Hubungan Panjang-Berat Ikan Biotik Lingkungan .1 Jenis-jenis Ikan yang Diperoleh dari Setiap Stasiun

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU ciri seksual sekunder terdiri atas dua jenis. Jenis pertama menyangkut organ yang merupakan alat bantu pada pemijahan seperti alat bantu kopulasi, penempatan telur ovipositor, dan pengeraman. Jenis kedua adalah organ yang tidak mempunyai hubungan kegiatan reproduksi secara keseluruhan. Ciri seksual sekunder bertalian dengan bentuk dan warna bagian tertentu tubuh ikan. Perbedaan seksual antara jantan dan betina berdasarkan perbedaan bentuk disebut dimorfisme seksual, sedangkan yang didasarkan perbedaan warna disebut dikromatisme seksual. Ciri seksual sekunder dapat bersifat permanen atau sementara. Reproduksi merupakan salah satu mata rantai dalam siklus kehidupan yang terkait dengan mata rantai lainnya,yang akan menjamin kelangsungan hidup spesies. Siklus reproduksi pada ikan akan tetap berlangsung selama fungsi reproduksi masih normal. Faktor-faktor yang mengontrol siklus reproduksi di perairan terdiri atas faktor fisika, kimia dan biologi. Ikan yang hidup di daerah tropis, faktor fisika yang mengontrol siklus reproduksi terutama temperatur, arus air dan substrat. Faktor kimia meliputi gas-gas terlarut, pH, nitrogen dan metabolitnya, serta zat buangan yang berbahaya bagi ikan. Faktor biologi internal meliputi faktor fisiologis individu dan respon terhadap berbagai pengaruh lingkungan dan faktor eksternal meliputi patogen, predator dan kompetisi sesama spesies atau dengan spesies lain Bye 1984 dalam Suryaningsih 2012.

4.1.6 Hubungan Panjang-Berat Ikan

Hubungan panjang-berat ikan dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Data hubungan Panjang-berat ikan No Spesies b Pola Pertumbuhan 1 Hampala macrolepidota 3,435918 Allometrik + 2 Leptobarbus hosii 0,046338 Allometrik - 3 Lobocheilus schwanenfeldii 0,243458 Allometrik - 4 Neolisocheilus sumatranus 0,715307 Allometrik - 5 Puntius binotatus 0,323088 Allometrik - 6 Tor tambra 0,996728 Allometrik - 7 Homaloptera sp. 12,10283 Allometrik + 8 Mastacembelus unicolor 3,262324 Allometrik + 9 Mystus olyroides 15,41722 Allometrik + 10 Glypthotorax platygonoides 1,198837 Allometrik - Keterangan: tanda - alometrik negatif, tanda + alometrik positif Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU Tabel 9 menunjukkan pola pertumbuhan seluruh spesies di sungai Asahan adalah berbeda-beda yaitu Hampala macrolepidota, Homaloptera sp., Mastacembelus unicolor dan Mystus olyroides bersifat allometrik positif yang artinya pertumbuhan berat lebih dominan dibandingkan panjang sedangkan Neolisocheilus sumatranus, Puntius binotatus, Tor tambra, Leptobarbus hosii, Lobocheilus schwanem dan Glypthotorax platygonoides bersifat allometrik negatif yang artinya pertambahan panjang lebih dominan atau lebih cepat dibandingkan berat. Hal ini mungkin disebabkan pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh kualitas suatu perairan. Dalam penelitian ini diperoleh nilai intensitas cahaya 142-660 Candela yang memungkin ikan bergerak lebih banyak sehingga pertumbuhan ikan lebih dominan pada pertambahan panjang. Selain itu unsure hara yang terkandung seperti nitrat dan posfat berpengaruh terhadap dominannya pertambahan berat ikan. Menurut Haetami et al., 2005 pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu: bobot tubuh, sex, umur, kesuburan, kesehatan, pergerakan, aktivitas biomassa dan konsumsi oksigen. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik terdiri dari tekanan, suhu, kandungan oksigen air, buangan metabolit CO 2 , NH 3 , pH, cahaya dan musim. Menurut Effendi 1997 secara biologis nilai b berhubungan dengan kondisi ikan, sedangkan kondisi ikan bergantung pada makanan, umur, jenis kelamin dan kematangan gonad. Nilai hubungan panjang berat b digunakan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan di alam. Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU Hubungan keeratan panjang dan berat masing-masing spesies ikan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

1. Ikan Sibaru Hampala macrolepidota

Gambar 14. Grafik hubungan panjang-berat ikan Hampala macrolepidota Hubungan panjang-berat ikan dapat dilihat keeratannya pada gambar 14 yaitu R 2 =1. Artinya keeratan panjang dan berat ikan adalah 100. Bila nilai R 2 sama dengan 1 maka hubungannya sangat kuat. Persamaan yang diperoleh adalah W= 0,99L 3,43 dengan nilai b=3,43 yang artinya nilai b3 maka pola pertumbuhan ikan Hampala macrolepidota adalah allometrik positif atau pertambahan berat lebih dominan daripada pertambahan panjang. Hal ini dapat disebabkan keberadaan ikan yang lebih dominan untuk diam tanpa melakukan banyak pergerakan sesuai dengan kuat arus yang lambat dalam perairan. Menurut Rahardjo et al., 2011 pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dalam dan faktor ekstrinsik luar. Faktor intrinsik adalah faktor yang timbul dari dalam diri ikan itu sendiri, meliputi antara lain sifat keturunan, umur, ukuran, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan memanfaatkan makanan. Faktor ekstrinsik meliputi sifat fisik dan kimiawi perairan serta komponen hayati seperti ketersediaan makanan dan kompetisi. Pengaruh masing-masing faktor ekstrinsik di alam sulit dipisahkan satu dari yang lain, karena sering bekerja bersama dalam menimbulkan pengaruh. W = 0,99L 3,43 R² = 1 10 20 30 40 50 60 10 20 30 40 50 B er a t g r Panjang cm Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

2. Ikan Leptobarbus hosii Jelawat

Gambar 15. Grafik hubungan panjang-berat ikan Leptobarbus hosii Hubungan panjang-berat ikan dapat dilihat keeratannya pada gambar 15 yaitu R² =0,904. Artinya keeratannya panjang dengan berat ikan adalah sekitar 90,4. Bila nilai R² mendekati satu maka hubungannya semakin kuat. Persamaan yang diperoleh adalah W=1L 0,04 dengan nilai b=0,04 yang artinya nilai b3 maka pola hubungan pertumbuhan ikan Leptobarbus hosii adalah allometrik negatif atau pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat. Hal ini dapat disebabkan unsur hara rendah di perairan yang menyebabkan ikan tersebut harus melakukan banyak pergerakan untuk mencari makanan dan biasa juga disebabkan arus deras yang menyebabkan ikan harus cepat bergerak. Menurut Batu 1982 dalam Madinawati et al. 2011 nutrisi adalah bahan baku yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup suatu organisme, digunakan oleh sel-sel tubuh untuk pembentukan bagian tubuh dan untuk energi dan metabolisme suatu organisme.

3. Ikan Lobocheilus schwanenfeldii Kasau

Gambar 16. Grafik hubungan panjang-berat ikan Lobocheilus schwanenfeldii W=1L0,04 R² = 0.904 -5 5 10 15 20 2 4 6 8 10 12 14 B er a t g r Panjang cm W=1L0,24 R² = 0.938 2 4 6 8 10 12 14 16 2 4 6 8 10 12 14 B er a t g r Panjang cm Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU Hubungan panjang-berat ikan dapat dilihat keeratannya pada gambar 16 yaitu R² =0,938. artinya keeratan panjang dengan berat ikan adalah 93,8. Bila nilai R 2 mendekati satu maka hubunganna semakin kuat. Persamaan yang diperoleh adalah W=1L 0,24 dengan nilai b=0,24 yang artinya nilai b3 maka pola pertambahan ikan Lobocheilus schwanenfeldii adalah allometrik negatif yang artinya pertambahan panjang lebih cepat daripada berat. Hal ini dapat disebabkan intensitas cahaya yang rendah menyebabkan ikan harus banyak bergerak untuk mencari makan. Menurut Rahardjo 2007 perubahan cepat dalam intensitas cahaya merupakan faktor penting dalam pencarian makanan.

4. Ikan Neolisocheilus sumatranus Jurung Batu

Gambar 17. Grafik hubungan panjang-berat ikan Neolisocheilus sumatranus Gambar 17 menunjukkan hubungan keeratan panjang dan berat R 2 ikan adalah 0,952 yang menandakan panjang dan berat ikan Neolisocheilus sumatranus di ketiga stasiun sangat erat yaitu 95,2. Artinya panjang dan berat ikan ini saling mempengaruhi. Persamaan panjang-berat ikan W=1L 0,71 dengan nilai b=0,71. Maka, nilai b ikan Neolisocheilus sumatranus lebih kecil dari 3 dan menandakan pola pertumbuhan yang allometrik negatif. Hal ini dapat disebabkan nilai kepadatan ikan ini tinggi yang menyebabkan kompetisi terhadap makanan semakin tinggi. Menurut Christense 1989 dalam Sarwono agustina 2002, pada kepadatan yang tinggi, ruang gerak ikan menjadi sempit sehingga kompetisi terhadap oksigen dan makanan menjadi meningkat. W=1L0,71 R² = 0.952 -20 20 40 60 80 100 120 140 5 10 15 20 25 30 35 40 B er a t g r Panjang cm Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

5. Ikan Puntius binotatus pora-pora

Gambar 18. Grafik hubungan panjang-berat ikan Puntius binotatus Gambar 18 menunjukkan hubungan keeratan panjang dan berat ikan Puntius binotatus dengan R² = 0,993 yang artinya hubungan panjang dan berat sangat kuat. Persamaan hubungan panjang-berat ikan Puntius binotatus adalah W=1L 0,32 dengan nilai b=0,32 atau pola pertumbuhan adalah allometrik negatif. Hal ini dapat disebabkan karena substratnya batu besar yang menyebabkan kuat arus semakin besar dan pergerakan ikan pun semakin banyak. Menurut Effendie 2002 faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan digolongkan menjadi dua bagian besar yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam pada umumnya sukar dikontrol antara lain keturunan, seks, umur, parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan ialah makanan, suhu perairan dan faktor kimia perairan, antara lain oksigen, karbondioksida, hidrogen sulfida, keasaman dan alkalinitas.

6. Ikan Tor tambra Jurung

Gambar 19. Grafik hubungan panjang-berat ikan Tor tambra W=1L0,32 R² = 0.993 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 4 6 8 10 B er a t g r Panjangcm W=1L0,99 R² = 0.857 2 4 6 8 10 12 14 16 2 4 6 8 10 12 B er a t g r Panjang cm Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU Gambar 19 menunjukkan hubungan keeratan panjang dan berat ikan Tor tambra yaitu R² = 0,857 yang artinya panjang dan berat ikan memiliki hubungan yang erat. Persamaan hubungan panjang dan berat ikan W=1L 0,99 dengan nilai b=0,99 yang menandakan pola pertumbuhannya adalah allometrik negatif yang artinya pertambahan panjang lebih dominan dibandingkan dengan pertambahan berat. Hal ini dapat disebabkan kurangnya ketersediaan makanan yang cocok untuk ikan Tor tambra. Menurut Sulastri et al., 1985 dalam Haryono 2009 menyatakan ikan ini merupakan omnivora dan suka memakan buah.

7. Ikan Homaloptera ophiolepis Icur

Gambar 20. Grafik hubungan panjang-berat ikan Homaloptera ophiolepis Gambar 20 menunjukkan hubungan keeratan panjang dan berat ikan Homaloptera ophiolepis dengan nilai R²=1 yang artinya hubungan panjang dan berat ikan sangat kuat. Persamaan hubungan panjang-berat ikan Homaloptera ophiolepis adalah W=0,004L 12,10 dengan nilai b=12,10 atau pola pertumbuhan allometrik positif. Menurut Effendi 1992 kisaran nilai b adalah 1,2-5,1 dan umumnya berkisar pada nilai 2,5-3,5. Nilai b yang berada di luar kisaran 2,5-3,5 maka ikan tersebut mempunyai bentuk tubuh di luar kebiasaan bentuk tubuh jenisnya atau pola pertumbuhanya tidak normal. Bentuk tubuh ikan ini adalah ostraciform. W=0,004L12,10 R² = 1 2 4 6 8 10 12 14 16 18 10,1 10,2 10,3 10,4 10,5 10,6 10,7 10,8 10,9 11 11,1 B er a t g r Panjang cm Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

8. Ikan Mastacembelus unicolor Sili

Gambar 21. Grafik hubungan panjang-berat ikan Mastacembelus unicolor Gambar 21 menunjukkan hubungan keeratan panjang dan berat ikan Mastacembelus unicolor dengan nilai R² = 1 yang artinya hubungan panjang dan berat berhubungan sangat kuat. Persamaan hubungan panjang-berat ikan Mastacembelus unicolor adalah W=1L 3,26 dengan nilai b=3,26 atau pola pertumbuhan adalah allometrik positif yang artinya pertambahan berat lebih dominan dibandingkan dengan pertambahan panjang. Mineral seperti kalsium, natrium dan ion lainnya secara alami juga dibutuhkan oleh tubuh ikan baik untuk pembentukan sel-sel maupun kelangsungan proses metabolisme tubuh dan vitamin dibutuhkan terutama untuk mengontrol pertumbuhan. Menurut Sahwan 2003 dalam Madinawati et al., 2011 menyatakan karbohidrat merupakan zat sumber energi bagi ikan, dan pada umumnya berasal dari tumbuhan. Lemak berguna sebagai energi cadangan, membantu penyerapan vitamin terlarut dalam lemak dan melindungi organ-organ vital bagi ikan.

9. Ikan Mystus olyroides Baung

Gambar 22. Grafik hubungan panjang-berat ikan Mystus olyroides W=1L3,26 R² = 1 10 20 30 40 50 0,5 1 1,5 2 2,5 B er a t g r Panjang cm W=0,0005L15,41 R² = 0.932 10 20 30 40 50 60 2 4 6 8 10 12 14 16 18 B er a t g r Panjang cm Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU Gambar 22 menunjukkan hubungan keeratan panjang dan berat ikan Mystus olyroides dengan nilai R² = 0,932 yang artinya hubungan panjang dan berat berhubungan sangat kuat. Persamaan panjang-berat ikan Mystus olyroides adalah W=0,0005L 15,41 dengan nilai b=15,41 atau pola pertumbuhannya adalah allometrik positif. Menurut Effendie 2002 selama dalam pertumbuhan, tiap pertambahan material ikan akan bertambah panjang dimana perbandingan liniernya akan tetap. Dalam hal ini dianggap bahwa berat ikan yang ideal sama dengan pangkat tiga dari panjangnya dan berlaku untuk ikan kecil atau besar. Bila terdapat perubahan panjang atau sebaliknya, akan menyebabkan perubahan nilai perbandingan.

10. Ikan

Glypthotorax platygonoides Kating Gambar 23. Grafik hubungan panjang-berat ikan Glypthotorax platygonoides Gambar 23 menunjukkan hubungan keeratan panjang dan berat ikan Glypthotorax platygonoides dengan nilai adalah R² = 0,912 yang menandakan hubungan pajang-berat ikan tersebut berhubungan sangat erat. Persamaan panjang dan berat ikan Glypthotorax platygonoides adalah W=1L 1,19 dengan nilai b=1,19 dan menunjukkan nilai b3 yang artinya pola pertumbuhan ikan tersebut adalah allometrik negatif. Hal ini dapat disebabkan kurang asupan makanan untuk ikan tersebut. Menurut Haetami, et al. 2005,faktor nutrisi termasuk faktor biotik yang meliputi ketersediaan makanan dan kompetisi pengambilan makanan. Diantara faktor tersebut, nutrisi merupakan faktor mengontrol dan ukuran ikan mempengaruhi potensi tumbuh suatu individu. Sedangkan suhu air mempengaruhi seluruh kegiatan dan proses kehidupan ikan yang meliputi pernafasan, reproduksi W=1L1,19 R² = 0.912 2 4 6 8 10 12 14 16 2 4 6 8 10 12 14 B er a t g r Panjang cm Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU dan pertumbuhan. Jika suhu air meningkat sampai batas tertentu, maka laju metabolisme meningkat yang pada gilirannya meningkatkan konsumsi dan pertumbuhan ikan. 4.2 Abiotik Lingkungan Hasil pengukuran faktor fisik-kimia perairan Sungai Asahan dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini. Tabel 10. Data pengukuran faktor fisik-kimia perairan Sungai Asahan pada setiap stasiun No . Parameter Satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

A. Parameter Fisika