Akan tetapi, Samani 2009 mengatakan bahwa tipe investor di Indonesia cenderung berorientasi pada yield. Tipe investor seperti ini akan
membeli obligasi pada saat harga obligasi turun lalu menyimpannya hingga jatuh tempo. Jika harga obligasi naik, yield yang diperoleh akan tetap tinggi.
Kemudian meskipun harga obligasi turun karena tingkat BI Rate naik, akan terhindar dari kerugian sebab investor tidak melakukan cut loss. Oleh karena
itu, adanya fluktuasi tingkat BI Rate tidak akan mempengaruhi YTM karena sebagian besar investor Indonesia berorientasi pada yield. Hasil ini
menguatkan penelitian Firmanto 2014 yang menyebutkan variabel BI Rate tidak berpengaruh terhadap YTM.
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Yield to Maturity
Hasil penelitian ini menemukan bahwa secara statistik Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap YTM. Dapat dilihat dari nilai
signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari tingkat signifikansi yang disyaratkan yaitu 0,099 0.05. Akan tetapi memiliki arah koefisien regresi
yang negatif pada 0,001. Variabel Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap YTM
disebabkan adanya penurunan YTM ketika Ukuran Perusahaan mengalami kenaikan pada 2 tahun awal periode penelitian. Hal itu terjadi pada data
variabel Ukuran Perusahaan yang mengalami kenaikan signifikan sebesar 13,05 sedangkan YTM mengalami penurunan sebesar 0,16 pada periode
2011-2012. Namun antara tahun 2012 hingga 2013 terjadi kenaikan Ukuran
Perusahaan sebesar 5,85 dan diikuti YTM sebesar 1,12 dengan dihitung dari rata-rata rasio setiap periode penelitian. Akan tetapi, selisih fluktuasi
antara Ukuran dan YTM pada periode 2012-2013 tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan selisih fluktuasi Ukuran Perusahaan dan YTM pada
periode 2011-2012. Hasil ini menguatkan penelitian Surya 2011 yang menyebutkan variabel Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap YTM.
4. Pengaruh Utang Perusahaan terhadap Yield to Maturity
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Utang Perusahaan secara statistik berpengaruh terhadap YTM. Dapat dilihat dari nilai signifikansi
yang dihasilkan lebih kecil dari tingkat signifikansi yang disyaratkan yaitu 0,033 0.05 dengan arah koefisien regresi positif sebesar 0,001. Dengan
demikian, berdasar hasil tersebut bahwa hipotesis 4 diterima. Hal ini sesuai dengan pendapat Bodie, dkk 2006 yang menyatakan
bahwa rasio leverage yang terlalu tinggi menunjukkan utang yang berlebihan, dan menandakan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tidak
akan mampu menciptakan laba yang cukup untuk membayar kewajiban obligasinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan tingginya rasio DER
maka akan mengindikasikan semakin tingginya risiko perusahaan dimasa yang akan datang sehingga akan berdampak pada tingginya yield obligasi
perusahaan.