Rasio Kelamin Hubungan Panjang-Bobot Metode STORET

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

3.6.2 Rasio Kelamin

Penentuan jenis kelamin ikan dapat dilakukan dengan cara pembedahan yaitu dengan melihat gonad jantan dan gonad betina, atau mengeluarkan cairan sperma dan telur dengan mengurut bagian perut dekat lubang kelamin. Menurut Efendie 1997, sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksinya yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina dan pada ikan jantan testis dengan pembuluhnya. Sifat seksual sekunder ikan dapat dilihat melalui sifat morfologi dari ikan jantan dan betina. Pada ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik daripada ikan betina. Rasio kelamin dapat dicari menggunakan rumus sebagai berikut: RK=jb Dimana: RK : Rasio Kelamin j : Jantan b : Betina

3.6.3 Hubungan Panjang-Bobot

Hubungan Panjang-Bobot ikan dpat dilakukan untuk melihat pola pertumbuhan ikan di alam, yang ditentukan dengan rumus sebagai berikut Effendie, 1997: W= aL b Dimana: W : Bobot tubuh ikan g L : Panjang total ikan cm a : Konstanta b : Koefisien pertumbuhan Pendekatan regresi linier dilakukan untuk melihat hubungan kedua parameter tersebut. Nilai b digunakan untuk menduga laju pertumbuhan kedua parameter yang dianalisis. Hipotesis yang digunakan adalah: 1. Jika b=3 maka disebut isometrik pola pertumbuhan panjang sama dengan pola pertumbuhan berat. Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 2. Jika b≠3 disebut allometrik yaitu: a. Jika b3 disebut allometrik positif pertumbuhan berat lebih dominan b. Jika b3 disebut allometrik negatif pertumbuhan panjang lebih dominan

3.6.4 Metode STORET

Metode Stored digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan menggunakan Indeks Kualitas Air IKA STORET . Baku mutu yang digunakan dalam indeks STORET adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 kelas 2 baku mutu air peruntukan budidaya perikanan dan pariwisata. Prinsip dari metode STORET adalah membandingkan data kualitas air dengan baku mutu air Tabel 1 yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Tabel 1. Baku mutu air berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 Parameter Satuan Baku Mutu Fisika Intensitas Cahaya Candela - Suhu o C Deviasi 3 Penetrasi Cahaya Meter - Arus Sungai ms - Kimia pH - 6-9 DO Mgl 3 BOD Mgl 6 Kadar Nitrat - 10 Kadar Phosfat - 0,2 Keterangan: Tanda - menyatakan parameter tersebut tidak dipersyaratkan Gonawi, 2009. Cara untuk menentukan status mutu air dengan menggunakan sistem nilai dari “US-EPA Enviromental Protection Agency dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi mutu air Skor Kelas Karakteristik Kualitas Air A Baik sekali -1 sd -10 B Baik -11 sd -30 C Tercemar sedang ≤ -31 D Tercemar berat Sumber: Canter 1997 dalam Saputra 2009 Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU Menurut Saputra 2009, prosedur yang dilakukan dalam penentuan kualitas air dengan metode storet adalah menghitung nilai maksimum, minimum, dan rata-rata setiap parameter kualitas air yang diamati, lalu dicantumkan dalam satu tabel. Dibandingkan nilai rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum dari masing-masing parameter kualitas air tersebut dengan nilai baku mutu air. Jika nilai dari hasil pengukuran tersebut memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi skor 0 nol. Jika nilai tersebut tidak memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi skor tertentu sebagai berikut Tabel 3: Tabel 3. Pemberian skor dalam penentuan indeks STORET Jumlah Data Nilai Parameter Fisika Kimia 10 Maksimum -1 -2 Minimum -1 -2 Rata-rata -3 -6 ≥10 Maksimum -2 -4 Minimum -2 -4 Rata-rata -6 -12 Sumber: Canter 1997 dalam Saputra 2009

3.6.5 Analisis Korelasi