IMPROVEMENT ACTIVITIES AND RESULTS OF LEARNING THROUGH IPS PROCESS SKILLS APPROACH TO STUDENT SMP CLASS OF STATE 4 TERBANGGI ACADEMIC YEAR 2013/2014 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA KELAS VIII S

(1)

ABSTRACT

IMPROVEMENT ACTIVITIES AND RESULTS OF LEARNING THROUGH IPS PROCESS SKILLS APPROACH TO STUDENT

SMP CLASS OF STATE 4 TERBANGGI ACADEMIC YEAR 2013/2014

by

RITA YUSNELY ARIS

This research aims at improving the activity and student learning outcomes in the learning of Social Sciences ( IPS ) using Process Skills Approach . The method used in this research is Classroom Action Research ( CAR), which consists of three cycles , each cycle includes planning , implementation , observation and reflection . Data collection techniques using the techniques of observation and a written test . The results of this study showed an increase in : ( 1 ) student learning activities , indicators achieved in the second cycle as did the three cycles , the better the results , ( 2 ) student learning outcomes , the second cycle indicator has also reached three further cycles of increasing and ≥ 85 % .


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA

KELAS VIII SMP NEGERI 4 TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

RITA YUSNELY ARIS

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus, setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan tes tertulis. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pada: (1) aktivitas belajar siswa, indikator tercapai pada siklus kedua begitupun pada siklus tiga hasilnya semakin baik, (2) hasil belajar siswa, siklus kedua indikatornya juga sudah tercapai selanjutnya siklus tiga semakin meningkat dan ≥ 85%.


(3)

(4)

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

(Tesis)

Oleh

Rita Yusnely Aris

1223031060

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTRER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

LAMPUNG 2014 `


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Segala Mider, pada tanggal 23 september 1977, merupakan anak kedua dari enam bersaudara dari Bapak Drs. Arifin Ismail dan Ibu Nurhuda, Ama.Pd

Peneliti menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Kalirejo, Lampung Tengah tamat tahun 1989. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah tamat tahun 1992. Pendidikan Menengah Atas di SMA Surya Dharma 2 Bandar Lampung tahun 1995. Selanjutnya pada tahun 1995 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Bidang Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung diselesaikan tahun 2000.

Peneliti diangkat PNS pada tahun 2007 di SMP Negeri 4 Terbanggi Besar hingga saat ini. Pada tahun 2012 peneliti melanjutkan S2 di Universitas Lampung pada program studi Pascasarjana Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.


(9)

MOTO

“Man Jadda, Wa Jadda”

“...Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengubah keadaan

suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka

sendiri...”

(Q.S. Ar-

Ra’d: 11)

“Milikilah impian, apapun itu. Yakinlah semua akan tercapai


(10)

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas izin dan ridhaNyalah karya kecilku ini kupersembahkan kepada

orang-orang tercinta

Ayahanda (Alm) Drs. Arifin Ismail dan Ibunda tersayang yang selalu memberikan doa dalam setiap sujudnya dan dengan kasih

sayang yang tulus selalu memberi kekuatan dalam setiap langkahku dalam mencapai impian dan harapanku mendoakanku

serta anandaku tersayang yang menjadi penyemangat hidupku, kakak dan adik-adikku tersayang yang selalu dihatiku Teman-temanku yang selalu menemaniku dengan ketulusan Para pendidikku yang telah memberikan ilmunya dengan tulus

Almamaterku tercinta Universitas Lampung

Siapa saja yang menjadikan karya ini sebagai ilmu yang bermanfaat


(11)

SANWACANA

Puji Syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti memiliki kekuatan lahir batin dan akhirnya dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Peneliti menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti berterima kasih kepada semua pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan tesis ini. Secara khusus pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Herianto, M.S selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Hi. Sudjarwo, M.S selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung, dan sekaligus sebagai Pembimbing Utama..

3. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. M.Thoha BS Jaya, M.S selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Lampung, dan sekaligus


(12)

memberi motivasi, saran dan ide-ide hingga tesis ini selesai.

5. Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd selaku Ketua Program Pascasarjana Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung, sekaligus Pembimbing Akademik dan yang selaku pembahas, terima kasih telah memberikan masukan, saran dan sabar membimbing, memberi motivasi, saran serta ide sehingga tesis ini bisa diselesaikan.

6. Ibu Dr. Hj. Trisnaningsih, M.Si selaku pembahas, terimakasih atas masukan, saran, dan kritik dalam penyempurnaan tesis ini.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung yang dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmu dan pengalamannya kepada peneliti.

8. Ibu Dra.Hj. Hella Rumini.M.M selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Terbanggi Besar kabupaten Lampung Tengah

9. Sahabat-sahabatku Pascasarjana Pendidikan IPS Angkatan 2012, Ibu Fatmah, Ibu Sofia, Ibu Sumarti, Ibu Hurustiati, Iceu, Ibu Fitri Indriani, Ibu Fauziah, Ibu Siti, rekan sekerja serta teman seperjuangan yang tak bisa disebutkan satu persatu atas kerjasama, motivasi, dan doanya hingga tesis ini selesai dan tidak akan terlupakan kebersamaan dan kekompakan kita. 10. Seluruh peserta didikku SMP Negeri 4 Terbanggi Besar yang telah banyak


(13)

pendidikan yang terus berkembang dalam menghadapi tantangan dan rintangan seiring dengan tuntutan zaman.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 7

1.3Pembatasan Masalah ... 7

1.4Rumusan Masalah ... 8

1.5Tujuan Penelitian ... 8

1.6Manfaat Penelitian ... 9

1.7Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1.7.1 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 10

1.7.2 Subyek Penelitia ... 12

1.7.3 Obyek Penelitian ... 12

1.7.4 Waktu Penelitian ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1Kajian Teori ... 14

2.1.1 Teori Behavioristik ... 16

2.1.2 Teori Kognitif ... 19

2.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme ... 19

2.1.4 Teori Belajar Humanistik ... 22

2.2Belajar dan Pembelajaran ... 24

2.2.1 Pengertian Belajar ... 32

2.2.2 Pengertian Pembelajaran ... 32

2.3Konsep Aktivitas Belajar ... 33

2.3.1 Jenis-jenis Aktivitas Belajar... 35


(15)

iv

2.4Hasil Belajar ... 37

2.4.1 Pengertian Hasil Belajar ... 37

2.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 39

2.5Tinjauan Mata Pelajaran IPS... 40

2.5.1 Hakekat dan Karakteristik Mata Pelajaran IPS ... 40

2.5.2 Tujuan PembelajaranMata Pelajaran IPS ... 48

2.6Konsep Pendekatan Keterampilan Proses ... 49

2.6.1 Macam-macam Pendekatan Pembelajaran ... 50

2.6.2 Keterampilan Proses dalam Pembelajaran ... 57

2.6.3 Keunggulan Pendekatan Keterampilan Proses ... 59

2.6.4 Prinsip-prinsip Pendekatan Keterampilan Proses ... 63

2.6.4 Langkah-langkah melaksanakan Keterampilan Proses ... 67

2.7Hasil Penelitian yang Relevan. ... 70

2.8Kerangka Pikir ... 71

2.9Hipotesis Penelitian... 73

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 74

3.1Setting Penelitian ... 75

3.2Prosedur Penelitian ... 76

3.3Devinisi Operasional Variabel ... 79

3.3.1 Pendekatan Keterampilan Proses ... 80

3.3.2 Aktivitas Belajar ... 83

3.3.3 Hasil Belajar ... 84

3.4Alat Pengumpulan Data ... 85

3.4.1 Observasi ... 85

3.4.2 Tes Tertulis ... 86

3.5 Uji Hipotesis Hubungan Antara Aktivitas \daN Hasil Belajar.... 86

3.6 Teknik Analisis Data ... 87

3.7 Indikator Keberhasilan PTK ... 88

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 90

4.1Kondisi Umum Tempat Penelitian ... 90

4.1.1 Gambaran dan Kondisi Secara Umum ... 90

4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah ... 91

4.1.3 Sarana dan Fasilitas Pembelajaran ... 94

4.1.4 Keadaan Guru dan Karyawan ... 95

4.1.5 Keadaan Siswa SMP Negeri 4 Terbanggi Besar ... 96

4.2Deskripsi Hasil Penelitian ... 99

4.2.1 Siklus 1 ... 99

4.2.1.1 Perencanaan Tindakan ... 99

4.2.1.2 Pelaksanaan Tindakan ... 102

4.2.1.3 Observasi ... 107

4.2.1.4 Refleksi ... 110

4.2.1.5 Analisis Data Awal Siklus ... 112


(16)

v

4.2.2.1 Perencanaan Tindakan ... 119

4.2.2.2 Pelaksanaan Tindakan ... 122

4.2.2.3 Observasi ... 127

4.3.2.4 Refleksi ... 134

4.2.3 Siklus 3 ... 138

4.2.3.1 Perencanaan Tindakan ... 138

4.2.3.2 Pelaksanaan Tindakan ... 139

4.2.3.3Observasi ... 144

4.2.3.4 Refleksi ... 150

4.3 Pembahasan ... 154

4.3.1 Siklus 1 ... 154

4.3.2 Siklus 2 ... 158

4.3.3 Antara Siklus 1 dan Siklus 2 ... 160

4.3.4 Siklus 3 ... 160

4.3.5 Antar Siklus II dan Siklus III ... 161

4.4 Analisis Peningkatan Aktivitas Belajar Terhadap Hasi Belajar 163

4.5 Temuan dan Argumen Peneliti ... 166

4.5 Hasil Keseluruhan Per indikator ... 172

4.7 Keterbatasan Penelitian ... 179

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 182

5.1Simpulan ... 182

5.2Implikasi... 185

5.2.1 Implikasi Penelitian... 185

5.2.2 Implikasi Teoritis ... 185

5.2.3 Implikasi Kebijakan Sekolah ... 185

5.2.4 Implikasi Praktis ... 186

5.3Saran... 186

5.3.1 Kepada Guru ... 186

5.3.2 Kepada Siswa ... 186

5.2.3 Kepada Sekolah... 187 DAFTAR PUSTAKA


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 2.1 2.2 2.3 3.1 3.2 3.3 3.4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17

Nilai Ulangan Harian I (UH I) di kelas VIII SMP Negeri 4 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2013/2014…... Kategori Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran... Cakupan dalam Pembelajaran IPS ... Contoh Lembar Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus …………... Hasil Penelitian yang Relevan……… Lembar Penilaian Kinerja Guru………... Indikator Keberhasilan Aktivitas Siswa ... Indikator Keberhasilan Hasil Belajar Siswa………... Lembar Observasi Aktvitas Siswa……… Daftar Sarana dan Prasarana SMP Negeri 4 Terbanggi Besar Pelajaran 2013-2014………... Keadaan Guru SMP Negeri 4 Terbanggi Besar………. Keadaan Siswa SMP Negeri 4 Terbanggi Besar……… Hasil observasi guru dalam mengajar menggunakan

pendekatan keterampilan proses Siklus I………. Presentase Aktivitas Belajar Siswa siklus I……….. Distribusi frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I ……… Presentase Hasil Belajar Siswa siklus I……….. Hasil Hasil observasi guru dalam mengajar menggunakan pendekatan keterampilan proses Siklus II……….. Rekap Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus II………... Distribusi frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II………. Presentase Hasil Belajar Siswa Siklus II…………... Hasil observasi guru dalam mengajar menggunakan

pendekatan keterampilan proses Siklus III………... Rekap Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus III.…..………….... Distribusi frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus III..………... Presentase Hasil Belajar Siswa Siklus II……… Kemampuan guru dalam proses pembelajaran IPS

menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses setiap Siklus.. Rekap Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus III.………... Hasil Keseluruhan Guru Mengajar, Aktivitas dan Hasil

Belajar………. 3 5 47 46 70 82 85 85 87 94 95 95 112 116 117 117 127 131 132 132 145 148 149 149 160 171


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 3.1 4.1 4.2 4.3

4.4 4.5

.

Bagan Kerangka Pikir………... Prosedur Penelitian Tindakan Kelas... Diskusi kelompok kecil waktu mengidentifikasi masalah pada siklus I... Kegiatan siswa presentasi pada siklus I pert II ... Diskusi Kelompok Kecil Waktu Mengidentifikasi Masalah Siklus II………... Peningkatan Kemampuan Guru Setiap Siklus……… Gambar DataPengembangan Siklus 1-3………

73 78 103 105 124 163 172


(19)

I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

SMP Negeri 4 Terbanggi Besar yang terletak di jalan Proklamator Raya Link.IV Bandar Jaya Barat, Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah, merupakan lembaga pendidikan yang memiliki tujuan secara umum yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut yang ingin dicapai. Seperti yang terdapat dalam visi SMP N 4 Terbanggi Besar, yaitu:

“Sekolah berkualitas berdasarkan iman dan taqwa”Melaksanakan ibadah sesuaii dengan agama dan kepercayaan masing-masing”, sedangkan misi dari sekolah antara lain: (1) Melaksanakan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan. (2) Melaksanakan pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran. (3) Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan inovatif dengan strategi/metode/pendekatan yang sesuai seperti Cooperatif Learning Contructivisme, Joyfull Learning. (4) Melaksanakan penciptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif. (5) Melaksanakan bimbingan dan konseling. (6) Melaksanakan pengembangan metode pembelajaran untuk semua mata pelajaran. (7) Melaksanakan pengembangan bahan dan sumber mata pelajaran. (8) Melaksanakan pengembangan inovasi peralatan dan media


(20)

pembelajaran. (9) Melaksanakan pengembangan dan pemanfaatan perpustakaan, laboratorium IPA, dan komputer. (10) Mengikuti olimpiadi MIPA tingkat kabupaten. (11) Mengikuti lomba Bahasa Inggris tingkat kabupaten. (12) Mengikuti lomba pramuka tingkat kabupaten.( Buku Induk SMPN 4 Terbanggi Besar. 2012)

Berdasarkan visi dan misi tersebut diharapkan SMP N 4 Terbanggi Besar dapat menghasilkan peserta didik yang unggul dan berdaya guna dan tenaga pendidik yang profesional dalam bidangnya. Jumlah kelas di SMP N 4 Terbanggi besar adalah 23 kelas dengan rincian untuk kelas 7 terdapat 8 kelas, kelas 8 ada 8 kelas dan kelas 9 ada 7 kelas dengan jumlah siswa 740 orang, diasuh oleh 58 orang pendidik, 42 orang pendidik sudah sertifikasi,Sertifikasi adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Dengan banyaknya jumlah guru yang sudah sertifikasi tentu saja diharapkan pembelajaran di sekolah akan meningkat..Sebagai guru yang profesional tentunya diharapkan mampu menerapkan metode pembelajaran yang tepat bagi siswa, hal ini dimaksud agar peserta didik selain mendapat pengetahuan juga memperoleh pembelajaran yang sesuai dengan harapan.namun ternyata saat ini belum sepenuhnya mampu menciptakan kondisi pembelajaran yg ideal. Selain itu input siswanya berasal dari keluarga yang kurang berada dalam segi ekonomi, minat belajar siswa pun sangat rendah.

Hasil belajar IPS siswa di kelas VIII SMP Negeri 4 Terbanggi Besar Lampung Tengah Ulangan Harian I (UH I) di kelas VIII SMP Negeri 4 Terbanggi Besar semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014, khususnya mata pelajaran IPS


(21)

menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa masih tergolong rendah, seperti terlihat dalam Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1. Nilai Ulangan Harian I (UH I) di kelas VIII SMP Negeri 4 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2013/2014

Rentang Nilai

VIII a VIIIb VIIIc VIII

d

Jumlah Presentase

(%)

KKM

80-100 1 0 0 0 1 0,61 Tuntas

70-79 20 23 15 10 68 41,71 Tuntas

40-69 23 15 23 20 81 49,69 remidial

0-39 0 3 1 9 13 7,97 remidial

Jumlah 44 41 39 39 163 99,98%

Sumber data: Guru IPS di kelas VIII SMP Negeri 4 Terbanggi Besar 2013

Kreteria Ketuntasan Minimum (KKM) untuk mata pelajaran IPS di SMP Negeri 4 Terbanggi Besar adalah 70. Bila melihat Tabel 1.1 rentang nilai Ulangan Harian I (UH I) untuk interval 80-100\ dan untuk interval nilai 70-79, Berdasarkan data tersebut 67 siswa berkategori sangat baik dan baik, sekitar 42,32% siswa yang tuntas mencapai nilai Kreteria Ketuntasan Minimum (KKM), untuk interval nilai 40-59 dan untuk interval nilai 0-39. Berdasarkan data tersebut sebanyak 84 siswa. Sekitar 57,31% tidak mencapai nilai Ulangan Harian yang tuntas. Hasil belajar IPS tergolong rendah berkategori kurang dan sangat kurang.

Data mengenai nilai Ulangan Harian I tersebut dapat digunakan sebagai salah satu indikator adanya masalah mengenai kurangnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut sangatlah tepat bahwa permasalahan tersebut perlu dikaji penyebab rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk itu maka peneliti tertarik untuk mencoba merubah metode pembelajaran yang selama ini dilakukan


(22)

di sekolah, yang dirasakan kurang berhasil dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di SMP Negeri 4 Terbanggi Besar.

Berdasarkan pengamatan peneliti penyebab dari rendahnya nilai siswa juga karena pembelajaran kurang didukung oleh fasilitas yang ada, seperti fasilitas laboratorium komputer yang hanya berjumlah 10 unit komputer untuk jumlah siswa 746 orang, Selain itu,fasilitas buku-buku yang ada di perpustakaan jumlahnya sangat terbatas sehingga tidak memenuhi kebutuhan siswa. Ditinjau dari proses pembelajaran masih monoton artinya guru masih mempergunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi, guru memberikansoal-soal saja, sehingga siswa kurang aktif dan tidak dapat melatih keterampilan-keterampilan yang dimilikinya serta mengkomunikasikan hasil perolehannya,Saat pembelajaran guru sering mendominasi kelas, pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered), artinya guru sebagai pusat sumber belajar, siswa hanya menerima yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat, bertanya, siswa terlihat pasif dalam belajar sehingga pembelajaran yang dialami siswa kurang memberikan makna sebab kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran yang menyebabkan siswa menjadi tidak aktif. Untuk itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Untuk memotivasi peserta didik agar berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran baik secara fisik maupun secara mental, pendidik mengupayakan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk memilih metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan kondisi peserta didik, karakteristikmateri yang akan dipelajari. Diperlukan suatu usaha untuk


(23)

mengoptimalkan pembelajaran IPS di kelas dengan menerapkan pendekatan dengan metode yang tepat untuk mengatasi rendahnya aktivitas dan hasil belajar, siswa diharapkan termotivasi dan senang melakukan belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya. Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan dalam segi metode,sehingga penulis akan mencoba dengan menggunakan metode pendekatan.keterampilan proses Dalam pembelajaran sangat penting menekankan proses dan hasil, karena proses belajar akan menentukan hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa proses belajar memiliki peran penting dalam pembelajaran, di samping perolehan hasil belajar yang dicapai siswa

Salah satu pendekatan pembelajaran yang memiliki karakteristik tersebut adalah pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses memiliki karakteristik bahwa proses pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa, yaitu berupa pengalaman bersosialisasi dengan sesama teman, berani mengeluarkan pendapat, berani bertanya dan pengalaman yang sangat berharga karena disini siswa dituntut untuk berperan aktif memperoleh ilmu pengetahuan. karena siswa terlibat langsung menemukan konsep-konsep yang dipelajari, melatih siswa berpikirir lebih kritis, melatih keberanian untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sehingga mereka memiliki berbagai keterampilan.Keterampilan tersebut meliputi, keterampilan fisik, keterampilan mental, dan keterampilan sosial. Untuk itu, diperlukan kompetensi guru untuk mengaplikasikan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran agar siswa memiliki kemampuan secara komprehensif. pendekatan keterampilan


(24)

proses ini memberikan kesempatan siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuan.

Konsekuensi logis yang harus diterima dengan penerapan pendekatan ketrampilan proses ini, guru tidak saja dituntut untuk mengembangkan keterampilan– keterampilan memperoses dan memperoleh ilmu pengetahuan tetapi juga guru hendaknya juga menanamkan sikap dan nilai sebagai ilmuan kepada siswa. Pendekatan keterampilan proses adalah keterampilan memperoleh informasi yang diwarnai dengan prinsip-prinsip cara belajar siswa aktif yang secara umum hampir sama dengan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) seperti termuat dalam kurikulum KTSP 2006. Hal ini tercermin dari tujuan pembelajaran mata pelajaran kelompok ilmu pengetahuan sosial SMP/MTs yaitu untuk memperoleh kompetensi lebih lanjut pada mata pelajaran pengetahuan sosial, maka perlu adanya membudayakan berfikir ilmiah secara kritis dan mandiri

Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar,.Pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa, misalnya sebelum siswa melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis. Hal ini dilakukan agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikan.Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar IPS menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan suatu


(25)

perubahan tingkah laku dari seseorang anak yang belum paham terhadap permasalahan IPS yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Kebermaknaan belajar sangat rendah karena kurangnya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.

2. Mata pelajaran IPS dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan,sebab proses belajar yang diterapkan guru terkadang monoton. 3. Masih rendahnya aktivitas siswa pada mata pelajaran IPS, aktivitas bertanya, ,

mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan.

4. Masih rendahnya hasil belajar mata pelajaran IPS berdasarkan observasi pada pembelajaran IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Terbanggi Besar Lampung Tengah.

5. Siswa tidak pernah diberi pengalaman langsung dalam mengamati suatu proses, sehingga siswa menganggap materi pelajaran sulit dipahami.

1.3Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, yang telah diuraikan di atas, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada bagaimana meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun ajaran 2013/2014 dengan pendekatan keterampilan proses.


(26)

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya aktivitas belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Terbanggi Besar semester ganjil tahun ajaran 2013/2014, yang berdampak pada rendahnya hasil belajar dan nilai mata pelajaran IPS. Dengan demikian permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar IPS melalui pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Terbanggi Besartahun ajaran 2013-2014?

2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan keteram-pilan proses pada siswa kelas VIII SMPNegeri 4 Terbanggi Besar tahun ajaran 2013-2014?

3. Apakah peningkatan aktivitas belajar dapat meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas VIII SMPNegeri 4 Terbanggi Besar tahun ajaran 2013-2014?

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk.

1. Menganalisis aktivitas belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Terbanggi Besar melalui pendekatan keterampilan proses.


(27)

2. Menganalisis hasil belajar IPS pendekatan keterampilan proses siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Terbanggi Besar.

3. Menganalisis peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar IPS melalui pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas VIII SMPNegeri 4 Terbanggi Besar.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi tenaga pendidik agar menggunakan metode pendekatan kepada siswa,untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumbangan bagi khazanah ilmu pengetahuan, khususnya pendidikan IPS dan pengelolaan pembelajaran IPS serta mendukung teori yang sudah ada sebelumnya.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk sebagai berikut.

1. Bagi peneliti/guru: Memperoleh pengalaman langsung dalam penerapan metode pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS, mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan menentukan bentuk tindakan yang sesuai guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, hasilnya menjadi dasar untuk meningkatkan profesionalisme.

2. Bagi siswa: Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan cara yang menyenangkan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. meningkatkan kemampuan dan keberanian dalam berpendapat,bertanya dan beragumentasi dalam diskusi.Memberikan suasana baru bagi siswa dalam


(28)

kegiatan belajar mengajaryang diharapkan memberi semangat baru dalam belajar,ekplorasi, mengemukakan pendapat, mengembangkan kreativitas, meningkatkan minat belajar, dan meningkatkan hasil belajar.Mengembangkan kemampuan siswa secara maksimal,terutama dalam hal belajar.

3. Bagi sekolah: Diharapkan bermanfaat dalam perbaikan metode pembelajaran IPS dan meningkatkan profesionalitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dikelas di SMPNegeri 4 Terbanggi Besar, Lampung Tengah 4. Bagi almamater: Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai salah

satu sumber pustaka bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan metode Pendeketan Keterampilan Proses (PKP)

1.7Ruang Lingkup Penelitian

1.7.1 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ruang lingkup kajian pada penelitian ini adalah Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu suatu program pendidikan yang merupakan percampuran dan penyederhanaan dari beberapa disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang dikemas secara sosial, psikologis untuk tujuan pendidikan.Bidang kajian penelitian ini terfokus pada pendidkan IPS di SMP Negeri 4 Terbanggi Besar. Pendidikan IPS di SMP disajikan dalam bentuk mata pelajaran secara terpadu antara bidang-bidang kajian ilmu sosial, dalam pelaksanaanya dapat dilakukan secara team teaching antar guru bidang ilmu sosial yang serumpun seperti Geografi, Sejarah, Ekonomi dan Sosiologi. Dalam hal ini pembelajaran di SMP Negeri 4 Terbanggi Besar


(29)

dilakukan secara team/guru pada mata pelajaran IPS.Bidang kajian yang menjadi konsentrasi pada penelitian ini adalah pendidikan IPS, dengan Standar

Kompetensi “memahami kegiatan pelaku ekonomi di masyarakat”, yang disajikan

secara terpadu sebagai kajian ilmu sosial yang utuh.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai pelajaran dan pendidikan disiplin ilmu bersumber dari kehidupan sosial dan masyarakat memiliki landasan dalam pengembangan, baik sebagai mata pelajaran maupun disiplin ilmu. Dalam IPS terdapat lima tradisi atau perspektif IPS yaitu: (1) IPS sebagai tranmisi kewarganegaraan (social studies as citizenship tranmision), (2) IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (social studies as social sciences) , IPS sebagai penelitian mendalam (social studies as reflective inquiri), (4) IPS sebagai kritik kehidupan sosial (social studies as social critism), dan (5) IPS sebagai pengembangan pribadi individu (social studies as personal development of individual). (Sapriya, 2009: 13).

Standar kompetensi dan kompetensi dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah menengah pertama (SMP), meliputi kajian: sosiologi, sejarah, geografi, dan ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran IPS. IPS sebagai pengembangan pribadi seseorang memang tidak dapat langsung tampak hasilnya tetapi melalui pendidikan IPS akan membekali kemampuan seseorang dalam pengembangan diri melalui berbagai keterampilan sosial dalam kehidupannya.Pendidikan IPS membekali siswa tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai sehingga semua dapat membentuk citra diri siswa menjadi manusia yang memiliki jati diri sehingga mampu hidup ditengah


(30)

masyarakat dengan damai dan dapat menjadi contoh teladan serta memberikan kelebihan pada orang lain (Pargito,2010: 54)

Berdasarkanlima tradisi Ilmu Pengetahuan Sosial, ruang lingkup keilmuan dalam penelitian tindakan ini bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai pengembangan pribadi individu. (Social Studies as personal development of individual). Artinya melalui pendidikan IPS diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai serta keterampilan peserta didik dalam berbagai keterampilan sosial dalam kehidupan (social life skill), sehingga semua itu dapat membentuk citra diri siswa menjadi manusia yang memiliki jati diri yang mampu hidup di tengah masyarakat dengan damai, dan dapat menjadikan contoh teladan serta memberikan kelebihannya pada orang lain. Melalui pendekatan keterampilan proses dilaksanakan melalui interaksi antara siswa dengan lingkungannya yang bertujuan untuk mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental siswa sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa.

1.7.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP Negeri 4 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun pelajara 2013-2014 yang berjumlah 30 orang.

1.7.3 Objek Penelitian

Lingkup penelitian tindakan kelas ini meliputi:

1. Pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses. 2. Peningkatan aktivitas belajar siswa yang meliputi empatindikator


(31)

(bertanya pada guru, memberi pendapat dalam diskusi, menjawab pertanyaan/bertanya dan mengerjakan tugas)

3. Peningkatan hasil belajar siswa mencakup ketuntasan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada tes formatif.

1.7.4 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014.


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Teori Behavioristik

Menurut teori belajar behavioristik (Budiningsih, 2005: 20) dijelaskan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavarioristik dengan model hubungan stimulus–responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143).

Seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.. Stimulus adalah input apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan fisik terhadap rangsangan belajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku. Teori


(33)

ini mengatakan bahwa pembelajaran akan berjalan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ada dalam kehidupan. Sesuai dengan pendapat Bruner yang melihat perkembangan seseorang melalui tiga tahapan yaitu:

1. Tahapan enactive, seseorang melakukan aktivitas dalam upaya memahami lingkungan sekitar.

2. Tahap iconic, seseorang memahami objek melalui gambar dan visualisasi verbal.

3. Tahap symbolic, seseorang telah memiliki ide atau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa dan logika.

Aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajran, sifat materi pembelajaran, karakteristik siswa, dan fasilitas pembelajaran yang tersedia (Budiningsih, 2005: 27). Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objek, pasti, tetap dan tidak berubah. Fungsi fikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikiryang dapat dianalisa dan dipilih sehingga makna yang dihasilkan dari proses berfikir ditentukan oleh karakteristikstruktur pengetahuan tersebut.

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari definisi belajar tersebut perubahan tingkahlaku akibat kegiatan belajar dapat


(34)

berwujud kongkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Budiningsih, 2005: 21)

2.1.2. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan faktor utama dan pertama yang perlu dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauh mana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan proses pendidikan. Jika potensi yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta didik akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.

Pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para guru demi untuk mensukseskan proses pembelajaran dikelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif peserta didik, guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkan peserta didik dikelas yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan


(35)

untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.

Menurut Piaget dalam (Depdiknas, 2004) aspek perkembangan kognitif meliputi empat tahap, yaitu:

(1) Sensory-motor (sensorimotor)

Selama berkembang dalam periode ini berlangsung sejak anak lahir sampai usia 2 tahun, intelegensi anak tersebut masih berbentuk primitif dalam arti masih didasarkan pada prilaku terbuka. Meskipun primitif dan terkesan tidak penting, intelegensi sensori-motor sesungguhnya merupakan intelegensi dasar yang amat berarti karena ia menjadi pondasi untuk tipe-tipe intelegensi tertentu yang akan dimiliki anak tersebut kelak.

(2) Pre-operasional (pra-operasional)

Perkembangan ini bermula pada saat anak berumur 2-7 tahun dan telah memiliki penguasaan sempurna mengenai objek permanence, artinya anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang ada walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau dan tidak didengar lagi. Jadi, pandangan terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dari pandangan pada periode sensory-motor, yakni tidak lagi bergantung pada pengamatan belaka.

(3) concrete operational (konkret-operasional)

Periode konkret oprasional ini berlangsung hingga usia menjelang remaja, kemudian anak mulai memperoleh tambahan kemampuan yang di sebut system of operations (satuan langkah berfikir). Kemampuan ini berfaedah bagi anak untuk


(36)

mengkoordinasi pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu dalam sistem pemikirannya sendiri .

(4) formal operational (formal-operasional)

Perkembangan formal operasional, anak yang sudah menjelang atau sudah menginjak masa remaja, yakni 11-15 tahun, akan dapat mengatasi masalah keterbatasan pemikiran. Dalam perkembangan kognitif akhir ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasi baik secara simultan (serentak) maupun berurutan dua ragam kemampuan kongnitif,yaknikapasitas menggunakan hipotensi, kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dalam dua macam kemampuan kongnitif yang sangat berpengaruh terhadap kualitas skema kongnitif itu tentu telah dimiliki oleh orang-orang dewasa. Oleh karenanya, seorang remaja pelajar yang telah berhasil menempuh proses perkembangan formal operasional secara kognitif dapat dianggap telah mulai dewasa.

Para kognitivis meyakini bahwa agar pembelajaran dapat berlangsung, fikiran siswa harus secara aktif terlibat dalam memproses informasi, karena keterlibatan sangat penting dalam pengingatan kembali informasi di waktu-waktu belakangan

Mereka juga meyakini bahwa “mengarsip” informasi dalam ingatan mereka sesuai

dengan pola organisasi atau skema, yang unik bagi tiap individual (Smaldino, 2012: 53).

Implikasi kognitivisme dengan pembelajaran lebih memusatkan perhatian kepada cara berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain itu, peran siswa sangat diharapkan untuk berinisiatif dan terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Teori ini juga memaklumi akan adanya perbedaan individual


(37)

dalam kemajuan perkembangan. Oleh karena itu guru harus berupaya untuk mengatur aktivitas didalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal. Implikasi dalam konsep evaluasi dilakukan selama proses belajar bukan hanya semata dinilai dari hasil belajar. Jadi teori ini menitikberatkan pada proses daripada hasil yang dicapai oleh siswa.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa pendekatan keterampilan proses bagi siswa sangatlah penting dimana memusatkan perhatian kepada cara berfikir atau proses, Teori belajar kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan agar peserta didik selalu semangat dalam mengikuti proses belajar.

2.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme

Belajar menurut konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasi dan mengaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan. Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencapai suatu makna dari makna yang dipelajari. Benda dengan aliran


(38)

behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon.

Kalangan konstruktivis berpendapat bahwa para pemelajar harus memiliki peran aktif dalam proses belajar, bahwa mereka bukanlah wadah yang harus diisi melainkan pengatur dalam proses belajar mereka (Smaldino, 2012: 54). Kalangan konstruktivis juga meyakini bahwa guru merupakan fasilitator penting bagi siswa. yang memberikan panduan disepanjang pengalaman belajar mereka. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

Menurut teori ini, suatu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada kepada siswa yang menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Teori Belajar ini juga menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,


(39)

menemukan segala seseatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah menemukan ide-ide pokok.

Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawa siswa ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa yang mereka tulis dengan bahasa dan kata-kata mereka sendiri maka belajar menurut kontruktivisme adalah aktifitas yang aktif dimana peserta didik membina sendiri pengetahuanya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir dan telah ada dan dimilikinya dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan mempunyai dasar bagaimana membuat hipotensi dan mempunyai kemampuan untuk mengujinya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dan persoalan yang ditemuinya,

Driver dan Bell dalam Ahmadi dan Sofyan (2010: 145), mengajukan karakteristik konstruktivisme sebagai berikut:

1. Peserta didik tidak dipandang sebagai seseatu yang pasif melainkan memiliki tujuan

2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan peserta didik

3. Pengetahuan bukan seseatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal

4. Pembelajaran bukanlah tranmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengetahuan situasi kelas


(40)

Pengetahuan bukan merupakan sesuatu yang sudah ada melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus, dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya (Herpratiwi, 2009: 72) Menurut Smith (2009: 88) teori konstruktivisme mempercayai bahwa pembelajar mengonstruksi realitasnya sendiri atau paling tidak menafsirkan berdasarkan pada persepsi-persepsi pengalaman mereka sehingga pengetahuan individu menjadi sebuah fungsi dari pengalaman, struktur mental dan keyakinan-keyakinan seseorang sebelumnya yang digunakan untuk menafsirkan objek dan peristiwa.

Pada proses belajar dan pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran dikelas. Guru dapat memfasilitasi proses dengan menggunakan cara-cara yang membuat sebuah informasi menjadi bermakna dan relevan bagi siswa. Untuk itu guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan mengaplikasikan ide-ide mereka sendiri, disamping mengajarkan siswa untuk menyadari dan sadar akan strategi belajar mereka sendiri. Penggunaan metode pendekatan keterampilan proses sangat penting agar siswa dapat menemukan pengetahuannya tentang seseatu hal, untuk itulah pendekatan ini merupakan salah satu cara yang sangat baik dalam konstruktivisme ini, sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

2.1.4 Teori Belajar humanistik

Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari proses belajar itu sendiri. Teori belajar humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat


(41)

dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar, secara optimal (Budiningsih, 2005: 68).

Aliran humanistik memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebagai proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Domain-domain tersebut tersebut meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor, dengan kata lain pendekatan humanistic menekankan pentingnya emosi dan atau perasaan, komunikasi yang terbuka dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa.

Prinsip lain dalam proses pembelajaran humanistik adalah proses pembelajaran harus mengajarkan siswa bagaimana belajar dan menilai kegunaan belajar itu bagi dirinya sendiri, Baharuddin (2010: 143) . Saat proses pembelajaran, guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Sehingga para pendidik/guru diharapkan dalam pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa.


(42)

Pendekatan keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip, atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya. Ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (Indrawati dan Trianto, 2008: 72) Selain itu juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman atau memudahkan penafsiran data, sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan, kreatif dan tidak membosankan (learning with fun), jadi dapat dikatakan kalau penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran sejalan dengan teori humanistik yang menginginkan pembelajaran yang menyenangkan.

2.2 Belajar dan Pembelajaran

Kemampuan proses belajar adalah tujuan pendidikan yang tidak/belum banyak disinggung dalam pendidikan ilmu-ilmu sosial. Bahkan ada kesan bahwa pendidikan ilmu pegetahuan sosial agak kurang memperhatikan kemampuan walaupun kurikulum telah dengan jelas menyatakan perlunya pengembangan kemampuan proses dalam pendidikan IPS. Kenyataan di sekolah yang berbeda dari apa yang diinginkan kurikulum adalah sesuatu yang seharusnya dapat dikurangi jika pendidikan ilmu-ilmu sosial diharapkan dikembangkan lebih baik. Oleh karena itu pendidikan ilmu-ilmu sosial tidak dapat melepaskan diri dari tugas mengembangkan kemampuan proses. Atas dasar pemikiran yang demikian maka bab ini mencoba membicarakan mengenai pengembangan kemampuan proses dalam pendidikan IPS.

Kegiatan belajar yang berupa prilaku yang kompleks telah lama menjadi objek penelitian ilmuan.Kompleksnya perilaku belajar tersebut menimbulkan berbagai


(43)

teori belajar.Belajar yang dihayati oleh seorang pelajar (siswa) ada hubungannya dengan usaha pembelajaran yang dilakukan oleh pembelajar (guru).

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kegiatan belajar mengajar merupakan kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Perolehan belajar dapat bermacam-macam tidak hanya pengetahuan, tetapi dapat pula berupa fakta, konsep, nilai/norma, keterampilan intelektual dan keterampilan motorik.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasi-kan sebagai pola-pola respon yang baru yang terbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 7). Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2011: 37), belajar dapat dipahami sebagai perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan. Kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan seorang individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar. Jadi hakikat belajar adalah perubahan.

Pendapat Djamarah dkk (2010: 39), belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas


(44)

belajar. Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Maksudnya bahwa belajar bukan hanya mengingatkan akan tetapi lebih luas lagi yaitu mengalami dan hasilnya bukan saja penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan tingkah laku tidak akan terjadi tanpa adanya usaha yang dilakukan siswa. Usaha tersebut merupakan aktivitas belajar siswa. Aktivitas merupakan asas yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, sebagaimana dikatakan Sardiman (2008: 95) bahwa aktivitas belajar merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar. Sedangkan belajar menurut Gage (dalam Syaiful Sagala, 2011: 13)“belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman”. Jadi belajar menyangkut pada satu sisi, belajar yang dialami oleh pelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang.. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajaran. perubahan dalam suatu mahluk hidup yang membutuhkan waktu sebagai bentuk proses.

Untuk mengukur belajar, kita amati perilaku mahluk hidup sebelum dan sesudah diberi suatun perlakuan atau pengalaman tertentu. Jika ada perubahan perilaku, berarti mahluk hidup tersebut itu telah belajar.

2.2.1 Pengertian Belajar

Makna dan hakikat belajar diartikan bermacam-macam menurut para ahli, Menurut Hilgard dan Bower (1975) dalam Ngalim Purwanto (1994: 84),bahwa:


(45)

belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang- berulang, di dalam situasi itu di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,

kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).

Sedangkan menurut Morgan dalam bukunya Introduction to Psycology (Ngalim Purwanto, 2007: 84) belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Menurut William Burton (Oemar Hamalik, 2007: 29) belajar yang efektif adalah belajar dengan jalan mengalami. Pengalaman itu diperoleh berkat interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dari berbagai pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan atau pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Perubahan-perubahan tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.

Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsure subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Bahwa seseorang sedang berfikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bisa kita lihat. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek-aspek-aspek itu adalah: Pengetahuan, Emosional,


(46)

Pengertian, Hubungan sosial, Kebiasaan, Jasmani, Ketrampilan, Budi pekerti atau etis, Apresiasi, Sikap.

Proses belajar bisa berlangsung secara efektif apabila semua faktor internal (dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (dari luar diri siswa) diperhatiakan oleh guru. Seorang guru harus bisa mengetahui potensi, kecerdasan, minat, motivasi, gaya belajar, sikap, dan latar belakang sosial ekonomi dan budaya yang merupakan faktor internal pada diri pembelajar. Begitu juga faktor eksternal sseperti tujuan, materi, strategi, metode, iklim sosial dalam kelas, sistem sosial dalam kelas, sistem evaluasi, pandangan terhadap siswa, lebih-lebih upaya guru untuk menangani kesulitan belajar siswa harus bisa dipahami dan laksanakan.

Bertitik tolak dari berbagai pandangan para ahli mengenai definisi belajar, namun secara eksplisit maupun secara implisit di antara mereka terdapat kesamaan maknanya, yaitu definisi maupun konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada

“suatu proses perubahan tingkah laku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu”. Hal–hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kecakapan baru dan perubahanitu terjadi karena usaha yang disengaja (Syaiful Sagala, 2011: 10). Aliran psikologi kognitif menganggap bahwa belajar pada dasarnya merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat jasmaniah.


(47)

Belajar (learning) adalah proses multisegi yang biasanya dianggap sesuatu yang biasa saja oleh individu sampai mereka mengalami kesulitan saat menghadapi tugas yang kompleks (Margareth , 2011: 21).

Menurut Baharuddin (2010: 16) belajar adalah serangkaian akitivitas yang terjadi pada pusat syaraf individu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari sesorang yang berbeda dengan sebelumnya. Perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif maupun prikomotoriknya. Dan merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi adalah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang baru dipelajarinya atau penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa sikap. Untuk mendapatkan perubahan tingkah laku tersebut, maka diperlukan tenaga pengajar yang memadai. Pengajar atau disebut juga dengan pendidik sangat berperan penting dalam proses pembelajaran, pendidik yang baik akan mampu membawa peserta didiknya menjadi lebih baik.

Menurut Woolfolk (1995: 37) menyatakan bahwa “learning occurns whwn experience causes a relatively permanent change in an individual’s knowledge”. Disengaja atau tidak, perubahan yang terjadi melalui proses belajar ini bisa ke arah yang yang lebih baik atau sebaliknya. Pengertian belajar berarti adanya


(48)

pengetahuan, ketrampilan maupun sikap, semua perubahan yang terjadi itu diharapkan menuju ke arah yang lebih baik.

Untuk itu perlu dipahami, strategi belajar yang salah dan terus menerus ditajamkan akan mempengaruhi struktur otak, yang pada akhirnya mempengaruhi cara seseorang berprilaku. Suatu tingkat kematangan tertentu merupakan prasyarat belajar berbicara, walaupun pengalaman dengan orang dewasa yang berbicara dibutuhkan untuk membantu kesiapan yang dibawa oleh kematangan. Jadi, belajar dihsilkan dari pengalaman dengan lingkunga, dimana terjadi hubungan-hubungan antara stimulus-stimulus dan respon-respon. Hal ini memberi makna belajar adalah proses aktif individu dalam membangun pengetahuan dan mencapai tujuan.

Menururt Henry E Garret (dalam Syaiful Sagala, 2011: 13) berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dari perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.. Menurut Piaget (dalam Budiningsih, 2005: 35), belajar adalah bagaimana seseorang memperoleh kecakapan intelektual, pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan mereka ketahui dengan apa yang mereka lihat sebagai pengalaman atau persoalan. artinya orang yang belajar harus ikut serta dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara aktif. Sedangkan menurut Sanjaya, Wina (2006: 107) belajar adalah proses berfikir. Belajar berfikir menekankan pada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan.


(49)

Belajar merupakan proses terbentuknya tingkah laku baru yang disebabkan individu merespon lingkungannya melalui lingkungan pribadi. Belajar sebagai proses akan terarah kepada tercapainya tujuan (goal oriented) dari pihak siswa maupun dari pihak guru. Tujuan itu dapat diidentifikasikan dan bahkan dapat diarahkan sesuai dengan maksud pendidikan. Pengalaman yang dialami secara terus menerus secara otomatis manusia akan mempelajarinya sehingga perubahan terjadi pada diri seseorang tersebuat,dan perubahan itu tidak dapat dijelaskan secara pasti bisa jadi pengalaman yang sama atau hampir sama dialami oleh beberapa orang tetapi perubahan tingkah laku yang terjadi berbeda pada masing-masing orang. Perubahan yang terjadi dalam diri sesorang banyak sekali baik sifat jenisnya karena itu sudah tentu tidak semua perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yang disampaikan oleh Slameto (2003: 3) di antaranya:

a. perubahan terjadi secara sadar ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan yang terjadi atau sekurang-kurang ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya, misalnya pengetahuannya bertambah, keterampilannya bertambah dan sebagainya. b. perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional sebagai hasil belajar

perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinam-bungan tidak statis, satu perubahan yg terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupannya atau proses belajar berikut-nya misalberikut-nya seorang anak belajar berhitung, maka ia akan mengalami


(50)

perubahan dari tidak dapat berhitung menjadi bisa berhitung, perubahan ini berlangsung terus hingga ia mahir berhitung.

c. perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif dalam pembuatan belajar, perubahan-perubahan ini senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan maka banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan dalam belajar tidak terjadi dengan sendirinya melainkan usaha individu itu sendiri. Misalnya seorang anak belajar membaca, karena sering dan tekun secara terus menerus ia pintar membaca.

d. perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

e. perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku,jika seseorang belajar seseatu maka sebagian hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, wawasan, dan sebagainya.

Menurut Piaget berpendapat (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013: 13) pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Jadi belajar akif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.


(51)

2.2.2 Pengertian Pembelajaran

Seorang guru (pendidik) yang telah berupaya sedemikian rupa untuk melakukan interaksi dengan peserta didik dan sumber belajar agar terjadi proses belajar pada dirir siswa berarti telah melaksanakan pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sutikno (2009: 6) pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Di dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 20 tentang Sisdiknas dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lebih lanjut Sanjaya, Wina (2006: 99) menyatakan terdapat beberapa karakteristik penting istilah pembelajaran yaitu:

a. Mengajar berpusat pada siswa, b. Siswa sebagai subjek belajar, dan

c. Pembelajaran berorientasi pada pencapain tujuan

Beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan pendidik dalam proses interaksi terhadap peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai suatu tujuan.

2.3 Konsep Aktivitas Belajar

Prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsif atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar


(52)

mengajar. Tanpa aktivitas proses belajar mengajar tidak mungkin berlangsung dengan baik (Sardiman, 2007: 95). Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.

Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kunandar, 2008: 276). Menurut Usman (2005: 74), aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan fisik dan mental yang mencakup: aktivitas visual (membaca, menulis, bereksperimen, demonstrasi), aktivitas verbal (bercerita, bertanya, membaca sajak, diskusi, menyanyi), aktivitas mendengar (mendengar penjelasan guru, ceramah, pengarahan), aktivitas gerak (senam, menari, melukis), dan aktivitas menulis (mengarang cerita, membuat makalah, membuat surat, membuat resume). Agar siswa terlibat aktif, diperlukan keterlibatan secara terpadu, keseimbangan dan berkesinambungan dari berbagai macam hal yaitu mengarah pada interaksi yang optimal, menuntut berbagai jenis aktivitas peserta didik.

Melakukan aktivitas ini siswa merespon guru dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan secara lisan, latihan suatu keterampilan dengan tepat, menerima balikan dan mengoreksi kesalahan dibawah bimbingan guru. Independent work tasks mengacu pada aktivitas belajar yang dirancang untuk latihan bebas dimana siswa selalu melakukan tugas belajar dengan sedikit bimbingan atau bantuan guru. Tugas-tugas ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan sendiri atau melakukan penerapan tentang sesuatu yang diperoleh dalam belajarnya. Independent works tasks memungkinkan siswa untuk menjawab


(53)

respon secara lisan, menulis dan memanipulasi seperti membaca informasi, melengkapi kertas kerja, menulis esai, membuat pekerjaan dengan alat-alat laboratorium.

Selanjutnya, Anton M. Mulyono (2001: 26) mendefinisikan keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala seseatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik. Menurut Sanjaya (2012: 132) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.

Pada proses pembelajaran adanya istilah interaksi edukatif, yang maksudnya interaksi dalam proses pembelajaran. Melalui interaksi edukatif pada proses pembelajaran diharapkan adanya peningkatan hasil belajar yang ditandai dengan aktivitas. Jadi interaksi edukatif tersebut merupakan salah satu upaya peningkatan hasil belajar siswa yang ditandai dengan adanya aktivitas dalam suatu proses (Dimyati dan Mujiono, 2013: 42). Pendapat yang serupa dinyatakan oleh Juhri (2006: 81) yaitu “Belajar adalah suatu proses yang memerlukan aktivitas, artinya orang yang belajar harus ikut serta dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara aktif. Orang yang belajar itu mempelajari apa saja yang dilakukan, apa yang dirasakan, dan apa yang dipikirkan. Beberapa pendapat tersebut menekankan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa berupa keaktifan dan keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil


(54)

belajar yang optimal, hal ini menunjukan bahwa aktivitas belajar pada prinsipnya adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Melihat uraian di atas tentang aktivitas belajar, menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa disekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat ditimbulkan atau diciptakan di lingkungan sekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar. Siswa akan lebih banyak memperoleh materi pelajaran, karena siswa lebih aktif dalam belajar dan siswa menjadi pusat pembelajaran, karena siswa lebih aktif dalam belajar dan siswa menjadi pusat pembelajaran yang dilakukan di dalam sekolah.

2.3.1 Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Aktivitas yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran biasa beraneka ragam, sesuai dengan situasi atau proses belajar mengajar berlangsung. Menurut

Paul B. Dierdrich (dalam Sardiman, 2008: 101) menyatakan bahwa aktivitas dapat digolongkan menjadi beberapa macam antara lain:

1) Visual activites, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi percobaan dan pekerjaan orang lain. 2) Oral activites, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activites, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4) Writing activites, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5) Drawing activites, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activites, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan,

membuat konstruksi, model mereperasi, bermain, berkebun, berternak.

7) Mental activites, sebagai contoh: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.


(55)

8) Emotiona lactivites, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Dari aktivitas yang dikemukakan diatas, aktivitas yang diamati dalam penelitian ini adalah Oral activities dan Mental activities.

2.3.2 Manfaat Aktivitas dalam Pembelajaran

Aktivitas siswa sangat penting untuk meraih prestasi belajar yang diharapkan, aktivitas yang dimaksud adalah kegiatan siswa dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelajar disekolah. Menurut Hamalik, (1994: 91) mengemukakan bahwa penggunaan azas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain:

1) siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri; 2) berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek siswa;

3) memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kelompok kerja;

4) siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemauan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individu; 5) memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan

kekeluargaan, musyawarah dan mufakat, membina dan memupuk kerjasama antar sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru dan orang tua siswa,yang bermanfaat dalam pendidikan siswa;

6) pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistic dan kongkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindari terjadinya verbalisme;

7) pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagai halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika;

Beberapa pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa berupa keaktifan dan keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang optimal, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar pada prinsipnya adalah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan dalam aktivitas belajar antara lain:


(56)

1) Bertanya kepada guru

2) memberikan pendapat dalam diskusi 3) menjawab pertanyaan

4) mengerjakan tugas

2.4 Hasil Belajar

Pengertian hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi dalam kegiatan belajar baik dikelas, disekolah maupun diluar sekolah. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah. Pada akhir proses belajar, suatu hal yang diperlukan siswa dalam mengikuti pelajaran yang dilakukan oleh guru adalah hasil belajar.

2.4.1 Pengertian Hasil Belajar

Setiap proses kegiatan pembelajaran selalu menghasilkan suatu hasil belajar, hasil belajar tersebut merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan dalam kegiatan belajar. Pengertian hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar baik dikelas, disekolah maupun diluar sekolah. Apa yang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh.

Menurut Dimyati dan Mujiono (2013: 4) bahwa hasil belajar merupakan hasil dari interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar pada akhir proses belajar. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2007: 31) bahwa hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian ,motivasi-motivasi,


(57)

apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Hasil belajar ini dikemukakan dalam bentuk angka huruf atau kata-kata ”baik, sedang, kurang, dan sebagainya”. Sedangkan hasil belajar yang dikemukakan oleh Sudjana ( 2005: 22 ) “Hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima hasil belajarnya” Jadi

hasil belajar merupakan hasil dari suatu proses belajar yang dilakukan individu baik merupakan pengetahuan dan kecakapan terhadap apa yang telah dipelajari

Hasil belajar mencerminkan adanya perubahan tingkah laku pada siswa. Ketercapaian tujuan pembelajaran atau hasil pengajaran sangat dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas siswa dalam belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri individu yang sedang belajar menggambarkan ciri-ciri perbuatan belajar sebagai berikut (1) belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan individu yang belajar, (2) perubahan itu pada hakikatnya adalah didapatnya kemampuan baru yang menetap dalam waktu yang relatif lama, (3) perubahan itu terjadi karena usaha, artinya individu yang belajar menjalani latihan atau pengalaman tertentu, dan (4) belajar tidak dapat diobsevasi secara langsung tetapi pengerjawantahannya pada kegiatan belajar individu (Bloom dalam Degeng, 1998: 80).

Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah segala sesuatu yang diperoleh atau dimilki siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh hasil belajar, dan untuk mengetahui hasil belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa setelah proses


(58)

belajar mengajar berlangsung. Adapun hasil belajar dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Suatu hal yang hendak diraih oleh siswa dalam mengikuti pelajaran yang dilakukan guru adalah hasil belajar, akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut.Faktor-faktor tersebut antara lain:

1) faktor Intern yaitu faktor jasmani (kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologis (intelegensi,perhatian,minat,motivasi,kematangan, dan kesiapan) dan faktor kelelahan.Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki siswa akan berpengaruh terhadap kesiapan,proses dan hasil belajar; 2) faktor ekstern yaitu faktor keluarga (caraorang tua mendidikrelasi antar

keluarga,suasana rumah,keadaan ekonomi,perhatian,dan latar belakang budaya),faktor sekolah dan faktor masyarakat (Slameto, 2003: 54-55). Faktor eksternal juga akan mempengaruhi persiapan, proses dan hasil belajar.

2.5 Tinjauan Mata Pelajaran IPS

Pelajaran IPS pada tingkat pendidikan dasar dan menengah sangat diperlukan. Pembelajaran IPS merupakan penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi Negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait,yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.Menurut Soemantri dalam Sapriya (2009: 11) pendidikan ilmu pengetahuan social adalah penyederhanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan


(1)

187 5.3.3 Kepada Sekolah

1) Bagi sekolah pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses dapat memberikan suatu solusi untuk meningkatkan motivasi, akivitas, dan hasil belajar siswa. Sehingga dapat meningkatkan kualitas siswa sekaligus akan meningkatkan kualitas sekolahan tersebut.

2) Memberikan dorongan kepada para guru untuk meningkatkan kualitas serta kemampuan khususnya dalam pembelajaran.

3) Melengkapi yang dibutuhkan para guru khususnya sarana dan prasarana pembelajaran. Selain itu, menciptakan hubungan kerja yang harmonis dan kekeluargaan.

4) Mengadakan pendidikan dan latihan untuk meningkatkan kualitas serta kemampuan guru dalam pembelajaran, atau mengirimkan para guru-guru sebagai peserta bila ada pendidikan dan latihan dari pemerintah dan swasta.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta

Ahmadi. Iif, Khoiri & Amri Sofyan. 2010. Konstruksi Pengembangan

Pembelajaran (Pengaruhnya terhadap Mekanisme dan Praktik

Kurikulum). Prenada Media Group. Jakarta.

Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode Dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Tindakan. Rineka Cipta. Jakarta Azhar, Ichwan. 1993. Struktural dan Kultural. Malaysia: Institut Alam dan

Tammadun Melayu.

Banks, James A. 1990. Teaching Strategies For The Social Studies. University of Washington, Seattle

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ). 2006. Tentang Standar Isi. Jakarta Baharuddin, Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. PT

Rineka Cipta. Jakarta

Conny, Semiawan. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Gramedia Widiaswara Indonesia. Jakarta

Darmojo dan Kaligis. 1992. Pendidikan IPA 2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Degeng, I Nyoman Sudana 1998. Ilmu Pengetahuan dan Taksonomi. Depdikbud. Jakarta

Depdikbub 1986 b:7. Kurikulum Pedoman Proses Belajar Mengajar. Depdikbud. Jakarta

Depdiknas 2004. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: Depdiknas


(3)

189 ________. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu SMP/MTs.

Jakarta : Depdiknas.

________. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Di Sekolah Dasar. Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.

Rineka Cipta. Jakarta.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan filsafat komunikasi. PT.Citra Aditya Bakti. Bandung.

Hamalik, Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta _____________ , 2007. Belajar yang Efektif dan Efisien. Rajawali. Jakarta

Herpratiwi, 2009.Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Lampung. Bandar Lampung

John Elliot. 1991. Action Research For Educational Change.Developing Teachers and Teaching.University Press. Philadelphia

Juhri, AM. 2006. Landasan dan Wawasan Pendidikan Suatu Pendekatan Kompetensi Guru, LP UM. Metro

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwigatama. 2009. Mengenal penelitian tindakan kelas. PT. Indeks. Bandung.

Margareth. E. Gredler. 2011. Learning and Instruction (Teori dan Aplikasi).Prenada Media Group. Jakarta.

Mulyana, Deddy. (2002). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

M. Mulyono. Anton, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Melvin L .Silberman, 2001. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Insani Madani. Yogyakarta

Ngalim Purwanto. 1994. Psikologi Pendidikan. PT Bumi Aksara. Bandung ______________, 2007. Psikologi Pendidikan. Remaja rosda Karya.Bandung


(4)

Numan Soemantri, 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung

Pargito. 2010. Dasar-Dasar Pendidikan IPS, PPS Pendidikan IPS. FKIP Unila. ______. 2011. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru dan Dosen. Universitas

Lampung

Purwanto.2008.Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar. Surakarta

Rasyid, Harundan Mansyur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung. CV. Wacana Prima

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran Edisi Revisi. PT. Rineka Cipta.Jakarta

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana prenada Media Group

Sapriya, 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. PT Remaja Rosda karya. Bandung.

Sardiman, AIM. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. PT rajawali Pers. Jakarta

Smaldino, Sharon E, 2012. Instructional Technology and Media for Learning. Kencana Prenada Media group. Jakarta

Slameto, 2003.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Karya. Jakarta

Slavin, R. E. 2000. Educational Psychology Theory, Research, and Practise, Fifth Edition. Allyn and Bacon Publishers. Massachusetts.

Smith, Mark K. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Mirza Media Pustaka. Yogyakarta

Solihatin, Etin Raharjo, 2009. Cooperatif Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta

Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rema Rosdakarya. Bandung


(5)

191 ____________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. PT Bumi

Aksara. Jakarta

Sumardi, Muljanto. 1992. Berbagai Pendekatan dalam pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.

Sutarto, Nanang Bambang Sunardi Peni. 2008. IPS untuk SMP?MTS kelas VIII. Pusat Pembukuan Depdiknas. Jakarta

Sutikno, Sobri M. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasi. Prospect. Bandung

Suryabrata, Sumadi. 1983. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset.

_______________. 1998. Psikologi pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Angkasa.

Sutikno, Sobri M. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect Syaiful Sagala. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfa Beta. Bandung. Trianto, 2007. Model – model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik.: Prestasi Pustaka Publisher.Surabaya

Trianto M.Pd. 2008. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan

Implementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). PT Bumi Aksara. Jakarta

Trihastuti. 2008. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prenada Media Group. Jakarta.

Undang-undang RI No.20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Usman. 2005. Pengolahan Citra Digital dan Tekhnik Pemrogramannya. Yogyakarta

Sumber buku Induk, Visi dan Misi SMPN 4 TerbanggiBesar. Lampung Tengah Wahyudi, Djaya, 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VIII Untuk SMP/MTs.

Intan Pariwara. Klaten.

Woolfolk, Anita. E. 1995. Educational Psychology. Allyn dan Bacon.Needham Heights.


(6)

Yaumi, Muhammad. 2001. Aktivitas Pembelajaran Dan Teori Aktivitas (Artikel).http;//www.scribd.com/doc/52173631/Aktivitas-Pembelajaran-Dan-Teori-Aktivitas diakses tgl.25 Mei 2011 pk.10.10


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII A SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERPIMPIN

0 3 28

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS VIII 5 SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 2 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 4 18

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GUNUNG MULYO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

0 6 79

INCREASING OF WRITING ABILITY THROUGH PROBLEM BASED LEARNING MODEL OF CLASS IX A SMP N 4 METRO ACADEMIC YEAR 2013/2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 4 METRO TAHUN PELAJARAN

0 8 81

IMPROVEMENT ACTIVITIES AND RESULTS OF LEARNING THROUGH IPS PROCESS SKILLS APPROACH TO STUDENT SMP CLASS OF STATE 4 TERBANGGI ACADEMIC YEAR 2013/2014 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA KELAS VIII S

0 9 118

THE BASIC SKILLS ENHANCEMENT OF SOCIAL KNOWLEDGE THROUGH NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) COOPERATIVE LEARNING PROCESS OF THE CLASS IX C EVEN SEMESTER IN SMP NEGERI 10 KOTABUMI NORTH LAMPUNG ACADEMIC YEAR 2012 - 2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR IPS MELALUI

0 12 93

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SDN 1 RAJABASA RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014/2015

0 3 59

IMPROVING LEARNING PROCESS AND STUDENT RESULTS LEARNING TO TUNE-UPMOTORCYCLE USING DEMONSTRATION METHODOF CLASS XI SMA N 1 PLAYEN YEAR STUDY2013/2014

0 0 11

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BIOLOGI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA KELAS X DEVELOPMENT OF BIOLOGY LEARNING MODULE BIODIVERSITY MATERIAL TO BOOST SCIENCE PROCESS SKILLS AND LEARNING RESULT FOR GRADE HIGH SCHOOL

1 1 11