DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
4.1.4 Indeks Similaritas Ikan IS
Nilai Indeks Similaritas IS pada setiap stasiun dapat dilihat pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Data Indeks Similaritas ikan IS di setiap stasiun
IS Stasiun 1
Stasiun 2 Stasiun 3
Stasiun 1 -
40 33,3
Stasiun 2
- -
20
Stasiun 3
- -
- Tabel 7 menunjukkan nilai indeks similaritas antar stasiun. Indeks similaritas
tertinggi terdapat pada stasiun 1 dan stasiun 2 yaitu sebesar 40 yang artinya kedua stasiun memiliki kesamaan spesies yang sangat mirip. Sedangkan indeks
similaritas terendah terdapat pada stasiun 2 dan stasiun 3 yaitu sebesar 20 yang artinya kedua stasiun tidak mirip. Ketidakmiripan antara kedua habitat dapat
disebabkan kondisi lingkungan perairan di kedua habitat berbeda sedangkan kemiripan kedua habitat juga disebabkan kondisi lingkungan yang sama. Menurut
Odum 1971 nilai IS berkisar antara 0-1. Jika IS mendekati 0 berati tingkat kesamaan rendah dan sebaliknya jika nilai IS mendekati 1 maka tingkat kesamaan
tinggi. Perbedaan aktivitas pada setiap stasiun mempengaruhi kondisi habitat ikan
termasuk adanya aktivitas perkebunan di sekitar stasiun. Pada dasarnya setiap stasiun perkebunan yang menggunakan bahan kimia seperti pestisida dan pupuk
kimia terserap langsung pada arborbsi tanah yang akan terbawa ke perairan. Menurut Clarke 1975 dalam Rudiyanti Ekasari 2009 pestisida yang masuk
dalam tubuh organisme akan mengalami proses-proses yang sama dengan benda- benda asing. Proses tersebut yaitu absorbsi, distribusi dan akumulasi. Pestisida
masuk dalam tubuh ikan dapat melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan dan kulit. Pada saluran pencernaan, pestisida yang ada dalam usus akan mengalami
proses absorbsi dan distribusi. Di hepar akan terjadi detoksikasi dan akumulasi racun. Hal ini sangat mempengaruhi penyebaran ikan dalam suatu habitat.
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
4.1.5 Rasio Kelamin Ikan
Rasio kelamin ikan di Sungai Asahan dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Rasio Kelamin masing-masing spesies ikan di Sungai Asahan
No Spesies Stasiun 1
Stasiun 1 Stasiun 1
Jantan:Betina Jantan:Betina
Jantan:Betina 1
Hampala macrolepidota
- -
- 2
Leptobarbus hosii
- -
- 3
Lobocheilus schwanenfeldii
2:1 3:1
- 4
Neolisocheilus sumatranus
4,5:8,5 -
1:1 5
Puntius binotatus
- -
- 6
Tor tambra -
- -
7 Homaloptera
ophiolepis -
- -
8 Mastacembelus
unicolor -
- -
9 Mystus olyroides
- 2:1
- 10
Glypthotorax platygonoides
- 1:1
Tabel 8 menunjukkan rasio kelamin ikan dari masing-masing spesies ikan yang diperoleh berbeda-beda. Rasio kelamin ikan Hampala macrolepidota,
Leptobarbus hosii, Puntius binotatus, Tor tambra, Homaloptera sp. dan Mastacembelus unicolor tidak diketahui. Hal ini dapat disebabkan perbedaan
kondisi sebagian ikan yang belum matang gonad. Kematangan gonad sangat dipengaruhi oleh faktor kondisi lingkungan dimana terutama suhu.
Menurut Agusnar 2007, kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat seperti, jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun, kecepatan reaksi
kimia meningkat, kehidupan ikan dan hewan lainnya terganggu dan jika batas suhu yang mematikan terlampaui ikan dan hewan air lainnyaa mungkin akan mati.
Menurut Lagler et al., 1962 dalam Haryono 2009 menyatakan ikan mempunyai penampakan yang berbeda antara jantan dan betina yang bisa dilihat
berdasarkan ciri primer ovarium dan testes maupun ciri sekunder bentuk badan, warna, ukuran pada umur yang sama, turberkel atau tubus dan sebagainya.
Menurut Rahardjo et al., 2011, menyatakan pada beberapa spesies tertentu, jenis jantan dan betina dapat diamati dari ciri seksual sekundernya,
meskipun kadangkala tidak memberikan hasil yang positif. Dilihat dari fungsinya,
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
ciri seksual sekunder terdiri atas dua jenis. Jenis pertama menyangkut organ yang merupakan alat bantu pada pemijahan seperti alat bantu kopulasi, penempatan
telur ovipositor, dan pengeraman. Jenis kedua adalah organ yang tidak mempunyai hubungan kegiatan reproduksi secara keseluruhan. Ciri seksual
sekunder bertalian dengan bentuk dan warna bagian tertentu tubuh ikan. Perbedaan seksual antara jantan dan betina berdasarkan perbedaan bentuk disebut
dimorfisme seksual, sedangkan yang didasarkan perbedaan warna disebut dikromatisme seksual. Ciri seksual sekunder dapat bersifat permanen atau
sementara. Reproduksi merupakan salah satu mata rantai dalam siklus kehidupan
yang terkait dengan mata rantai lainnya,yang akan menjamin kelangsungan hidup spesies. Siklus reproduksi pada ikan akan tetap berlangsung selama fungsi
reproduksi masih normal. Faktor-faktor yang mengontrol siklus reproduksi di perairan terdiri atas faktor fisika, kimia dan biologi. Ikan yang hidup di daerah
tropis, faktor fisika yang mengontrol siklus reproduksi terutama temperatur, arus air dan substrat. Faktor kimia meliputi gas-gas terlarut, pH, nitrogen dan
metabolitnya, serta zat buangan yang berbahaya bagi ikan. Faktor biologi internal meliputi faktor fisiologis individu dan respon terhadap berbagai pengaruh
lingkungan dan faktor eksternal meliputi patogen, predator dan kompetisi sesama spesies atau dengan spesies lain Bye 1984 dalam Suryaningsih 2012.
4.1.6 Hubungan Panjang-Berat Ikan