16 berwujud kongkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak
dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak
dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme Budiningsih, 2005: 21
2.1.2. Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat
mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan faktor utama dan
pertama yang perlu dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauh
mana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan proses pendidikan. Jika potensi yang ada pada setiap
peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta didik akan mengetahui dan memahami serta menguasai
materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
Pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para
calon guru dan para guru demi untuk mensukseskan proses pembelajaran dikelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif peserta didik, guru akan mengalami kesulitan
dalam membelajarkan peserta didik dikelas yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan
17 untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi
dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Menurut Piaget dalam Depdiknas, 2004 aspek perkembangan kognitif meliputi
empat tahap, yaitu: 1 Sensory-motor sensorimotor
Selama berkembang dalam periode ini berlangsung sejak anak lahir sampai usia 2 tahun, intelegensi anak tersebut masih berbentuk primitif dalam arti masih
didasarkan pada prilaku terbuka. Meskipun primitif dan terkesan tidak penting, intelegensi sensori-motor sesungguhnya merupakan intelegensi dasar yang amat
berarti karena ia menjadi pondasi untuk tipe-tipe intelegensi tertentu yang akan dimiliki anak tersebut kelak.
2 Pre-operasional pra-operasional Perkembangan ini bermula pada saat anak berumur 2-7 tahun dan telah memiliki
penguasaan sempurna mengenai objek permanence, artinya anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang ada walaupun benda
tersebut sudah ia tinggalkan atau dan tidak didengar lagi. Jadi, pandangan terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dari pandangan pada periode sensory-
motor, yakni tidak lagi bergantung pada pengamatan belaka. 3 concrete operational konkret-operasional
Periode konkret oprasional ini berlangsung hingga usia menjelang remaja, kemudian anak mulai memperoleh tambahan kemampuan yang di sebut system of
operations satuan langkah berfikir. Kemampuan ini berfaedah bagi anak untuk