Interpretasi Treaty of Peace with Japan

Terlihat dari Traktat Shimonoseki sendiri adalah akibat Perang Tiongkok dan Jepang, dengan tujuan untuk mengembalikan perdamaian kedua negara tersebut, sebagaimana terdapat dalam pembukaan traktat: His Majesty the Emperor of Japan and His Majesty the Emperor of China, desiring to restore the blessings of peace to their countries and subjects and to remove all cause for future complications, have named as their Plenipotentiaries for the purpose of concluding a Treaty of Peace Yang Mulia Penguasa Jepang dan Yang Mulia Penguasa Tiongkok, keinginan untuk mengembalikan perdamaian kepada negara masing-masing dan subyek dan menghapuskan seluruh penyebab kesulitan, menamai sebagaimana keinginan duta besar dalam menutup kesulitan tersebut dengan sebuat traktat perdamaian .... Dari interpretasi Traktat Shimonoseki di atas, maka Jepang tidak memperoleh Kepulauan Senkaku berdasarkan Traktat Shimonoseki, khususnya yang tercantum dalam Article 2 di atas.

2.4.2. Interpretasi Treaty of Peace with Japan

Traktat yang lain, yang menjadi titik tolak klaim kedua negara ini adalah Treaty of Peace with Japan. Traktat ini mengiringi Jepang yang menyerah kepada negara-negara Sekutu. Article 3 sendiri, dapat dilihat menggunakan interpretasi tekstual dan teleologikal. Pertama, dengan interpretasi teleologikal. Perlu diperhatikan pula bahwa Jepang, dalam hal ini ia sudah masuk kedalam PBB, yang berarti bahwa Jepang harus mematuhi Piagam PBB. Hal ini juga terlihat dalam kalimat pembuka traktat tersebut yang menyatakan bahwa: WHEREAS Japan for its part declares its intention to apply for membership in the United Nations and in all circumstances to conform to the principles of the Charter of the United Nations; to strive to realize the objectives of the Universal Declaration of Human Rights; to seek to create within Japan conditions of stability and well-being as defined in Articles 55 and 56 of the Charter of the United Nations Mengingat Jepang dalam bagiannya mendeklarasikan perhatiannya untuk memenuhi keanggotaan PBB dan di segala keadaan mengkonfirmasikan prinsip Piagam PBB; untuk berusaha mewujudkan Deklarasi Universal HAM; untuk menciptakan kondisi stabilitas Jepang dan sebagaimana didefinisikan dalam Article 55 dan 56 Piagam PBB .... Kedua, menggunakan interpretasi tekstual. Khusus mengenai wilayah, yang menjadi poin utama, terdapat dalam Bab II Article 2 hingga Article 4. Dalam Article 2, Jepang melepaskan segala hak dan klaimnya atas beberapa wilayah, antara lain Korea Kepulauan Quelpart, Port Hamilton dan Dagelet; Formosa dan Pescadores; Kepulauan Kurile dan Kepulauan Sakhalin yang saat ini merupakan teritori Rusia; wilayah Antartika, dan Kepulauan Spratly dan Paracel. Dalam Article 2 ini Jepang juga menerima tindakan dari Dewan Keamanan PBB pada tanggal 2 April 1947 dalam rangka memperluas sistem perwalian pada Kepulauan di sekitar Pasifik di bawah mandat Jepang. Article 3 menjelaskan bahwa Jepang menyetujui beberapa proposal dari Amerika Serikat yang ditujukan kepada PBB untuk menetapkan beberapa pulau Jepang menjadi wilayah perwalian Amerika Serikat, diantaranya Nansei Shoto termasuk Kepulauan Ryukyu dan Kepulauan Daito; bagian selatan Sofu GanNanpo Shoto termasuk Kepulauan Bonin, Rosario, dan Volcano; dan Pulau Parece Vela dan Pulau Marcus. Amerika Serikat juga memiliki hak untuk melaksanakan segala kekuasaan administrasi, legislasi, dan jurisdiksi atas pulau-pulau tersebut termasuk laut teritorial. Melihat pada definisi Kepulauan Senkaku sendiri, yang termasuk dalam Nansei Shoto, wilayah Prefektur Okinawa, maka dalam hal ini Jepang belum memiliki secara penuh kedaulatan Kepulauan Senkaku, karena masih dikuasai Amerika Serikat secara administrasi. Kepulauan Senkaku yang merupakan wilayah administrasi Amerika Serikat ini juga dikuatkan dengan USCAP Proclamation tertanggal 25 Desember 1953.

2.4.3. Interpretasi Okinawa Reversion Agreement