun pelajaran 20112/2013 dengan mengunakan lembar pengamatan untuk mendapatkan data awal mengenai motivasi belajar. Peneliti mendapatkan data bahwa nilai rata-rata motivasi belajar siswa SD Negeri Kalikutuk sebesar 51,1%. Nilai rata-rata tersebut jika dilihat dalam tabel kriteria peningkatan motivasi belajar ada dalam kelompok sangat rendah.Hal yang serupa yang terjadi pada prestasi belajar siswa SD Negeri Kalikutuk juga masih rendah.Sebanyak 20 siswa yang mengikuti ulangan harian mendapat nilai rata-rata 61, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk materi tokoh peninggalan sejarah adalah 63. Walaupun antara nilai rata-rata dengan nilai KKM hanya memiliki selisih nilai 2, namun penelitian akan tetap bertujuan untuk meningkatkanprestasi belajar karena akan menjadi penting jika seluruh siswa mampu melampaui KKM. Oleh karenanya penelitian ini akan terfokus pada memperbaiki motivasi dan prestasi belajar yangmasih rendah.Kenyataan


(22)

dilapangan menunjukkan bahwa guru sering menghadapi kesulitan atau masalah dalam kelas namun tidak tahu cara mencari pemecahannya.

Guru adalah pihak yang memegang peranan penting dalam upaya melakukan perbaikan. Kualitas pembelajaran.Guru harus memiliki strategi pembelajaran guna mengelola pembelajaran sehingga Standar Kompetensi (SK) dapat dicapai oleh siswa dengan baik.Strategi pembelajaran yang ditawarkan semakin beragam.Menurut Lie (2008:23) ada tiga pilihan model pembelajaran yaitu, kompetisi, individual dan kooperatif .Pada model pembelajaran kompetisi,

siswa belajar dalam suasana persaingan. Tujuan dari model pembelajaran ini adalah menempatkan siswa dalam kategori berprestasi yang paling baik sampai dengan paling jelek. Dalam model pembelajaran individual, siswa belajar materi bahan ajar secara mandiri dan guru bertugas untuk memonitor.Siswa tidak perlu bersaing dengan teman-teman tetapi siswa belajar sesuai dengan minat.Sedangkan dalam model kooperatif, siswa belajar dengan teman sebaya untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran. Siswa dituntut untuk dapat bertanggung jawab atas masalah kelompoknya sehingga setiap siswa terpacu untuk menyelesaikan tugas agar yang lain dapat berhasil.

Guna memperbaiki permasalahan yang telah diuraikan di awal, peneliti mengkonsultasikan strategi pemecahan dengan dosen pembimbing dan mempelajari pustaka terkait.Permasalahan di SDN Kalikutuk sangat cocok diatasimenggunakan satu model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw. Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw menekankan aspek kerjasama antar


(23)

     

kelompok atau tim, siswa belajar menjadi tim ahli dan tim asal kemudian merencanakan bagaimana mengajarkan informasi subtopik tersebut kepada anggota kelompok lainnya. Pengaruh positif dari penggunaan Teknik Jigsaw dikemukakan oleh Johnson and Johnson dalam Rusman (2010:219) yaitu meningkatkan prestasi belajar, menumbuhkan motivasi intrinsik (kesadaran individu) serta meningkatkan hidup bergotong royong.

Penulis mengadakan penelitian untuk meningkatkanmotivasi dan prestasi belajar siswa menggunakan model pembelajarankooperatif learning teknik jigsawpada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD negeri kalikutuk tahun ajaran 2012/2013.Model pembelajaran teknik jigsaw sesuai digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tentang motivasi belajar dan prestasi belajar IPS di SD Kalikutuk.

1.2 Pembatasan Masalah

Permasalahan yang timbul dalam pembelajaran IPS di SD terlalu luas sehingga tidak mungkin diteliti dalam penelitian ini secara keseluruhan. Oleh karena itu, penelitian harus dibatasi. Pembatasan dimaksudkan agar peneliti lebih fokus. Maka penelitian ini hanya dibatasi pada:

1.2.1 Motivasi belajar siswa terhadap pelajaran IPS

1.2.2 Prestasi belajar IPS siswa kelas V semester genap SD Negeri Kalikutuk. 1.2.3 Model yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw. Peneliti menggunakan model ini untuk meningkatkan motivasi belajar dan


(24)

prestasi belajar siswa, karena model ini menekankan aspek kerjasama diantara kelompok dan keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan siswa. 1.3 Perumusan Masalah

Dilandasi latar belakang, masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1.3.1 Bagaimana peningkatan motivasi belajar dan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif siswa kelas V semester 1 SD Negeri Kalikutuk tahun pelajaran 2012/2013?

1.3.2 Apakah pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw siswa kelas V semester 1 SD Negeri Kalikutuk tahun ajaran 2012/2013 dapat meningkatkan motivasi belajar?

1.3.3 Apakah pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw siswa kelas V semester 1 SD Negeri Kalikutuk tahun ajaran 2012/2013 dapat meningkatkan prestasi belajar?

1.4 Pemecahan Masalah

Seperti yang diuraikan pada latar belakang, permasalahan sikap siswa dalam mengikuti pelajaran IPS dan masalah rendahnya kemampuan siswa dalam mata pelajaran IPSkhususnya KD 2.4 dapat diatasi dengan model kooperatif teknik jigsaw. Siswa berperan aktif dalam kelompok kemudian saling bekerjasama. Siswa dibagi dalam sebuah tim, tim ahli mempelajari materi kemudian mengajarkan materi tersebut kepada tim lain sehingga akhirnya nanti didapat prestasi siswa yang mencapai KKM serta tumbuhnya motivasi yang positif dalam diri siswa terhadap mata pelajaran tersebut.


(25)

     

1.5 Batasan Pengertian

Agar tidak menimbulkan pertanyaan dan multi tafsir tentang suatu istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini maka perlu pembatasan seperti:

1.5.1 Motivasi belajar merupakan faktor psikis manusia yang bersifat non-intelektual. Motivasi ini memiliki peranan yang khas dalam hal merasa senang dan semangat belajar,serta penumbuhan gairah. Motivasi dapat diukur dengan instrumen-instrumen salah satunya dengan lembar skala.

1.5.2 Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

1.5.3 Model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah model pembelajaran yang menekankan aspek kerjasama diantara tiap tim. Tim terdiri dari timahli yang kemudian merencanakan pembelajaran dari subtopik materi yang akan disampaikan kepada tim lain.

1.6 Tujuan Penelitian

1.6.1 Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan motivasi belajar dan prestasi belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada mata pelajaran IPS tahun ajaran 2012/2013.

1.6.2 Untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada mata pelajaran IPS tahun ajaran 2012/2013.


(26)

1.6.3 Untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada mata pelajaran IPS tahun ajaran 2012/2013.

1.7 Manfaat Penelitian

1.7.1 Bagi peneliti

Merupakan pengalaman berharga mampu menerapkan model pembelajaran kooperatif.

1.7.2 Bagi guru

Merupakan salah satu acuan pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk materi pokoklain dan di kelas yang berbeda dengan kooperatif teknik jigsaw.

1.7.3 Bagi sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses belajar siswa di SD Negeri Kalikutuk dengan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw.

1.7.4 Bagi siswa

Penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dapat memberi pengalaman belajar yang aktif bagi siswa dalam pelajaran IPS kelas V.

1.7.5 Bagi Prodi PGSD

Penelitian ini dapat menambah referensi bacaan yang dimanfaatkan untuk teman-teman dan sebagai contoh penelitian tindakan kelas.


(27)

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Anak

Para ahli Psikologi berpendapat bahwa tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi yaitu perbuatan pikiran terhadap situasi dimana tingkah laku seseorang terjadi. Berikut keempat tokoh penting pengembang teori psikologi kognitif :

2.1.1 Teori belajar menurut Jerome Bruner

Dahar (1988:118) dan Ahmadi (1991:217) menyatakan bahwa belajar menurut Bruner yang terpenting adalah cara bagaimana orang memilih mentransformasi informasi dan mempertahankan. Bruner memusatkan perhatian pada masalah yang dilakukan manusia dengan informasi yang telah diterimanya setelah informasi diterima, apa yang dilakukannya untuk mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan kepadanya. Model belajar yang sangat berpengaruh dan dikenal yaitu belajar penemuan.Belajar penemuan berarti siswa berpartisipasi aktif dalam melakukan eksperimen dan berusaha sendiri mencari pemecahan masalah sehingga menghasilkan seta menemukan konsep pengetahuan yang benar-benar bermakna.Belajar penemuan membangkitkan keingintahuan siswa serta memberi motivasi untuk bekerja sampai siswa tersebut dapat menemukan jawaban atas masalah yang ingin dipecahkan.

2.1.2 Teori belajar menurut David Ausubel

Teori belajar yang kedua dikenal dengan teori belajar bermakna oleh Ausabel. Belajar bermakna merupakan proses dikaitkannya informasi baru dengan


(28)

konsep-konsep yang relevan dalam struktur kognitif. Ausubel mengatakan di dalam buku Ahmadi (1991:220) bahwa strategi belajar yang mencegah belajar hafalan adalah dengan meminta anak untuk mengatakan ide-ide baru menurut cara atau kata-kata mereka sendiri dan menentukan inti dari pada informasi baru itu. Contohnya : saat pelajaran berhitung bisa menjadi belajar hafalan apabila siswa disuruh menghafal rumus tanpa mengetahui arti dari rumus itu sendiri. Sebaliknya menjadi bermakna apabila siswa tahu arti dan fungsi dari rumus-rumus itu sendiri.Ausubel tidak menolak adanya belajar penemuan dari bruner namun dia berpendapat bahwa belajar penemuan lebih cocok diterapkan oleh siswa dalam tingkat perkembangan kognitif kongkrit namun bila siswa sedang dalam tingkat kognitif formal dapat dipakai metode bermakna.

2.1.3 Teori belajar menurut Robert M. Gagne

Teori belajar Gagne tertuang dalam bukunya Dahar (1988:172). Gagne bertitik tolak pada 8 fase kejadian belajar yang diikuti dengan kejadian instruksi. Fase motivasi dengan guru membangkitkan perhatian siswa dalam isi pelajaran (motivasi), fase pengenalan dengan memberitahu rumusan tujuan-tujuan belajar, fase perolehan dengan mengarahkan perhatian siswa agar siswa siap menerima stimulus dan memilih informasi yang akan disimpan dalam memori, fase retensi yaitu merangsang ingatan tentang pelajaran yang telah lampau (memori jangka panjang), fase pemanggilan yaitu dengan menyediakan bimbingan dengan cara mengaitkan informasi baru dengan pengalaman siswa, fase generalisasi yaitu cara-cara agar materi yang dipelajari tidak segera dilupakan, fase penampilan yaitu


(29)

     

membantu transfer belajar dan yang terakhir fase umpan balik yaitu dengan memberi test.

2.1.4 Teori belajar menurut Piaget

Teori yang sangat terkenal dari Piaget yaitu mengenai tingkat perkembangan intelektual anak. Dalam bukunya Dahar (1988:183), Piaget membagi perkembangan intelektual anak menjadi 4 tingkat: pertama, tingkat sensori-motor yaitu 0-2 tahun. Periode ini bayi mengatur hidupnya dengan inderanya (sensori) dan tindakannya (motor).Kedua tingkat pra-operasional, yaitu antara umur 2 sampai dengan 7 tahun.Tingkat ini anak belum mampu melaksanakan operasi mental seperti menembah, mengurangi, perkalian dan lain-lain. Mempunyai sifat egosentis yaitu kesulitan menerima pendapat orang lain-lain. Ketiga tingkat operasional konkrit adalah antara umur 7-11 tahun.Anak ini sudah mampu mengambil keputusan atas masalah yang dihadapinya dan berkurangnya egoisentris menjadi sosiosentris.Tingkatan terakhir yaitu operasional formal, yaitu berumar 11keatas.Periode ini anak sudah mempunyai berfikir abstrak mengenai benda-benda, atau peristiwa-peristiwa yang terjadi. Jelas disampaikan oleh piaget bahwa dengan mengukur tingkat perkembangan kognitif seorang anak maka akan memberi informasi tentang tujuan pendidikan yang akan dicapai.

Dari keempat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa anak belajar sesuai dengan tingkatan intelektual agar siswa dapat menerima isi bahan ajar sesuai dengan kematangan intelektualnya. Disamping itu anak diajak untuk menggali pengetahuan sendiri melalui percobaan-percobaan dan menemukan pengetahuan


(30)

itu sendiri yang sesuai dengan materi yang ia baca. Guru sebagai pendamping anak, mengarahkan agar proses belajar dapat sesuai dengan yang diharapkan. 2.2 Motivasi Belajar

2.2.1 Pengertian motivasi belajar

Hamzah (2007:55) mengatakan bahwa motivasi belajar dapat timbul karena adanya faktor intrinsik dan faktor entrinsik. Faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan belajar dan harapan akan cita-cita sedangkan faktor entrinsik berupa lingkungan belajar yang kondusif, kegiatan belajar yang menarik dan adanya penghargaan. Kedua faktor tersebut muncul karena adanya rangsangan tertentu sehingga siswa berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat.Senada dengan pengertian yang disampaikan oleh Sardiman (1986:75) bahwa motivasi belajar adalah faktor psikis manusia yang bersifat non-intelektual.Motivasi ini memiliki peranan yang khas dalam hal merasa senang dan semangat belajar, serta penumbuhan gairah.Seorang siswa yang mempunyai kemampuan intelektual/kecerdasan yang tinggi bisa saja gagal karena kekurangan motivasi belajar.Kegagalan belajar siswa disebabkan kurangnya semangat belajar dan gairah belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan aktivitas belajar. Oleh karenanya hasil belajar akan optimal jika ada motivasi yang tepat.

Ketiga menurut Winkel (1996:173) berpendapat mengenai motivasi belajar yaitu motivasi yang dihayati oleh diri sendiri biarpun orang lainmempunyai peranan dalam menimbulkan motivasi.Motivasi yang khas bukanlah ada atau


(31)

     

tidaknya pengaruh dari luar, lebih merupakan kebutuhan diri sendiri yang ingin dipenuhi dalam belajar.Jadi motivasi belajar tumbuh karena adanya rangsangan atau dorongan belajar dari individu dan dikuatkan dengan pengaruh luar individu sehingga individu dapat memenuhi kebutuhan akan belajar.

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Menurut Sardiman (1986:88), Winkel (1996:173) dan Hamalik (2001:162) faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa dibedakan menjadi dua. Pertama motivasi intrinsik yaitu motivasi karena setiap individu memiliki dorongan dalam melakukan sesuatu.Sebagai contoh, dilihat dari tujuannya, siswa melakukan kegiatan belajar karena ingin mendapat pengetahuan, nilai atau agar keterampilannya dapat berubah.Yang kedua adalah motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar individu.Sebagai contoh, seseorang belajar karena disuruh orangtua atau guru, ingin dipuji temannya, atau dipuji oleh pacarnya.Motivasi dari dalam maupun dari luar perlu digerakkan dalam proses belajar mengajar agar didapat formula tertentu dalam pencapaian tujuan.

2..2.3 Fungsi motivasi belajar

Oemar Hamalik (2001:161), Ahmadi (1991:139) danSardiman (1986:84) menjelaskan 4 fungsi motivasi yaitu: pertama, mendorong manusia untuk berbuat sesuatu hal seperti belajar. Fungsi kedua adalah sebagai pengarah, yakni tujuan yang ingin dicapai haruslah sesuai dengan kegiatan yang sedang dilakukan.Kemudian fungsi ketiga adalah, sebagai penyeleksi perbuatan, artinya


(32)

bahwa perbuatan-perbuatan bermanfaat bagi tujuan. Seseorang yang akan melakukan kegiatan belajar tidak akan bermain atau melakukan hal-hal aneh sebab tidak serasi dengan tujuan yang akan dicapainya. Fungsi terakhir adalah sebagai penggerak maksudnya motivasi digunakan dalam pencapaian prestasi belajar. Seseorang yang tekun belajar karena adanya motivasi maka akan melahirkan prestasi yang baik.

2.2.4 Cara mengerakkan motivasi

Oemar Hamalik (2001:166) dan Sardiman (1986:91) menjelaskan berbagai cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa yaitu: pujian, guru harus memberikan apresiasi ketika siswa dapat menjawab dengan tepat karena pujian menimbulkan perasaan senang dan puas serta pendorong belajar;memberi angka, setelah selesai mengerjakan tugas biasanya siswa mendapatkan hasil. Murid yang mendapatkan angka sempurna akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang akan mendorong agarselanjutnya belajar lebih giat:kerja kelompok, pada mata pelajaran tertentu dimana siswa melakukan kerja kelompok kadang-kadang untuk menjadikan kelompoknya menjadi yang terbaik biasanya siswa terdorong untuk belajar. Motivasi digunakan agar diri siswa tergugah niatnya dalam melakukan tujuan yang hendak dicapai melalui dorongan baik dari individu itu sendiri maupun dari luar individu dengan cara mengerakkan motivasi.


(33)

     

Hasil belajar menurut Masidjo (1995:58), Hadi (2004:152) dan Solihatin (2007:44) dapat diukur melalui dua cara yaitu tes dan non tes. Alat pengukur tes dilakukan apabila sifat suatu objek yang diukur berupa perubahan tingkat laku yang berhubungan apa yang diketahui, dipahami yang tidak dapat diamati oleh indera kita. Sedangkan alat pengukur non tes yaitu serangkaian pernyataan atau pertanyaan yang harus dijawab untuk mengukur kemampuann belajar siswa yang dapat diamati secara kongkret.Hasil belajar tentang motivasi dapat diukur mengunakan non tes karena sifat suatu objek dapat diamati.

Untuk mengukur motivasi belajar siswa, peneliti menggunakan teknik observasi partisipan dengan alat ukur skala nilai. Observasi partisipan berarti peneliti turut ikut ambil bagian dalam proses penelitian sedangkan skala nilai adalah pedoman pengamatan yang berupa daftar yang memuat sejumlah pertanyaan atau pernyataan tentang perilaku yang dijabarkan dalam bentuk skala . 2.3 Prestasi Belajar

2.3.1 Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Winkel (1996:226)prestasi belajar adalah bukti pencapaian dari usaha-usaha belajar siswa.Siswa mengalami peningkatan kecerdasan setelah siswa tersebut belajar dengan usahanya sendiri dan dibuktikan melalui tes-tes dan didapat nilai yang memenuhi target. Sedangkan menurut Muhhibin (2003:150)Prestasi belajar adalah pengungkapan hasil belajar meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Kemudian yang ketiga menurut Masidjo (1995:13)prestasi belajar siswa


(34)

dapat diukur dengat alat tes prestasi belajar.Tujuan dari tes tersebut semata-mata untuk memberi gambaran terhadap keberhasilan siswa dalam belajar dan pengambilan keputusannya.

Berpangkal dari pengertian para ahlidapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan alat yang digunakan oleh guru dalam mengukur keberhasilan siswanya setelah siswa melakukan usaha belajarnya yang meliputi ranah psikologisnya dan alat yang digunakan disebut tes prestasi belajar.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Ketiga ahli Muhibbin (2003:110), Sardiman (1986:50), dan Winkel (1996:50) mengungkapkan hal yang senada bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah dibedakan menjadi dua. Yang pertama, faktor internadalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendirimeliputi: kecerdasan/inteligensi, bakat, minat dan motivasi. Yang kedua faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, meliputi: keadaan keluarga, keadaan sekolah dan keadaan masyarakat.

Kecerdasan/inteligensimenurut Winkel (1996:138) adalah kemampuan berfikir seseorang dalam mencapai prestasi sekolah. Prestasi tidak akan didapat oleh siswa jika siswa itu sendiri tidak mengalami proses berfikir. Ketika anak dihadapkan dalam masalah maka anak akan memecahkan masalah. Di dalam masalah terjadi proses berfikir. Namun anak belum bisa dikatakan cerdas jika belum dites oleh orang yang berkompeten dibidangnya.Tes kecerdasan tersebut dikenal dengan tes IQ (IntelligenceQuestion). Hasil test biasanya berupa


(35)

angka-     

angka dan memcerminkan taraf intelengensi. Semakin tinggi angka itu maka semakin tinggi pula taraf intelegensinya.Sama halnya dengan Reber dalam Muhibbin (2003:147) mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan seseorang untuk mereaksi rangsangan di lingkungan dan dengan cara yang tepat dalam hubungannya dengan psiko-fisik (otak).Otak bukan saja satu-satunya alat penentu inteligensi seseorang karena otak tidak bekerja sendirian, otak memerlukan organ-organ tubuh lainnya.Namun otak dalam kaitannya dengan intelegensi sangat menonjol karena otak merupakan menara pengontrol bagi sebagian aktivitas manusia.Jadi di dalam otak terjadi kegiatan berfikir, kegiatan ini membawa anak menjadi cerdas.Cerdas memberi peluang bagi siswa untuk berprestasi meraih sukses.

Faktor intern yang kedua yaitu menurut Winkel (1996:54)berpendapat bakat adalah kemampuan seseorang yang belum muncul oleh karenanya perlu diasah dan dikembangkan melalui belajar sehingga menjadi kecakapan yang nyata.Menurut Chaplin dalam Muhibbin (2003:150) bakat adalah pencapaian keberhasilan dengan potensi yang dimiliki pada masa yang akan datang. Peneliti sependapat dengan dua ahli diatas, bahwa bakat perlu diasah guna pencapaian keberhasilan yang akan datang. Namun tidak dipungkiri biasanya siswa tidak sadar akan potensi dalam dirinya dan orang tua juga tidak peka terhadap potensi yang dimiliki anaknya. Kebanyakan orang tua memaksakan kehendak untuk memilihkan keahlian pada bidang yang disenangi.Oleh karena itu adalah hal yang tidak bijaksana jika orang tua memaksakan kehendak untuk menyekolahkan


(36)

anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa menyelidiki lebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya.Pemaksaan kehendak dan ketidakpastian siswa terhadap jurusanyang sebenarnya bukan bakatnya berpengaruh terhadap prestasi belajar.

Minatmenurut Winkel (1996:24) adalah ketertarikan seseorang dalam bidang tertentu dan merasa senang melakukan hal pada bidang tersebut.Muhibbin juga berpendapat mengenai bakat yaitu kegairahan dan keinginan seseorang yang besar terhadap sesuatu.Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan kecenderungan individu pada sesuatu hal dan individu tersebut merasa nyaman melakukan hal yang dia inginkan.Kemudian faktor intern yang terakhir adalah mengenai motivasi. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi ini sudahdibahas pada subtopik sebelumnya.

Lingkungan keluarga menurut Hasbullah (2006:39) merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama. Pertama maksudnya bahwa anak lahir karena hubungan antara kedua orang tuanya. Mereka harus bertanggungjawabterhadap pemeliharaannya karena merekatermasukorang dewasa.Kemudian utama, maksudnya anak lahir mempunyai ketergantungan dengan orangtua oleh karena itu orang tua berkewajiban memberikan pendidikan dengan corak warna yang dikehendaki terdapat anaknya.

Keadaan sekolah menurut Hasbullah (2006:47), Muhibbin (2003:48) dan Winkel (1996:25) menyebutkan bahwa sekolah merupakan pendidikan kedua setelah keluarga dan bersifat pendidikan formal. Dikatakan formal karena terjadi


(37)

     

serangkaian kegiatan yang terencana dan terorganisasi dalam proses belajar-mengajar di kelas. Pendidikan sekolah sangat diperlukan dalam pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik anak.Dalam sebuah keluarga tidak selamanya tersedia kesempatan dan kesanggupan memberikan pendidikan oleh karena itu sekolah dibutuhkan guna menyerahkan tanggungjawabnya kepada sekolah.

Terakhir Lingkungan masyarakat menurutDriyarkara dan Moh.Nor Syam dalam Hasbullah (2006:55) merupakan sekumpulan orang di suatu daerah yang senasib dan mempunyai tata nilai dan tata budaya sendiri. Masyarakat mempunyai andil yang luas terhadap pendidikan karena ketika anak-anak lepas dari pengasuhan orang tua dan pendidikan sekolah, mereka akan bersama masyarakat dalam pergaulan yang berbeda-beda. Jika lingkungan belajar anak-anak di masyarakat terdapat teman sebaya dan mempunyai kondisi belajar yang baik maka dapat dipastikan bahwa anak-anak akan mendapatkan hak belajar yang sesuai. Sedangkan jika lingkungan tersebut terdapat anak-anak nakal, maka siswa akan terpengaruh dampak buruk dan siswa tidak akan mendapat haknya dalam belajar.

Mengacu pada faktor-faktor prestasi belajar yang sudah dibahas diatas, yang akan penulis tindak lanjuti dan sesuai dengan penelitian yaitu mengenai motivasi belajar siswa karena motivasi yang optimal akan menunjang prestasi belajar siswa yang optimal juga.


(38)

Teknik pengukur prestasi belajar siswa yaitu menggunakan tes karena prestasi belajar belum dapat diamati menggunakan alat indera. Alat ukur prestasi belajar yang paling cocok dan mudah diaplikasikan menggunakan tes pilihan ganda.Tes pilihan ganda yaitu sejumlah pertanyaan yang memuat sejumlah item yang jawabannya harus dipilih yang paling tepat.Yang harus diperhatikan dalam pembuatan soal ini adalah sebelum diuji cobakan kepada siswa harus melalui tahapan yang sesuai karena hasil bejar harus benar-benar mewakili suatu objek dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.Tes buatan guru harus diuji validitas dan reliabilitasnya.Hadi (1995:122) dan Masidjo (1995:208) Yang dimaksud reliabilitas adalah taraf sampai dimana suatus tes mampu menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam pengukuran. Sedangkan validitas adalah taraf sampai dimana mampu mengukur apa yang ingin diukur. Validitas yang akan peneliti pakai yaitu validitas isi, dimana validitas isi mampu mengukur secara tepat apa yang seharusnya diukur dandibuktikan dengan kisi-kisi soal.

2.4 Model Pembelajaran Kooperatif

2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Davinson dan Kroll dalam Nur Asma (2006:11) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajarsiswa dalam kelompok dimana siswa saling bertukar ide dan bekerjasama dalam memecahkan suatu masalah.Siswa belajar dalam suatu kelompok dan menghadapi masalah.Berdasarkan kemampuan tiap individu, mereka berbagi ide guna memecahkan masalah belajar sedangkan menurut Cooper dan Heninich dalam Nur Asma (2006:11), Pembelajaran


(39)

     

kooperatif melibatkan kelompok kecil yang berbeda dan pencapaian tujuan dari tugas akademik sambil belajar keterampilan kolaboratif dan sosial.Kelompok belajar diatur oleh guru agar meratanya kesempatan belajar dari siswa pintar dan yang kurang pintar. Siswa menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan tujuan yang dicapai dan siswa juga belajar cara berkelompok antar anggota serta memupuk kepedulian sosial antar anggota. Kemudian Anita Lie (2008:28)mengatakan bahwa kooperatif adalah suatu sistem dimana siswa bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas tersruktur (pembelajaran gotong royong). Tugas terstruktur dibuat oleh guru agar ketika siswa bekerjasama mempunyai arah yang jelas dan tidak ada siswa yang bercanda atau bermalas-malasan.

Ahli yang lain yaitu Slavin dalm Isjoni dan Arif Ismail (2008:150), Pembelajaran kooperatif adalah suatu model yang merangsang siswa untuk belajar dalam kelompok kecil secara kolaboratif.Sebaiknya dalam pembelajaran kooperatif, pembagian kelompok terdiri dari 4-6 0rang agar setiap siswa mampu membina hubungan belajar bersama kelompoknya secara optimal.Menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni dan Arif Ismail (2008:152), Model pembelajaran kooperatif adalah suatu cara untuk mendorong siswa bekerjasama dalam proses pembelajaran dengan serangkaian strategi.Pembelajaran disini menuntut siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah dengan menggunakan cara-cara yang disepakati oleh kelompok. Setiap kelompok akan mempunyai strategi yang berbeda-beda, disinilah proses pembelajaran kelompok berlangsung. Terakhir menurut Agus Suprijono (2009:54), Model pembelajaran kooperatif adalah kerja


(40)

kelompok yang dipimpin dan diarahkan oleh guru dengan suatu konsep yang luas.Acuan penugasan kelompok dibuat oleh guru dari awal sampai akhir.Memuat indikator yang hendak dicapai dan tindak lanjut dari masing-masing kelompok.

Dari pengertian para ahli penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan dalam proses pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok untuk memecahkan masalah, siswa dituntut aktif dan mampu menyesuaikan dalam kelompok.

2.4.2 Macam-macam model pembelajaran kooperatif

Menurut Rusman (2010:213) terdapat 6 macam model pembelajaran kooperatif yaitu:

2.4.2.1 Model Kooperatif Teknik STAD (Studend Teams Achievement Division) Model pembelajaran yang melibatkan anggota kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa heterogen untuk menguasai materi pelajaran dimana guru melakukan evaluasi setiap satu atau dua minggu sekali. Siswa dilibatkan dalam sebuah tim dalam berdiskusi, prosedur kuis maupun mengerjakan tugas. Siswa-siswa yang mampu menguasai materi pelajaran baik secara individual maupun di dalam tim dengan prestasi tinggi akan mendapatkan penghargaan.

2.4.2.2 Model Kooperatif Teknik GI (Group Investigasi)

Model pembelajaran kooperatif di mana siswa dibentuk berdasarkan atas kesamaan minat atau kesenangan berteman setelah dilakukannya investigasi yang mendalam. Siswa belajar mengenai sub topik pelajaran yang telah mereka pilih


(41)

     

dari berbagai sub topik lainnya sesuai hasil investigasi. Siswa menyiapkan dan menyajikan laporan di depan kelas.

2.4.2.3 Model Pembelajaran Kooperatif teknik membuat pasangan ( Make a Match)

Merupakan salah satu jenis model pembelajaran dimulai dengan teknik mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Siswa yang berhasil mencocokkan kartunya akan mendapatkan poin. Keunggulan dari teknik ini adalah suasana belajar yang menyenangkan dalam suatu topik pembelajaran. 2.4.2.4 Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Struktural

Model ini menekankan bahwa ada hubungan antara siswa lakukan dengan siswa pelajari.Penerapan model structural member pengaruh besar pada perkembangan siswa pada sisi sosial, kognitif dan akademisnya.Pembelajaran di dalam kelas memerlukan adanya interaksi siswa dengan siswa dan pembentukan kelompok belajar dibedakan menjadi kelompok heterogen, kelompok acak, kelompok minat, dan kelompok homogen.

2.4.2.5 Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TGT ( Teams Games Tournaments)

Adalah memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim kelompoknya. Permainan TGT dilakukan dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu yang diberi angka.Permainan dalam bentuk turnamen ini digunakan sebagai penilaian alternative guru dalam mereview materi pelajaran.


(42)

2.4.2.6 Model Pembelajaran Kooperatif Teknik jigsaw I

Model pembelajaran jigsaw dilaksanakan dengan pembagian kelompok secara heterogen. Anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalhan yang berbeda tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama. Utusan dalam kelompok yang berbeda membahas permasalahan yang sama(tim ahli) selanjutnya hasil pembahasan tersebut dibawa ke tim asal dan disampaikan ke anggota kelompoknya. Teknik ini akan peneliti ambil karena menurut jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif yang fleksibel, memberi pengaruh yang positif terhadap perkembangan serat memberi motivasi intrinsic bagi siswa.

2.4.3. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik jigsaw I

Model ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas dan setelah itu dikembangkan lagi oleh Slavin. Jigsaw dalam Bahasa Inggris berarti gergaji ukir namun pengertian lain juga menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu teka-teki menyusun menyusun potongan gambar.Pembelajaran kooperatif teknik jigsaw mengambil pola/cara bekerja gergaji yaitu siswa melakukan kegiatan belajar dengan cara bekerja dalam tim-tim atau kelompok untuk tujuan bersama. Hubungan antara gergaji dengan bekerja dalam tim bahwa gergaji terdiri dari ruas-ruas besi yang tajam. Ruas-ruas besi yang tajam dibuat banyak agar tugas memotong kayu dapat segera terselesaikan.Sama halnya dengan siswa belajar dengan kelompok (ruas gergaji banyak), agar tugas yang harusnya tidak bisa diselesaikan secara individual dapat


(43)

     

diselesaikan secara bersama dengan waktu yang cepat dan tepat (gergaji:dapat memotong kayu lebih cepat).

Menurut Wardani dalam Isjoni dan Arif Ismail (2008:155) menyatakan teknik jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang membantu siswa menguasai pelajaran dan mendorong siswa beraktivitas untuk mencapai prestasi belajar.Siswa tidak mampu menghafal bahan mata pelajaran secara keseluruhan pada saat pelajaran berlangsung, ketidakmampuan siswa tersebut dapat diatasi dengan teknik ini.Siswa berinteraksi dalam kelompok dan membagi materi dengan anggota kelompok lainnya, kemudian bertukar materi. Proses pembelajaran seperti ini dapat mendorong siswa untuk berfikir dan aktif.Menurut Rusman (2010:218) model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw menitiberatkan kerja kelompok yang berjumlah 4-6 orang dan siswa memiliki ketergantungan positif dan bertanggungjawab secara mandiri.Pembelajaran teknik jigsaw yaitu dengan membuat anggota kelompok dihadapkan ke topik permasalahan yang berbeda. Namun permasalahan tiap kelompok sama. Tiap-tiap utusan kelompok yang berbeda membahas materi yang sama (tim ahli). Tim ahli bertugas membahas permasalahan yang sedang dihadapi dan selanjutnya hasil dari pembahasan tersebut dibawa ke kelompok asal.

2.4.4 Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw Menurut Anita Lie (2008:69) pembelajaran kooperatif teknik jisaw mempunyai kekurangan dan kelebihan.kekurangan seperti: teknik ini membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembahasan materi dari tiap-tiap


(44)

tim, teknik jigsaw hanya dapat diaplikasikan di kelas atas mengingat kelas cara berfikirnya sudah konkrit dan nyata, serta diperlukan pendampingan oleh guru secara eksklusif. Adapun kelebihan dari seperti: teknik ini cocok digunakan untuk semua kelas/tingkatan; dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran IPA, IPS, Matematika, Agama dan Bahasa; teknik ini biasa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara.

2.5 Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial 2.5.1 Pengertianilmu pengetahuan sosial

Menurut Rosdijati (2010:01) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan satu mata pelajaran diberikan di tingkat SD/MI/SDLB mengkaji seperangkat peristiwa, konsep dan generalisasi berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran ini siswa diarahkan menjadi warga masyarakat yang menghargai nilai-nilai sosial, bertanggung jawab, mencintai lingkungan alam, dan menjadi warga dunia yang cinta damai.Solihatin (2007:14) menyatakan IPS adalah ilmu yang ada hubungannya antara manusia dengan lingkungannya.Sama halnya dengan Sapriyo (2009:20) mengatakan bahwa IPS di Sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep, disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan dimasalah sosial kehidupan. Mata pelajaran IPS dirancang secara sistematis, kompreherensif dan terpadu sehingga IPS mampu diberikan kepada siswa dengan baik dalam hubungannya dengan kehidupannya dimasyarakat.


(45)

     

Mengacu pada standar isi dan standar kopentensi lulusan, maka pembelajaran IPS dilakukan untuk mencapai kompetensi-kompetensi sebagai berikut:Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional dan global.Tujuan IPS tersebut harus diberikan kepada siswa lewat pendidikan IPS melalui guru kelas.IPS memiliki tujuan yang mulia namun kualitas pembelajarannya seringkali jauh dari harapan.

2.5.3 Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Sosial diberikan di Sekolah Dasar pada kelas satu hingga kelas enam.Kelas rendah diberikan secara tematik yaitu dengan mengaitkan antar mata pelajaran lainnya sedangkan kelas atas diberikan secara terpadu yaitu mengaitkan antara antar cabang ilmu pengetahuan sosial seperti: ekonomi, sejarah, geografi dan masalah sosial. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar umumnya berisi keragaman budaya, konflik, nasionalisme, kesinambungan dan perubahan, interaksi sosial yang sebagian besar berisi fakta dan konsep.Pendidikandalam mata pelajaran IPS memerlukan guru kelas yang mampu mengatasi setiap persoalan. Sebagai contoh: guru kelas yang mengajar materi tentang perlawanan rakyat Indonesia dalam mengusir penjajah, guru yang


(46)

baik tidak akan membiarkan siswanya menaruh dendam kepada penjajah. Contoh lainnya: pada materi keragaman budaya, guru harus menanamkan sikap yang menghargai budaya suku lain bukan fanatisme budaya sendiri. Ditambah lagi dengan metode guru dalam menyampaikan materi dengan metode ceramah yang mengakibatkan informasi penting yang harusnya dapat diterima oleh siswa, terbuang begitu saja.Kemudian masalah pembelajaran IPS dari faktor siswa seperti mengantuk saat pelajaran berlangsung karena guru hanya menerangkan dengan metode ceramah, bosan karena tiap belajar IPS hanya membaca dan merangkum, malas menghafal karena bahan yang terlalu luas. Jelaslah bahwa masalah-masalah perlu mendapat perhatian dari guru kelas dan perbaikan cara mengajar.

Para guru menghadapi masalah yang klasik dan tak kunjung usai seperti rendahnya prestasi belajar siswa dan kurangnya motivasi.Guru harus mampu mengatasi masalah tersebut dengan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, tepatlah jika pembelajaran IPS disajikan dengan model pembelajaran yang inovatif yaitu model pembelajarn kooperatif teknik jigsaw. Penerapan model pembelajaran ini dalam mata pelajaran IPS sangat baik karena siswa-siswa yang mempunyai prestasi kurang baik dapat menjadi lebih baik. Siswa-siswa berprestasi dapat membantu siswa yang kurang berprestasi, hal ini karena manusia tidak dapat hidup sendiri dan harus saling membantu.


(47)

     

2.6 Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Yohanes yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar dengan Menggunakan Kooperatif Learning Teknik Jigsaw dalam Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Gowongan Tahun Ajaran 2009/2010”.Penelitian ini memberikan hasil sebanyak 16 siswa di dapat bahwa pertemuan siklus pertama terjadi peningkatan rata-rata nilai ujian yang semula 53,69 menjadi 69,37. pada siklus kedua, meningkat menjadi 81,25 sedangkan pada siklus ketiga adalah 7,40.

Penelitian yang senada dilakukan oleh Fitriyang berjudul “Penerapan Model pembelajaran Teknik Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri I Kalasan Kelas VII E Pada Mata Pelajaran Ekonomi”.Hasil penelitian didapat data bahwa model pembelajaran teknik jigsaw dapat meningkatkan belajar siswa.dilihat dari indikator-indikator yang mengalami peningkatan seperti: keinginan belajar diperoleh data awal sebesar 2,8 siklus I meningkat menjadi 3,8 siklus II menjadi 3,9; hasrat berprestasi data awal 2,4 silkus I 3,5 siklus II 3,7; hasrat mengerjakan tugas data awal 2,4 silkus I 3,4 siklus II 3,9; ganjaran data awal 2,6 siklus I 3,2 siklus II 3,6; hasrat mengikuti pelajaran data awal 2,9 siklus I 3,7 siklus II 3,8; hasrat mendapat simpati data awal 2,6 siklus I 3,2 siklus II 3,6; hasrat untuk menang data awal dari 2,5 siklus I4,3 dan siklus II tetap.

Kedua penelitian diatas memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran


(48)

kooperatif. Pembelajaran kooperatif yang dipilih yaitu teknik jigsaw, teknik ini dikenalkan di dalam kelas untuk mengatasi permasalahan rendahnya pembelajaran. Siswa dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari kelompok asal dan ahli sehingga teman sebaya yang semula kurang termotivasi dan nilai belajarnya belum maksimal menjadi meningkat. Penelitian sebelumnya tersebut diatas memantapkan peneliti untuk meneliti motivasi belajar dan prestasi belajar dengan model kooperatif teknik jigsaw karena penelitian sebelunnya dapat disimpulkan berhasil.

2.7 Kerangka Berpikir

Pendidikan IPS di SD haruslah sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan IPS. Tujuan pendidikan IPS yang utama adalah member bekal kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai masalah yang akan dihadapinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas didapat fakta bahwa banyak permasalahan kelas yang dialami guru dan berimbas kepada siswanya.Permasalahan yang telah disampaikan pada halaman sebelumnya jelaslah bahwa rata-rata motivasi belajar belum sesuai dengan tingkatan motivasi dan prestasi belajar siswa rendah.

Seorang guru dikatakan kompeten apabila memiliki kekhasan dalam menyampaikan dan menyajikan pengalaman belajar jika guru tersebut menguasai teori-teori belajar. Teori belajar akan sangat membantu guru dalam mempelajari muridnya dan menggunakan prinsip psikologi dalam menilai cara mengajarnya. Di setiap teori belajar yang telah disampaikan dalam Bab II, memuat motivasi


(49)

     

belajar.Motivasi belajar sangat penting diberikan kepada siswa baik secara intrinsik maupun ekstrinsik.Motivasibelajar berguna untuk menciptakan dorongan belajar sehingga diperoleh prestasi belajar yang maksimal.Model pembelajaran yang tepat member sumbangsih terhadap peningkatan motivasi belajar dan prestasi belajar dalam pembelajaran IPS. Banyak ragam inovasi yang ditawarkan namun yang sesuai dengan kriteria siswa SD adalah menggunakan model kooperatif yang menekankan kerjasama diantara teman sebaya.

Permasalahan motivasi dan prestasi belajar di sd sangat cocok diatasi dengan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw. Model pembelajaran ini bekerja didalam kelompok yang terbagi menjadi kelompok asal dan kelompok ahli.Setiap siswa bertanggungjawab terhadap kemajuan kelompoknya.Siswa belajar mengemukakan pendapat dan belajar menemukan solusi dari setiap permasalahan kelompoknya. Guru bertugas membimbing pelaksanaan pembelajaran.

2.8 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir diatas serta adanya penelitian sebelumnya maka, hipotesis tindakannya adalah :

2.8.1 Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw dapat meningkatkan motivasi siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk semester1 pada mata pelajaran IPS Tahun Ajaran 2012/2013 KD 1.1.


(50)

2.8.2 Pembelajaran Kooperatif Teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk semester1 pada mata pelajaran IPS Tahun Ajaran 2012/2013 KD 1.1.


(51)

32  BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini sangat praktisdigunakan oleh guru dalam memperbaiki praktik mengajarnya dalam kawasan sebuah kelas.Permasalahan yang diangkat benar-benar merupakan permasalahan yang ada dalam pekerjaan keseharian guru bersama anak didik.

Suharsimi (2010:17) berpendapat mengenai desain penelitian tindakan kelas yaitu :

Artinya: satu siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan rekfleksi. Perencanaan adalah langkah yang harus dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya. Pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Pengamatan adalah proses mencermati jalannya

Perencanaan 

Refleksi 

Pengamatan  Perencanaan 

Pelaksanaan 

Refleksi 

Perencanaan

Pelaksanaan  SIKLUS I 

SIKLUS II Pengamatan


(52)

pelaksanaan tindakan. Refleksi adalah perenungan kembali kegiatan siswa yang sudah dilakukan. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan paling sedikit dua siklus

Sistematika Penelitian Tindakan Kelas menurut Suharsimi Arikunto (2010:159) dibagi menjadi 4 tahapan, pertama setting penelitian, pelaksanaan penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: Setting penelitian menjelaskan tentang

keadaan subjek tindakan dan obyek yang akan diteliti. Pelaksanaan

penelitianberisi langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti dalam menyusun rencana tindakan yang tertera dalam RPP kemudian dilanjutkan dengan

jalannya keseluruhan siklus. Metode pengumpulan data ialah cara yang

digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang digunakan. Peneliti memerlukan instrument yaitu alat bantu agar pekerjaan mengumpulkan data menjadi lebih mudah. Terakhir metode analisis data adalah menyatukan data yang berasal dari jenis instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data yang akan bermakna menjadi kesimpulan.

3.2 Setting Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri Kalikutuk yang beralamat Kalikutuk, Sentolo, Kulon Progo.Penelitian melibatkan siswa sebanyak 20 siswa diantaranya terdiri dari 12 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Obyek penelitian mengenai motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS semester 1 Tahun Ajaran 2012/2013. Waktu penelitiandilakukan pada awal bulan Agustus.


(53)

     

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

3.3 Rencana Pelaksanaan Tindakan 3.3.1 Persiapan

Langkah persiapan dalam tahap ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: mengidentifikasi masalah, mengkaji kompetensi dasar dan pokok pembelajaran, mempersiapkan silabus, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun alat dan bahan yang diperlukan serta menyiapkan instrument penelitian.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengidentifikasi masalah tentang motivasi dan prestasi belajar siswa khususnya pada materi peninggalan sejarah.Dari observasi menggunakan skala nilai diperoleh informasi bahwa motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS sangat rendah. Hal ini terbukti dengan hasil rata-rata nilai motivasi sebesar 51,1 dan menurut kriteria peningkatan motivasi belajar dikatakan sangat rendah. Kedua mengenai hasil rata-rata nilai ulangan harian untuk kompetensi peninggalan sejarah didapat data bahwa No Kegiatan

Tahun 2012/2013

Agt Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt

1. Pengumpulan data kondisi awal dan observasi √ 2. Penyusunan proposal √

3. Ijin pengambilan data

4. Pengambilan data √ √

5. Analisis data √ √ √


(54)

sebanyak 50% dari 20 siswa SD Negeri Kalikutuk masih dibawah KKM yaitu sebesar 61 padahal KKM untuk materi tersebut adalah 63. Untuk memecahkan permasalahan tersebut peneliti merencanakan sebuah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri Kalikutuk semester 1 tahun pelajaran 2012/2013.

Peneliti mengkaji kompetensi dasar dan pokokpembelajaran dengan mencari data-data kepustakaan. Kemudian menyusun silabus dengan mengambil satu kompetensi dasar dari sebelas kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum kelas V semester ganjil yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.Selanjutnya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat dalam tiap siklus. Menyiapkan alat dan bahan apa saja yang diperlukan untuk pelaksanaan model kooperatif teknik jigsaw. Terakhir adalah menyiapkan instrument penelitian yang dapat dilihat pada lampiran.

3.3.2 Rencana tindakan siklus I

Langkah pelaksanaan penelitian dijelaskan melalui rencana tindakan tiap siklus.Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, di mana masing-masing siklus terdiri dari 1 pertemuan (2X45 menit) dan di akhir siklus siswa mengerjakan lembar soal dan lembar observasi.

Pembelajaran siklus pertama ini diawali dengan salam pembuka dan apersepsi kemudian guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok dan disebut tim asal. Setiap kelompok diberi materi yang berbeda-beda. Kelompok asal tersebut berpencar dan membentuk kelompok ahli dalam materi yang sama. Kelompok ahli


(55)

     

tersebut kembali ke kelompok asal.Tiap kelompok ahli mempresentasikanhasil.Guru memberi motivasi ketika pelajaran berlangsung ketika siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik.Siswa mengerjakan soal yang terdiri dari 20 soal secara mandiri dan mengerjakan lembar skala.Guru mencatat temuan-temuan yang diperoleh selama proses pembelajaran serta menganalisis hasil yang diperoleh siswa dengan hasil skor. Guru membuat refleksi mengenai kejadian-kejadian khusus, hambatan serta mengidentifikasi masalah dengan pendampingan guru kelas.

3.3.3 Rencana tindakan siklus II

Siklus kedua dilakukan mengacu pada proses pembelajaran pada siklus pertama dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan sebelumnya. Langkah pembelajarannya dimulai dengan salamdan menyampaikan tujuan yang akan dicapai. Siswa dibagi ke dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 siswa.Siswa membahas materi berdasarkan instruksi guru.Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Guru merevisi hasil kerja kelompok dan menyimpulkannya. Siswa melaksanakan tes untuk mengukur keberhasilan siswa.Selanjutnya siswa mengerjakan lembar obevasi untuk mengetahui sejauh mana motivasi siswa terhadap mata pelajaran IPS.Guru mengumpulkan data dan menghitung presentasi keberhasilan siswa. Terakhir, guru melakukan evaluasi terhadap siklus II.Evaluasi tersebut digunakan untuk mengetahui apakah siklus perlu dilanjutkan atau dinyatakan berhasil.Bila belum berhasil diperlukan perubahan tindakan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.Namun bila


(56)

motivasi dan prestasi belajar siswa telah memenuhiindikator keberhasilan, tindakan tidak perlu dilaksanakan lagi dan dinyatakan bahwa penelitian telah berhasil.

Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan tes tertulis yang dilakukan setiap akhir siklus.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Peubah, Indikator, Pengumpulan data, dan Instrumen pada Prestasi Belajar

Penyekoran jawaban soal benar mendapat nilai satu dan salah mendapat nilai nol. Penilaian pada setiap siklus dilakukan dengan rumus:

Skor yang diperoleh siswa

Nilai : X 100 Skor maksimal

Penyusunan instrument dilakukan dengan tes tertulis.Tes prestasi belajar sebanyak 20 soal.Mutu suatu tes dapat diukur menurut validitas dan realibilitasnya.

Peubah Indikator Cara

Pengumpulan Instrumen

Motivasi belajar siswa

Skala sikap Mengerjakan lembar kuesioner

Soal terdiri dari 10 soal.

Prestasi belajar siswa

skor rata-rata tes belajar

Mengerjakan tes Tes terdiri dari 20 soal kemudian sebelum diujikan, dilakukan uji coba untuk mencari validitas dan realibilitas (terlampir)


(57)

     

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Kriteria Keberhasilan Motivasi belajar

Tingkat keberhasilan motivasi belajar akan dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner yang memuat masalah-masalah yang timbul pada suasana belajar siswa dan kelompok. Siswa mengerjakan soal dengan memberi tanda cek pada salah satu jawaban yang menurutnya benar.

Adapun penyekorannya:

Item Positif : SS: 5, S: 4, N: 3, TS: 2, dan STS: 1 Item Negatif : SS: 1, S: 2, N: 3, TS: 4, dan STS: 5 Cara menentukan skor rata-rata, Rumusnya :

Jumlah Skor Seluruh Siswa X 2 SR :

Jumlah siswa

Menentukan tingkat motivasi menggunakan kriteria sebagai berikut : Tabel 3.3 Kriteria Tingkatan Motivasi

Tabel 3.4Peubah, Indikator, Pengumpulan data, dan InstrumenMotivasi No Skor Motivasi Tingkatan Motivasi

1 90 – 100 Sangat Tinggi

2 80 – 89 Tinggi

3 70 – 79 Sedang

4 60 – 69 Rendah

5 < 60 Sangat Rendah

Peubah Kondisi Awal Kondisi pada Akhir Siklus

I II

Motivasi belajar

Sangat Rendah 51,1

Rendah 60,1

Sedang 70,1


(58)

3.5.2 Kriteria KeberhasilanPrestasi Belajar

Penelitian ini dikatakan berhasil, apabila persentase jumlah siswa yang memiliki nilai di atas KKM pada kondisi akhir lebih dari 70 %

Tabel 3.5. Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar

Peubah Indikator Kondisi Awal

Kondisi pada Akhir Siklus ( % )

I II

Prestasi belajar

Nilai rata-rata prestasi belajar

63 65 75

Persentase siswa yang memenuhi

KKM

50% 60% 70%

Dari data diatas, akan terjadi keberhasilan pengukuran jika soal-soal tersebut diolah dan terjadi peningkatan nilai dari siklus I dan II jika dibandingkan dengan kondisi awal siswa.Langkah-langkah menghitung skor setiap siswa yaitu nilai 1 jika jawaban benar dan nilai 0 jika jawaban salah. Menghitung nilai pada Siklus I dan II dengan rumus:

Skor yang diperoleh siswa

Nilai = X 100 Skor maksimal

Rumus Menentukan Banyaknya Siswa yang Memenuhi KKM.

Cara yang digunakan untuk menarik kesimpulan banyaknya siswa yang sudah memenuhi KKM dalam persen dari setiap siklus, dengan rumus:

Jumlah siswa yang memenuhi KKM

% KKM = X 100 Jumlah siswa seluruhnya


(59)

     

Rumus Menentukan Peningkatan Siswa yang Memenuhi KKM.

Cara yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan siswa yang memenuhi KKM dalam persen, dengan rumus:

Ket:

n : Besarnya peningkatan jumlah siswa yang memenuhi KKM

dalam persen

N1 : Jumlah siswa yang memenuhi KKM dalam persen pada siklus 1

N2 : Jumlah siswa yang memenuhi KKM dalam persen pada siklus 2


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar denganModel Pembelajaran Kooperatif Learning Teknik Jigsawpada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SD Negeri Kalikutuk Tahun Ajaran 2012/2013”dilaksanakan mulai pada tanggal 13 September sampai dengan 21 September 2012.

Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing dilaksanakan dalam empat tahapan, yaitu rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pengamatan, dan refleksi. Berikut penjelasan hasil penelitian dari setiap siklus:

4.1.1 Data awal

Pengambilan data awal dilakukan guna mengukur hambatan siswa dalam pelajaran.Pengukuran dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama mengenai motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS.Data awal disajikan dalam bentuk rata-rata kelas.Pengukuran dilakukan sebelum penelitian di SD. Pengukuran dilakukan oleh guru kelas setelah pembelajaran IPS selesai disampaikan.Pengukuran menggunakan lembar penilaiandan segera dihitung dengan prosedur penghitungan yang sesuai.Hari berikutnya hasil dikonsultasikan kepada guru kelas dan didapat skor rata-rata kelas sebesar 51,1.Rata-rata tersebut jika dilihat dalam tabel kriteria tingkatan motivasi menunjukkan motivasi


(61)

     

belajaryang sangatrendah.Berikut ini penulis menyajikan data awal motivasi belajar siswa:

Tabel 4.1. Motivasi Pra-Siklus

NO NAMA SKOR Pra-Siklus

1 Yuw 44

2 Wah 42

3 Ags 34

4 Lin 38

5 Sri 44

6 Mad 40

7 Gun 50

8 Nur 48

9 Ina 60

10 Ris 56

11 Ifu 60

12 Kus 54

13 Tri 44

14 Rin 40

15 Adi 42

16 Ade 58

17 Dan 46

18 Aza 68

19 Tia 74

20 Fio 80

JUMLAH 1022

RATA-RATA 51,1

Data di atas dapat disajikan dalam bentuk lain yaitu bentuk pie chart. Data pie chart 4.1 di bawah ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 15;75% yang tertera dalam pie chart artinya bahwa sebanyak 15 siswa atau 75% dari mendapat kriteria


(62)

tingkat motivasi sangat rendah. Skor tingkatan motivasi sangat rendah berkisar 59 ke bawah.Siswa kriteria motivasi rendah didapat sebanyak 3 siswa atau jika dipersentekan menjadi 15%.Skor tingkat rendah berkisar antara 60-69 sedangkan tingkat sedang berkisar antara 80-89. Kemudian Sebanyak 5% atau sebanyak 1 siswa memperoleh kriteria sedang. Hal serupa juga terjadi pada tingkat motivasi tinggi, sebanyak 5% atau 1 siswa saja yang memperoleh tingkat motivasi tinggi.Kriteria sangat tinggi belum nampak adanya siswa yang memperoleh skor melebihi dari 90-100.Banyaknya siswa yang masuk kedalam tingkat motivasi sangat rendah mengharuskan guru untuk lebih giat dalam menaikkan status kriteria. Data-data tersebut memacu peneliti untuk segera menanggani permasalahan yang ada dikelas..

Data awal yang kedua adalah data prestasi belajar siswa.Table data awal prestasi belajar dapat dilihat di bawah ini :

0; 0% 1; 5% 1; 5%

3; 15%

15; 75%

Pie Chart 4.1 Kriteria Tingkat Motivasi Pra-Siklus

sangat tinggi

tinggi sedang rendah


(63)

     

Tabel4.2.Prestasi Pra-Siklus

NO NAMA NILAI Pra-Siklus

1 Yuw 40

2 Wah 50

3 Ags 50

4 Lin 70

5 Sri 80

6 Mad 80

7 Gun 50

8 Nur 70

9 Ina 70

10 Ris 70

11 Ifu 70

12 Kus 70

13 Tri 80

14 Rin 70

15 Adi 50

16 Ade 50

17 Dan 50

18 Aza 50

19 Tia 50

20 Fio 50

JUMLAH 1220

RATA-RATA 61

Persentase siswa yang mencapai KKM 50%

Nilai maksimal diperoleh siswa dengan nilai 80 sedangkan nilai terendah yaitu 40.Rata kelas sesuai data tabel 4.2 sebesar 61.Siswa yang mempunyai nilai di bawah KKM sebanyak 10 siswa atau dipersentasekan menjadi 50%.Siswa di atas KKM dari 20 siswa yang mengikuti ulangan sebesar 10 siswa.Perolehan KKM dapat dilihat dalam pie chart 4.2 di bawah ini.


(64)

4.1.2 Siklus I

Pelaksanaan penelitian kelas siklus pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 13 Septemberdi kelasV dengan jumlah 20 siswa. Pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model Kooperatif Teknik Jigsaw. Penelitian akhir siklus I siswa mengerjakan soal evaluasi dan lembar skala untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan motivasi belajarnya setelah melakukan pembelajaran.

4.1.2.1 Perencanaan

Penelitian ini akan dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan siklus I. 4.1.2.2 Pelaksanaan

Penelitian siklus I didapat data bahwa terjadi peningkatan rata-rata sebesar 67,4yang semula 51,1 pada tabel kriteria tingkat motivasi menunjukkan motivasi rendah.

10; 50%

10; 50%

Pie Chart 4.2 KKM Pra-Siklus

Tuntas


(65)

     

Tabel 4.3 Motivasi Siklus1

NO NAMA SKOR SIKLUS I

1 Yuw 64

2 Wah 62

3 Ags 54

4 Lin 78

5 Sri 64

6 Mad 78

7 Gun 60

8 Nur 64

9 Ina 74

10 Ris 78

11 Ifu 62

12 Kus 54

13 Tri 64

14 Rin 72

15 Adi 68

16 Ade 64

17 Dan 72

18 Aza 78

19 Tia 74

20 Fio 64

JUMLAH 1348

RATA-RATA 67.4

Tabel 43 di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase siswa kriteria motivasi sangat rendah yang semula 75% menjadi hanya 10%. Hal ini berkebalikan dengan siswa yang pada data awal mencapai motivasi rendah sebesar 15%, pada siklus 1 meningkat menjadi 50%. Sedangakan siswa motivasi


(66)

sedang juga mengalami peningkatan sebesar 35% dari data semula yang hanya mencapai 5% saja.Selanjutnya siswa yang masuk motivasi tinggi dan sangat tinggi, tidak ada yang mampu mencapainya.Padahal pada data sebelumnya satu siswa mencapai motivasi tinggi.Peningkatan pengukuran ini sudah melampaui kondisi siklus1 yaitu pada kriteria motivasi rendah. Penelitian motivasi masih akan dilanjutkan mengingat masih ada 2 siswa yang mempunyai skor motivasi sangat rendah walaupun sudah melampau kondisi siklus1.

Penelitian prestasi belajar siklus 1 dapat dilihat dalam tabel 4.4 dimana hasil rata-rata kelas sebesar 71,25. Data siklus 1 mengalami peningkatan rata-rata-rata-rata sejumlah 10,25 jika dibandingkan dengan data awal pestasi belajar. Siswa yang mempunyai nilai tertinggi dicapai oleh 3 siswa yaitu dengan nilai 85.Nilai terendah adalah 60 dan lebih baik dari pada nilai terendah data awal yang mencapai nilai 40.

0, 0% 0, 0%

8, 40%

10, 50%

2, 10%

Pie Chart 4.3 Kriteria Tingkat Motivasi Siklus 1

sangat tinggi

tinggi sedang rendah


(67)

     

Tabel 4.4. Prestasi Siklus 1

NO NAMA NILAI Siklus 1

1 Yuw 60

2 Wah 60

3 Ags 60

4 Lin 75

5 Sri 85

6 Mad 85

7 Gun 60

8 Nur 70

9 Ina 75

10 Ris 70

11 Ifu 75

12 Kus 75

13 Tri 85

14 Rin 70

15 Adi 70

16 Ade 70

17 Dan 70

18 Aza 70

19 Tia 70

20 Fio 70

JUMLAH 1425

RATA-RATA 71,25

Presentase siswa yang mencapai KKM 80%

Nilai KKM menyusut 30% untuk siswa yang tidak tuntas artinya masih ada 4 siswa yang nilai ulangan di bawah 62.Siswa yang tuntas mengalami kenaikan sebesar 30% menjadi 80% untuk siklus 1.Hal ini terjadi karena sebanyak 6 siswa yang pada data awal nilai ulangan tidak memenuhi KKM dan setelah menggunakan model pembelajaran menjadi naik nilainya dan melebihi KKM.


(68)

Nilai KKM dapat diamati pada pai chart 4.4 dibawah ini. Penelitian prestasi juga akan dilanjutkan mengingat masih ada 4 siswa yang mempunyai nilai di bawah KKM walaupun jika dilihat dari rata-rata kelas sudah melebihi target awal. Penelitian selanjutnya berpedoman agar semua siswa mampu melampau KKM dengan menggunakan model kooperatif teknik jigsaw dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.

4.1.2.3 Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan bantuan guru kelas dan kepala sekolah. Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya pembelajaran. Adapun tugas guru pengamat adalah mengamati berlangsungnya pembelajaran dari kegiatan awal, kegiatan intidan penutup yang menghasilkan data mengenai guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana (RPP) atau sebaliknya.

Pada siklus I ini siswa bekerja dalam kelompok. Selama kegiatan berlangsung ada siswa yang tidak mau bekerja dalam kelompoknya karena tidak

4; 20%

16; 80%

Pie Chart 4.4 KKM Siklus 1

tidak tuntas


(69)

     

satu kelompok dengan teman akrabnya sehingga mengganggu proses pembentukan kelompok. Kelompok belajar diatur oleh guru yang sebelumnya peneliti sudah bertanya tentang anak-anak yang pembelajarannya menonjol atau tidak.Data persebut digunakan agar tercipta kelompok yang seimbang dan bukan kemauan siswa.Sebagian besar siswa antusias mengikuti pembelajaran ini, karena siswa dilibatkan dalam pembelajaran.Hal ini terbukti dengan adanya siswa yang mendengarkan penjelasan dari guru, bertanya ketika belum jelas dan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

4.1.2.4 Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan saat pembelajaran berlangsungterdapat siswa yang tidak mau bekerja dalam kelompok. Guru menegurnya dan mengarahkannya untuk bekerja dalam kelompok. Adapun siswa yangbercanda dengan teman sendiri tiap kali selesai mengerjakan satu perintah. Siswa lain segera memberitahu kesalahannya setelah guru memberi tahu teman satu kelompoknya. Siswa merasa kesulitan dan binggung mengenai tugas-tugas antara kelompok jigsaw dan kelompok asal karena bangku antara kelompok asal dan kelompok ahli menempati bangku yang sama. Yang membedakan hanyalah orang di dalam kelompoknya saja. Guru melakukan wawancara dengan tiap kelompok mengenai hasil pembelajaran hari ini. Setiap kelompok menguraikan hal-hal yang sama yaitu bahwa anak-anak merasa senang dengan adanya pembelajaran IPS dengan model yang tidak membosankan. Model ini mengharuskan siswa untuk bertanggung jawab atas keberhasilan teman yang lain


(70)

dalam proses pembelajaan. Di setiap presentasi kelompok, setiap siswa membantu temannya yang sedang diberi pertanyaan oleh kelompok lain. Siswa yang sudah menjelaskan tidak boeh menjelaskan lagi. Hal ini dimaksudkan agar setiap siswa dapat belajar berbicara didepan orang dan belajar mengungkapkan pendapatnya,teman satu kelompok hanya boleh membantu.

4.1.3 Siklus II

Pelaksanaan penelitian kelas siklus kedua dilaksanakan pada hari Jumat21 September 2012di kelasV dengan jumlah 20 siswa. Pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw. Pada akhir siklus IIsiswa mengerjakan soal evaluasi dan lembarskala.

4.1.3.1 Perencanaan

Penelitian siklus II berpedoman pada rencana tindakan siklus II.

4.1.3.2 Pelaksanaan

Penelitian siklus II mengenai motivasi belajar siswa terjadi peningkatan dari 67,4% menjadi 78,7%. Rata-rata kelas yang telah dicapai menunjukkan tingkat motivasi sedangpada kondisi siklus II yang direncanakan.Sembilan siswa memiliki nilai di atas 70, hal ini meningkat dari data sebelumnya.Nilai motivasi tertinggi adalah 90 sedangkan nilai terendah adalah 72.Nilai tertinggi dicapai siswa sebanyak 2 orang dan nilai terendah dicapai siswa sebanyak 1 orang. Keterangan di atas dapat dilihat pada table 4.5 sebagai berikut:


(71)

     

NO NAMA

SKOR SIKLUS 2

1 Yuw 78

2 Wah 78

3 Ags 72

4 Lin 78

5 Sri 78

6 Mad 80

7 Gun 78

8 Nur 74

9 Ina 78

10 Ris 78

11 Ifu 78

12 Kus 90

13 Tri 80

14 Rin 78

15 Adi 78

16 Ade 78

17 Dan 74

18 Aza 90

19 Tia 78

20 Fio 78

JUMLAH 1574

RATA-RATA 78,7

Pencapaian kriteria motivasi siklus 2 sesuai dengan target.Sebanyak 80% siswa mencapai tingkat motivasi sedang sedangkan 20% sisanya dicapai pada motivasi tingkat tinggi dan sangat tinggi.Tingkat motivasi rendah dan sangat rendah tidak menampakkan hasil atau tidak ada satupun siswa yang mencapai motivasi ini.Keterangan di atas dapat digambarkan pada pai chart di bawah ini:


(72)

Penelitian siklus yang ke-2 selanjutnya adalah prestasi belajar. Data hasil penelitian prestasibelajar siswa sebesar 79,75. Nilai rata-rata ini melampau kondisi siklus 2 yang hanya ditargetkan sebesar 75.Nilai tertinggi dicapai siswa no urut 12 yaitu dengan nilai 95.Nilai terendah dicapai oleh siswa sebanyak 5 orang yaitu dengan nilai 70.Nilai tertinggi jauh lebih baik daripada nilai tertinggi pada data siklus 1 yang hanya 80.Sedangkan nilai terendah mengalami kenaikan dari data sebelumnya.Nilai KKM pada mata pelajaran sejarah yaitu 63.Pada data siklus 2, nilai KKM yang berhasil dicapai yaitu sebanyak 20 siswa siswa tuntas belajar.Keadaan ini menandai bahwa prestasi belajar siswa kompetensi dasar peninggalan sejarah dapat dilampaui.Di bawah ini disajikan nilai rata-rata dalam tabel4.6 dan KKM dalam pai chart 4.6:

2; 10%

2; 10%

16; 80%

0; 0% 0; 0%

Pie Chart 4.5 Kriteria Tingkat Motivasi Siklus 2

sangat tinggi

tinggi sedang rendah


(73)

     

Tabel 4.6. Prestasi Siklus 2

NO NAMA

NILAI SIKLUS 2

1 Yuw 70

2 Wah 70

3 Ags 70

4 Lin 80

5 Sri 75

6 Mad 90

7 Gun 70

8 Nur 85

9 Ina 80

10 Ris 80

11 Ifu 80

12 Kus 95

13 Tri 85

14 Rin 80

15 Adi 80

16 Ade 70

17 Dan 85

18 Aza 90

19 Tia 85

20 Fio 75

JUMLAH 1595

RATA-RATA 79,75


(1)

rxy =

NΣxy-(Σx)(Σy)

√{NΣx²(Σx)²} {NΣy²-(Σy)²}

rxy =

20 (282) - (15) (360)

√{20(15) - (225)}{20(6578) - (129.600)} rxy =

5640 - 5400 √{75} {1960}

rxy =

240 √147.000

rxy =

240 383,41

rxy = 0,626 

rxy = 0,63 

KESIMPULAN :

R TABEL 1% = 0,561 untuk N =20.

Maka Rxy=0,626 dan > 0,561 maka Rxy adalah valid

2. Uji Reliabilitas (dengan menggunakan Kuder Richardson/KR 20)

x)²}

x²(

.

1

Σ

Σ

=

x

n

n

S

=

30

.

6578(360)²

}

30

1

x

 

 

30

197340

-

129600

1

x

=

 

 

30

67740

1

x

=

 

 

30

260,27

1

x

=


(2)

68

,

8

=

 

 

S

²

=

75

,

34

       

   

r

π

)

²

)(

1

(

st

pq

st

n

n

Σ

=

 

  75,34 )

6 , 6 34 , 75 )( 1 30 30 ( − − =    

29

)(

0

,

24

)

30

(

=

   

=

0

,

94

 

Kriteria reliabilitas soal adalah :

Koefisien reliabilitas Kualifikasi

0,91 – 1,00 Sangat tinggi

0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 0,70 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

negatif – 0,20 Sangat rendah

KESIMPULAN

Sesuai dengan penghitungan dan kriteria reliabilitas soal, reliabilitas soal latihan


(3)

FOTO SIKLUS I

KELOMPOK ASAL KELOMPOK AHLI JIGSAW

Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok Guru menerangkan tentang materi


(4)

FOTO SIKLUS II

KELOMPOK ASAL KELOMPOK AHLI JIGSAW

Siswa menjawab pertanyaan Guru Mengerjakan evaluasi siklus II

Guru menerangkan kembali materi Siswa yang memperoleh nilai tertinggi


(5)

BIODATA PENULIS

Nama :

Kristina

Rika

Damayanti

NIM :

091134176

TTL

: Kulon Progo, 26 Mei 1987

Email :

rikadamayanti44@yahoo.com

Alamat

: Demen rt.61 rw. 18, Wijimulyo, Nanggulan Kulon

progo, Yogyakarta 55671

No.telp :

085743916994


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS SMP islam YKS Depok

0 21 78

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsaw siswa kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi

0 3 122

Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (studi Penelitian pada anak Yatim di SMP YPMS Kedaung)

0 12 77

Hubungan persepsi siswa terhadap disiplin guru dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam

6 30 101

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode advokasi di MTs Yaspina Rempoa Tangerang Selatan

0 9 243

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta: studi penelitian pada siswa kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta.

5 21 92

Peningkatan motivasi belajar siswa melalui media audio visual pada mata pelajaran PKN siswa kelas II MI Al-Husna Ciledug Tahun pelajaran 2013/2014

3 12 126

Korelasi antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran al-qur’an hadits di Madrasah Tsanawiyah Ta’lim Al-Mubtadi Cipondoh

2 7 91

Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVA SD Negeri 1 Metro Barat menggunakan media audio visual tahun pelajaran 2012/2013.

0 5 42