Peran dan Prospek Penegakan Arbitrase di Indonesia

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa arbitrase merupakan salah satu cara penyelesaian sengketa perbankan di luar peradilan yang efektif untuk di pilih dan digunakan karena memiliki keuntungan-keuntungan yang dapat menyelamatkan pihak-pihak yang bersengketa dari kesulitan-kesulitan penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Dibandingkan dengan alternatif penyelesaian sengketa lainnya, arbitrase merupakan cara penyelesaian sengketa diluar pengadilan yang mirip dengan lembaga pengadilan. Karena jika ditinjau dari prosedur, kekuatan putusan, dan keterikatan atas hukum nya, arbitrase sangat mirip dengan pengadilan, hanya saja pelaksanaannya lebih ringkas, hemat biaya serta tertutup dari umum sehingga arbitrase banyak dipilih oleh pihak-pihak yang tersangkut kasus perbankan sebagai metode penyelesaian sengketanya.

C. Peran dan Prospek Penegakan Arbitrase di Indonesia

Peran arbitrase dalam penyelesaian sengketa di Indonesia pada saat ini menjadi sangat penting. Hal ini dilihat dari banyaknya sengketa yang penyelesaiannya di pilih melalui jalan arbitrase. Hal ini dilakukan karena arbitrase memberikan keuntungan sendiri dari pada melalui badan pengadilan. Berbeda dengan arbitrase pada abad pertengahan, dewasa ini peranan arbitrase tidak hanya memberikan atau menawarkan jasa penyelesaian sengketa kepada para pengusaha industri atau perdagangan, arbitrase juga menyelesaikan sengketa hukum, masalah-masalah yang berada di luar yurisdiksi pengadilan tidak siap untuk menyelesaikan sesuatu sengketa. Arbitrase tidak saja diminta untuk menafsirkan suatu kontraknya telah dilaksanakana, atau apa yang menjadi konsekuensi suatu pelanggaran, tetapi arbitrase juga diminta untuk Universitas Sumatera Utara menyempurnakan suatu perjanjian yang tidak lengkap atau hal-hal lainnya yang telah disebutkan oleh para pihak. 80 Badan arbitrase sekarang ini menjadi cara penyelesaian sengketa bisnis yang paling disukai, alasan-alasan para pengusaha menyukai badan ini dari pada pengadilan nasional bermacam-macam yakni, umumnya pengadilan nasional kurang mendapat kepercayaan dari masyarakat pengusaha bisnis internasional. Pengadilan nasional kurang mendapat kepercayaan identik dengan sistem ekonomi, hukum, dan politik dari negara-negara tempat pengadilan nasional tersebut berada yang berbeda dengan sistem para pengusaha bisnis dan sesuai kebutuhankeinginan mereka. 81 Memperhatikan gerak dinamis perkembangan dunia bisnis Indonesia yaitu meyangkut dunia perdagangan, keuangan dan industri pada akhir-akhir ini telah menimbulkan liberalisasi ekonomi, industri dan lain-lain sesuai dengan prinsip dunia usaha yang cepat namun efesien untuk mendapatkan yang sebanyak- banyaknya. Berdirinya lembaga arbitrase sangat diharapkan khususnya dunia perdagangan yang menginginkan agar sengketa-sengketa yang terjadi dapat diselesaikan dengan cepat dan murah yang juga dapat menjaga nama baik dan kepentingan-kepentingan para pihak yang bersengketa untuk mendapatkan keputusan-keputusan yang dilandasi oleh pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang memuaskan semua pihak. Oleh karena itu umumnya pada perjanjian disebutkan klausula Arbitrase yang mengatur bahwa dalam hal terjadinya perselisihan masalah itu akan diselesaikan melalui Arbitrase. 80 Ibnu Affan, Op.Cit. hlm.33 81 Ibid. hlm.37 Universitas Sumatera Utara Dari uraian di atas, jelas sekali terlihat bahwa peran arbitrase menjadi sangat penting sebagai metode penyelesaian sengketa yang memberikan banyak keuntungan kepada para pihak yang bersengketa. Disisi lain, prospek pelaksanaan arbitrase berpeluang sangat besar, mengingat kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh arbitrase, menjadikan arbitrase itu sendiri sebagai pilihan penyelesaian sengketa yang akan berkembang dengan sangat cepat dan pesat. Universitas Sumatera Utara BAB IV EFEKTIFITAS PENERAPAN ARBITRASE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN MELALUI BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA 1. Prinsip dan Prosedur Pelaksanaan Arbitrase yang Dilakukan Oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Pada prinsipnya undang-undang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk menentukan sendiri acara dan proses arbitrase yang akan digunakan dalam pemeriksaan sengketa. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, bahwa para pihak bebas untuk menentukan acara arbitrase yang akan digunakan dalam pemeriksaan sengketa. Pilihan acara dan proses pemeriksaan tersebut harus dinyatakan secara “tegas” dan “tertulis” dalam suatu perjanjian arbitrase, dengan syarat sepanjang hal tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999. 82 Jika suatu penyelesaian sengketa dilakukan melalui suatu lembaga arbitrase baik nasional maupun internasional berdasarkan kesepakatan para pihak, maka proses penyelesaian sengketanya akan dilakukan menurut peraturan dan acara dari lembaga arbitrase yang dipilih olrh para pihak, kecuali oleh para pihak ditetapkan lain. Hal ini berarti, para pihak diberikan kebebasan oleh undang-undang untuk memilih peraturan dan acara yang akan digunakan dalam penyelesaian sengketa 82 Rachmadi Usman, Op.Cit. hlm.53 Universitas Sumatera Utara yang terjadi tanpa harus menggunakan peraturan dan acara dari lembaga arbitrase yang telah mereka pilih tersebut. “Jika suatu pihak telah memilih BANI sebagai lembaga yang akan memeriksa dan memutus penyelesaian sengketanya, maka pihak tersebut harus mengikuti ketentuan dan tata cara yang telah diatur oleh BANI.” 83 1. Het Herziene Indonesich Reglement Staatsblad 1941 Nomor 44 Reglemen Indonesia yang Diperbarui, yang memuat pula ketentuan- ketentuan hukum acara perdata yang berlaku di wilayah Jawa dan Madura. Dalam hal tertentu, pemeriksaan sengketa melalui arbitrase juga masih menggunakan ketentuan dalam hukum acara perdata yang berlaku, kecuali diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tersebut. Sebagai comtoh Pasal 37 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 menentukan, pemeriksaan saksi dan saksi ahli di hadapan arbiter atau majelis arbitrase diselenggarakan menurut ketentuan dalam hukum acara perdata. Hukm acara perdata adalah hukum yang mengatur tata cara berperkara di muka pengadilan perdata. Sumbernya ada dalam berbagai peraturan perundang- undangan kolonial maupun nasional. Diantara peraturan perundang-undangan tersebut, yang menjadi sumber hukum acara perdata kita yang berlaku saat ini, sebagai berikut : 2. Rechtsreglement voor de Buitengewesten Staatsblad 1927 Nomor 227, yang memuat pula ketentuan-ketentuan hukum acara perdata yang berlaku untuk wilayah luar Jawa dan Madura. 83 Hasil wawancara dengan Bapak Azwir Agus, SH, M.Hum selaku Sekretaris BANI Kota Medan di Kantor Perwakilan BANI Kota Medan pada tanggal 5 Maret 2014 Universitas Sumatera Utara 3. Reglement op de Rechtsvordering Staatsblad 1847 Nomor 52 Reglemen Acara Perdata, yang berisikan hukum acara perdata bagi golongan penduduk Eropa yang berperkara di Raad van Justitie. 4. Burgerlijk Wetboek Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bagi penduduk Eropa dan mereka yang tunduk padanya, yang memuat pula ketentuan-ketentuan hukum acara perdata khususnya mengenai pembuktian dan kadaluwarsa sebagaimana tersebut dalam Buku IV. 84 Bapak Azwir Agus selaku Sekretaris BANI Kota Medan mengatakan bahwa, “dasar atau sumber hukum yang digunakan dalam pelaksanaan arbitrase yang dilakukan oleh BANI itu pertama karena ada perjanjian arbitrase, kedua karena adanya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, juga karena ada Rule and Procedure dari BANI sendiri. Yang membedakan arbitrase dari jenis penyelesaian sengketa lainnya yaitu karena arbitrase mengeluarkan putusan yang final dan mengikat yang tidak dimiliki oleh metode penyelesaian sengketa alternatif lainnya” 85 Telah ada sebutan standar yang sudah diinternasionalisasi, baik dalam literatur dan berbagai rule. Dalam berbagai konvensi sebutan tersebut sudah baku. Disitu dijelaskan sebutan para pihak adalah “claimant” dan “respondent”. Claimant adalah pihak yang mengambil inisiatif mengajukan tuntutan kepada arbitrase. Sedang respondent adalah pihak yang ditarik atau dijadikan tergugat oleh pihak 84 Rachmadi Usman, Op.Cit. hlm.54-55 85 Hasil wawancara dengan Bapak Azwir Agus selaku Sekretaris BANI Kota Medan pada tanggal 5 Maret 2014 Universitas Sumatera Utara yang menggugat dalam suatu proses pemeriksaan yang sah oleh badan yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan dan memutus suatu persengketaan. 86 Dalam permohonan arbitrase Pemohon dan dalam jawaban Termohon atas permohonan tersebut Termohon dapat menunjuk seorang Arbiter atau menyerahkan penunjukan tersebut kepada Ketua Badan Arbitrase Nasional Indonesia. Permohonan arbitrase yang diajukan harus disertai pembayaran biaya pendaftaran dan biaya administrasi sesuai ketentuan yang telah ditentukan oleh BANI. Biaya administrasi meliputi biaya administrasi sekretariat, biaya pemeriksaan perkara dan biaya arbiter serta biaya sekretaris majelis. Jika ada pihak ketiga diluar perjanjian arbitrase turut serta dan menggabungkan diri dalam proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase seperti yang dimaksud oleh Pasal 30 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, maka pihak ketiga tersebut wajib membayar biaya administrasi dan biaya-biaya lainnya sehubungan dengan Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, istilah yang digunakan adalah “pemohon’ untuk sebutan istilah “claimant” dan “termohon” untuk sebutan istilah “respondent”. Pemohon adalah pihak yang mengajukan permohonan penyelesaian sengketa melalui arbitrase, sedang termohon adalah pihak lawan dari pemohon dalam penyelesaian sengketa melalui arbitrase. Ketentuan proses atau prosedur pelaksanaan arbitrase yang dilakukan oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia dimulai dengan adanya pendaftaran dan penyampaian permohonan arbitrase oleh pihak yang memulai proses arbitrase pemohon pada Sekretariat Badan Arbitrase Nasional Indonesia. 86 M. Yahya Harahap, Op.Cit. hlm.183-184 Universitas Sumatera Utara keikutsertaannya tersebut. Jika biaya administrasi tidak dilunasi oleh para pihak sesuai ketentuan BANI, maka pemeriksaan perkara arbitrase tidak akan dimulai. Setelah menerima permohonan arbitrase dan dokumen-dokumen serta biaya pendaftaran yang disyaratkan, Sekretariat harus mendaftarkan permohonan itu dalam register BANI. Kemudian Dewan Pengurus BANI akan memeriksa permohonan tersebut untuk menetukan apakah perjanjian arbitrase atau klausul arbitrase dalam kontrak telah cukup memberikan dasar kewenangan bagi BANI untuk memeriksa sengketa tersebut. Lalu apabila Dewan Pengurus BANI menentukan bahwa BANI berwenang memeriksa, maka setelah pendaftaran Permohonan tersebut, seorang atau lebih Sekretaris Majelos harus ditunjuk untuk membantu pekerjaan administrasi perkara arbitrase tersebut. Sekretariat harus menyampaikan satu salinan Permohonan Arbitrase dan dokumen-dokumen lampirannya kepada Termohon, dan meminta Termohon untuk menyampaikan tanggapan tertulis dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari. Dalam waktu 30 tiga puluh hari tersebut, setelah menerima penyampaian Permohonan Arbitrase, Termohon wajib menyampaikan Jawaban. Dalam Jawaban itu, Termohon dapat menunjuk seorang Arbiter atau menyerahkan penunjukan itu kepada Ketua BANI. Apabila dalam Jawaban tersebut Termohon tidak menunjuk seorang Arbiter, maka dianggap bahwa penunjukan mutlak telah diserahkan kepada Ketua BANI. Ketua BANI berwenang atas permohonan Termohon, memperpanjang waktu pengajuan Jawaban dan atau penunjukan arbiter oleh Termohon dengan alasan- Universitas Sumatera Utara alasan yang sah, dengan ketentuan-ketentuan bahwa perpanjangan waktu tersebut tidak boleh melebihi 14 empat belas hari. Setelah terbentuk atau ditunjuk berdasarkan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan oleh BANI, Arbiter atau Majelis Arbitrase akan memeriksa dan memutus sengketa antara para pihak atas nama BANi dan karenanya dapat melaksanakan segala kewenangan yang dimiliki BANI sehubungan dengan pemeriksaan dan pengambilan keputusan-keputusan atas sengketa dimaksud. Sebelum dan selama masa persidangan Majelis dapat mengusahakan adanya perdamaian di antara para pihak. Upaya perdamaian tersebut tidak memperngaruhi batas waktu pemeriksaan di persidangan yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat 7 yakni 180 seratus delapan puluh hari sejak tanggal Majelis selengkapnya terbentuk. Seluruh persidangan dilakukan tertutup untuk umum, dan segala hal yang berkaitan dengan penunjukan arbiter, termasuk dokumen-dokumen, laporancatatan sidang-sidang, keterangan-keterangan saksi dan putusan-putusan, harus di jaga kerahasiaannya di antara para pihak, para arbiter dan BANI, kecusli oleh peraturan perundang-undangan hal tersebut tidak diperlukan atau disetujui oleh semua pihak yang bersengketa. Mengenai tempat persidangan, diselenggarakan di tempat yang ditetapkan oleh BANI dan kesepakatan para pihak, namun dapat pula di tempat lain jika dianggap perlu oleh Majelis dengan kesepakatan para pihak. Kemudian mengenai bahasa pemeriksaan, proses pemeriksaan perkara diselenggarakan dalam bahasa Indonesia, kecuali dan apabila Majelis, dengan Universitas Sumatera Utara menimbang keadaan seperti adanya pihak-pihak asing danatau arbiter-arbiter asing yang tidak dapat berbahasa Indonesia, danatau dimana transaksi yang menimbulkan sengketa dilaksanakan dalam bahasa lain, menganggap perlu digunakannya bahasa Inggris atau bahasa lainnya. Lalu apabila dokumen asli yang diajukan atau dijadikan dasar oleh para pihak dalam pengajuan kasus yang bersangkutan dalam bahasa selain Indonesia, maka Majelis berhak menentukan dokumen-dokumen asli tersebut apakah harus disertai terjemahan dalam bahasa Indonesia, atau dari bahasa Indonesia ke bahasa lain. Namun demikian, apabila para pihak setuju, atau Majelis menentukan, bahwa bahasa yang digunakan dalam perkara adalah bahasa selain bahasa Indonesia, maka Majelis dapat meminta agar dokumen diajukan dalam bahasa Indonesia dengan disertai terjemahan dari penerjemah tersumpah dalam bahasa Inggris atau bahasa lain yang digunakan. Mengenai prosedur persidangan, setelah menerima berkas perkara, Majelis harus menentukan atas pertimbangan sendiri apakah sengketa dapat diputuskan berdasarkan dokumen-dokumen saja, atau perlu memanggil para pihak untuk datang pada persidangan. Untuk maksud tersebut Majelis dapat memanggil untuk sidang pertama dimana mengenai pengajuan dokumen-dokumen jika ada atau mengenai persidangan jika diadakan, ataupun mengenai masalah-masalah prosedural, dapat dikomunikasikan dengan para pihak secara langsung maupun melalui Sekretariat BANI. Selanjutnya hal pertama yang dilakukan adalah upaya mencari penyelesaian damai, baik atas upaya para pihak sendiri atau dengan bantuan mediator atau Universitas Sumatera Utara pihak ketiga lainnya yang independen atau dengan bantuan Majelis jika disepakati oleh para pihak. Apabila suatu penyelesaian damai dapat dicapai, Majelis akan menyiapkan suatu memorandum mengenai persetujuan damai tersebut secara tertulis yang memiliki kekuatan hukum dan mengikat kedua belah pihak serta dapat dilakukan dengan cara yang sama sebagai suatu Putusan dari Majelis. Namun apabila tidak berhasil dicapai penyelesaian damai, Majelis akan melanjutkan prosedur arbitrase sesuai ketentuan yang berlaku. Dalam hal Pemohon lalai danatau tidak datang pada sidang pertama yang diselenggarakan oleh Majelis tanpa suatu alasan yang sah, maka Majelis dapat menyatakan Permohonan arbitrase dibatalkan. Dalam hal lain mengenai Termohon lalai mengajukan Surat Jawaban, Majelis harus menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Termohon dan dapat memberikan perpanjangan waktu selambat-lambatnya 14 empat belas hari untuk mengajukan Jawaban danatau datang ke persidangan. Dalam hal Termohon juga tidak datang ke persidangan setelah dipanggil secara patut dan juga tidak mengajukan Jawaban tertulis, Majelis harus memberitahukan untuk kedua kalinya tanpa alasan yang sah, Majelis serta-merta dapat memutuskan dan mengeluarkan putusan berdasarkan dokumen-dokumen dan bukti yang telah diajukan Pemohon. Sama hal nya dengan penjalanan acara di pengadilan, apabila Majelis menganggap perlu danatau atas permintaan masing-masing pihak, saksi-saksi ahli atau saksi-saksi yang berkaitan dengan fakta-fakta dapat dipanggil. Saksi-saksi tersebut oleh Majelis dapat diminta untuk memberikan kesaksian mereka dalam Universitas Sumatera Utara bentuk tertulis. Sebelum memberikan kesaksian, para saksi atau saksi ahli tersebut dapat diminta untuk diambil sumpahnya atau mengucapkan janji. Jika pengajuan bukti, kesaksian dan persidangan telah dianggap cukup oleh Majelis, maka persidangan mengenai sengketa tersebut ditutup oleh Ketua Majelis yang kemudian dapat menetapkan suatu sidang untuk penyampaian Putusan Akhir. Azwir Agus, SH, M.Hum selaku Sekretaris BANI Kota Medan menjelaskan bahwa sepanjang Majelis arbiter belum mengeluarkan putusan, Pemohon dapat mencabut tuntutannya melalui pemberitahuan tertulis kepada Majelis, pihak lain yang bersengketa, dan BANI. 87 Dalam pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 disebutkan bahwa, terhadap putusan arbitrase para pihak dapat mengajukan permohonan pembatalan apabila putusan tersebut diduga mengandung unsur-unsur sebagai berikut : Majelis wajib menetapkan Putusan Akhir dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak ditutupnya persidangan, kecuali Majelis mempertimbangkan bahwa jangka waktu tersebut perlu diperpanjang secukupnya. Putusan harus ditandantangani para arbiter dan harus memuat tanggal dan tempat dikeluarkannya. Dalam waktu 14 empat belas hari, Putusan yang telah ditandatangani para arbiter tersebut harus disampaikan kepada setiap pihak, bersama 2 dua lembar salinan untuk BANI, dimana salah satu dari salinan itu akan didaftarkan oleh BANI di Pengadilan Negeri sebagai kekuatan eksekusi. 87 Hasil wawancara dengan Sekretaris BANI Kota Medan Bapak Azwir Agus, SH, M.Hum pada tanggal 5 Maret 2014 Universitas Sumatera Utara a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu. b. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan, atau c. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa. Dalam pasal 71 juga disebutkan bahwa, permohonan pembatalan putusan arbitrase harus diajukan secara tertulis dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari terhitung sejak hari penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase kepada Panitera Pengadilan Negeri. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, secara singkat pelaksanaan arbitrase pada masa persidangan yang dilakukan oleh BANI yang dijelaskan oleh bapak Azwir Agus dapat di lihat dalam bagan sebagai berikut : Komitmen para pihak Bila Pemohon tidak hadir Tuntutan Gugur Bila Termohon tidak hadir 1x : Panggilan Ulang 2x : Pemeriksaan dilanjutkan Terms of Reference  Replik – Duplik Universitas Sumatera Utara Pembuktian  Pemeriksaan Saksi Kesimpulan Pembacaan Putusan

2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Arbitrase yang Dilakukan Oleh Badan Arbitrase Kota Medan

Banyaknya penjelasan yang menyatakan bahwa penyelesaian sengketa melalui jalan arbitrase sangat menguntungkan, memang benar adanya. Sejauh yang dilakukan oleh BANI, tidak terdapat faktor-faktor yang menghambat pelaksanan arbitrase itu sendiri. Tidak adanya faktor penghambat tersebut ditunjang oleh sarana dan kekuatan mengikat yang dimiliki oleh BANI. Hal ini dapat dilihat dari : 1. Segi biaya, pembayaran biaya administrasi diselesaikan di awal, sehingga jalannya arbitrase tetap lancar tanpa adanya tunggakan biaya. 2. Segi arbiter atau majelis arbiter, BANI memiliki arbiter-arbiter yang ahli pada bidangnya sehingga dalam menyelesaikan sengketa tidaklah terdapat kesulitan yang berarti. Integritas dan profesionalisme para arbiter tidak diragukan lagi. Jika pun dalam satu atau dua sengketa terhadap hal tertentu terjadi kekurangan arbiter yang ahli pada bidangnya, tetap dapat dicari seseorang yang ahli mengenai hal tersebut di luar BANI tapi tetap bekerja untuk menyelesaikan sengketa yang didaftarkan ke BANI tersebut. Universitas Sumatera Utara 3. Segi itikad baik para pihak, para pihak yang bersengketa senang memilih penyelesaian sengketa dengan cara arbitrase karena melalui pengadilan terlalu banyak terjadi ketidakpastian hukum, biaya yang tidak sedikit, dan berakhirnya hubungan secara tidak baik. Dalam bidang perbankan, bank merupakan badan yang berdiri karena adanya kepercayaan dari masyarakat, untuk menjaga kepercayaan tersebut pihak bank yang memiliki sengketa pasti akan menyimpan sengketanya tersebut dengan sangat rapat agar tidak diketahui oleh masyarakat agar kepercayaan yang telah diberikan masyarakat tidak berkurang ataupun hilang. Penyelesaian sengketa pun dipilih melalui arbitrase yang bersifat rahasia. Hal ini malah makin mendorong terlaksananya dengan baik proses arbitrase. 4. Kepatuhan para pihak untuk tunduk pada putusan arbitrase dan melaksanakannya dengan benar. Sejauh yang telah diamati oleh BANI, para pihak yang bersengketa sangat patuh untuk menjalankan putusan yang dikeluarkan BANI, oleh sebab itu tidak ada kendala ataupun hambatan yang berarti dari segi pelaksanaan putusan. 5. Sikap pengadilan terhadap pelaksanaan putusan BANI juga tidak terjadi kontra. Pengadilan selalu mengesahkan putusan yang dibuat oleh BANI untuk kekuatan eksekusi. Kutipan wawancara dengan bapak Azwir Agus mengenai faktor yang menghambat pelaksanaan arbitrase adalah sebagai berikut : “Sejauh ini pelaksanaan arbitrase dalam penyelesaian sengketa perdata maupun sengketa perbankan berjalan dengan lancar. Tidak ada hal-hal yang menghambat Universitas Sumatera Utara pelaksanaannya baik dari segi mekanisme pelaksanaan, arbiter, pihak sengketa, ataupun lain sebagainya. Bisa dikatakan kalau selama ini perjalanan yang kami lakukan mulus saja.” 88 88 Hasil wawancara dengan Sekretaris BANI Kota Medan Bapak Azwir Agus pada tanggal 10 Maret 2014 Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara penulis dengan narasumber di atas dapat dilihat bahwa penyelesaian sengketa perbankan melalui metode arbitrase yang dilakukan oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia tidak memiliki kendala atau hambatan di dalam pelaksanaannya. Hal tersebut di dukung oleh sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BANI dan kepatuhan para pihak sengketa terhadap putusan yang bersifat final dan mengikat yang dikeluarkan oleh BANI. Namun sedikit yang menjadi kelemahan adalah kurangnya informasi dan sosialisasi mengenai lembaga arbitrase di dalam masyarakat, sehingga masih ada segolongan masyarakat yang belum mengenal arbitrase sebagai suatu cara penyelesaian sengketa, serta belum adanya lembaga arbitrase perbankan umum yang secara khusus menangani sengketa perbankan agar sengketa perbankan dapat diselesaikan secara khusus tanpa bercampur dengan sengketa lainnya. 3. Keberhasilan dan Kegagalan Arbitrase dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan yang Dilakukan Oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia Efektifitas pelaksanaan arbitrase di Badan Arbitrase Nasional Indonesia pada dasarnya adalah tergantung dari para pihak yang mencantumkan klausul mengenai penyelesaian sengketa yang akan dilakukan dan didaftarkan di BANI. Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan arbitrase yang dilakukan oleh BANI secara umum diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 dan secara khusus diatur dalam Rules and Procedures BANI. Berbicara tentang keberhasilan dan kegagalan arbitrase yang dilakukan oleh BANI dalam penyelesaian sengketa perbankan, selama kisaran tahun 2004- 2008 sengketa perbankankeuangan yang masuk adalah sebesar 6 dan kesemuanya adalah berhasil. “Tidak ada kata gagal dalam pelaksanaan arbitrase yang kami lakukan, karena sesuai jangka waktu yang ditegaskan dalam undang-undang, suatu sengketa haruslah diselesaikan dalam jangka waktu 180 hari ataupun dapat diminta penambahannya bila masih belum menemukan penyelesaiannya. Jadi mau tidak mau penyelesaiannya pasti berhasil, tidak ada kegagalan. Yang ada hanyalah pembatalan putusan bukan kegagalan. Namun persentase yang tersebut diatas adalah sengketa perbankan yang masuk dan diselesaikan oleh BANI Pusat” 89 Berdasarkan hasil studi penulis di Badan Arbitrase Indonesia Kota Medan pada tanggal 10 Maret 2014, dapat diketahui bahwa penyelesaian perkara Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa tidak terdapat kata kegagalan dalam pelaksanaan arbitrase yang dilakukan oleh BANI. Karena hasil putusan adalah selalu berhasil. Namun terhadap hasil putusan tersebut dapat dilakukan pembatalan. Pembatalan terhadap putusan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 30 tiga puluh hari terhitung sejak hari penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase kepada Panitera Pengadilan Negeri. 89 Hasil wawancara dengan Sekretaris BANI Kota Medan Bapak Azwir Agus pada tanggal 10 Maret 2014 Universitas Sumatera Utara sengketa perbankan yang dilakukan oleh BANI adalah efektif. Hal ini dapat dilihat dari persentase sengketa perbankan yang masuk dan dapat diselesaikan oleh BANI secara adil. Namun perlu diketahui bahwa hal tersebut adalah kinerja dari BANI Pusat, dimana sengketa perbankan yang masuk di periksa dan diputus oleh BANI Pusat. Bapak Azwir Agus selaku Sekretaris BANI Kota Medan mengatakan bahwa, “selama ini tidak ada sengketa perbankan yang masuk ke BANI perwakilan Medan, karena sengketa perbankan dimasukkan dan diselesaikan di BANI Pusat. Namun disana pelaksanaannya efektif. BANI menyelesaikan sengketa dengan baik dan membantu mengurangi masuknya dan menumpuknya perkara di Pengadilan.” Lebih lanjut Bapak Azwir Agus menyatakan bahwa data selengkapnya mengenai nama pihak sengketa secara detail dan putusannya tidaklah dapat di buka dan diberitahukan karena bersifat rahasia dan BANI benar-benar menjaga kerahasiaannya tersebut. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan