Interpretasi Okinawa Reversion Agreement

menyetujui beberapa proposal dari Amerika Serikat yang ditujukan kepada PBB untuk menetapkan beberapa pulau Jepang menjadi wilayah perwalian Amerika Serikat, diantaranya Nansei Shoto termasuk Kepulauan Ryukyu dan Kepulauan Daito; bagian selatan Sofu GanNanpo Shoto termasuk Kepulauan Bonin, Rosario, dan Volcano; dan Pulau Parece Vela dan Pulau Marcus. Amerika Serikat juga memiliki hak untuk melaksanakan segala kekuasaan administrasi, legislasi, dan jurisdiksi atas pulau-pulau tersebut termasuk laut teritorial. Melihat pada definisi Kepulauan Senkaku sendiri, yang termasuk dalam Nansei Shoto, wilayah Prefektur Okinawa, maka dalam hal ini Jepang belum memiliki secara penuh kedaulatan Kepulauan Senkaku, karena masih dikuasai Amerika Serikat secara administrasi. Kepulauan Senkaku yang merupakan wilayah administrasi Amerika Serikat ini juga dikuatkan dengan USCAP Proclamation tertanggal 25 Desember 1953.

2.4.3. Interpretasi Okinawa Reversion Agreement

Traktat terakhir, yang merefleksikan penguasaan terakhir Amerika Serikat atas Kepulauan Senkaku adalah Okinawa Reversion Agreement. Dalam bagian pembukaan pertama, Perdana Menteri Jepang dan Presiden Amerika Serikat, bersama-sama meninjau kembali bahwa dalam tanggal 19, 20, dan 21 November 1969, status Kepulauan Ryukyu dan Kepulauan Daito menunjuk pada Okinawa dalam Joint Communique antara Perdana Menteri Jepang dan Presiden Amerika Serikat yang diterbitkan pada tanggal 21 November 1969. Dalam bagian pertimbangan, terlihat bahwa Amerika Serikat melepaskan haknya pada Kepulauan Ryukyu dan Kepulauan Daito, sebagaimana dikutip: Considering that the United States of America desires, with respect to the Ryukyu Islands and the Daito Islands, to relinquish in favor of Japan all rights and interests under Article 3 of the Treaty of Peace with Japan signed at the city of San Francisco on September 8, 1951, and thereby to have relinquished all its rights and interests in all territories under the said Article; Mempertimbangkan bahwa keinginan Amerika Serikat, dengan rasa hormat kepada Pulau Ryukyu dan Daito, dalam rangka mengembalikan kepada Jepang seluruh hak dan kepentingannya di bawah Article 3 Treaty of Peace with Japan, yang ditandatangani di San Fransisco tanggal 8 September 1951, dan dengan demikian mengembalikan seluruh hak dan kepentingan di seluruh wilayah tersebut di bawah Article yang dimaksud .... Pelepasan hak administrasi Amerika Serikat, menurut bagian pertimbangan dalam perjanjian di atas, mengacu pada Article 3 dari Treaty of Peace with Japan San Fransisco Peace Treaty, yang sudah disahkan sebelumnya. Berarti perjanjian ini sebagai tindaklanjut dari Treaty of Peace with Japan. Kemudian, Jepang berkehendak ingin melaksanakan kekuasaanya di seluruh wilayah kepulauan Ryukyu dan Daito tersebut, sebagaimana dinyatakan: “Considering further that Japan is willing to assume full responsibility and authority for the exercise of all powers of administration, Iegislation and jurisdiction over the territory and inhabitants of the Ryukyu Islands and the Daito Islands ....” Dalam hal ini, Jepang berkehendak agar mengambil tanggungjawab penuh untuk melaksanakan kekuasaanya, baik administrasi, legislasi, dan jurisdiksi atas wilayah Kepulauan tersebut. Untuk penyerahan Kepulauan Ryukyu dan Daito, yang termasuk dalam Prefektur Okinawa, dijelaskan dalam Article 1 perjanjian tersebut. Dalam angka 1, Amerika Serikat secara eksplisit menyatakan bahwa ia melepaskan demi kebaikan untuk Jepang segala hak dan kepentingannya di bawah Article 3 Treaty of Peace with Japan, yang mulai efektif atau berlaku sejak hari ini, untuk menyelenggarakan kewenangannya dan segala kekuasaanya administrasi, legislasi, dan yurisdiksi di seluruh Kepulauan Ryukyu dan Daito. Penjelasan lebih lanjut mengenai batas geografis wilayah Kepulauan Ryukyu dan Kepulauan Daito terdapat dalam Agreed Minutes yang melengkapi isi dari Okinawa Reversion Agreement, yang mana dari Agreed Minutes tersebut, Kepulauan Senkaku masuk di dalamnya. Dari pernyataan ini, dapat dianalisis bahwa Amerika Serikat, dengan sukarela menyerahkan hak dan kepentingannya, sebagaimana sesuai dengan penyerahan kedaulatan wilayah melalui cessi, yaitu dengan cara sukarela voluntary cession. Akhirnya, dengan Okinawa Reversion Agreement ini maka Jepang pun mendapatkan kedaulatan penuh terhadap Okinawa, khususnya Kepulauan Senkaku. Dengan demikian, secara sederhana, di bawah ini menggambarkan alur traktat perjanjian dari masa pra Perang Dunia Kedua hingga pasca Perang Dunia Kedua, yang mana Tiongkok dan Jepang, khususnya, terlibat dalam pihak traktat.

2.5. Protes Tiongkok atas Okinawa Reversion Agreement bertentangan