Interpretasi Article 2 Traktat Shimonoseki

Prefektur Okinawa, sedangkan untuk point kedua, dalam rangka pengumuman, Jepang telah mengelurkan keputusan kabinet tanggal 14 Januari 1895. Namun, untuk point dua dan empat sendiri, Jepang tidak dapat membuktikan bahwa ia menempati Kepulauan Senkaku tanpa ada protes dan berlangsung dalam waktu yang lama. Seperti terlihat dalam hasil penelitian di atas, Tiongkok telah melayangkan protesnya pada Desember 1971 dan protes ini berakibat pula penguasaan Jepang atas Kepulauan Senkaku dalam waktu yang singkat, yang berarti Jepang tidak dapat memperoleh kedaulatan atas Kepulauan Senkaku melalui preskripsi daluarsa. Berarti, Jepang tidak memperoleh kedaulatan Kepulauan Senkaku dengan cara preskripsi.

2.3. Conquest penaklukananeksasi

Penaklukan yang dilakukan Jepang terhadap wilayah Tiongkok terjadi pada saat Perang Tiongkok-Jepang. Perang ini menendakan bahwa Jepang merebut beberapa wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Tiongkok, seperti Kepulauan Formosa dan Pescadores yang saat ini menjadi wilayah Taiwan. Namun, untuk Kepulauan Senkaku sendiri, tidak direbut oleh Jepang dari hasil penaklukan, sebagaimana tertuang dalam Traktat Shimonoseki penjelasan lebih lanjut akan diuraikan dalam interpretasi Traktat Shimonoseki di bawah.

2.4. Traktat

2.4.1. Interpretasi Article 2 Traktat Shimonoseki

Perang yang terjadi antara Jepang dan Tiongkok Sino-Japanese War, yang dimenangkan oleh Jepang, menghasilkan sebuah traktat, yaitu Traktat Shimonoseki, yang disahkan pada tanggal 17 April 1895, yang mulai berlaku pada tanggal 8 Mei 1895. Perlu menjadi catatan bahwa Jepang memperoleh kedaulatan pertama kali atas wilayah dari Tiongkok dalam Traktat Shimonoseki ini melalui conquest aneksasipenaklukan, yang mana Taiwan Pulau Formosa dan Pescadores menjadi wilayah koloni Jepang pada saat itu. Penaklukan ini mengiringi Traktat Shimonoseki, khususnya Article 2 dengan cessi beberapa wilayah yang sebelumnya dikuasai Tiongkok kepada Jepang. Dalam Article 2, yang merupakan bagian yang sangat krusial yang menjadi masalah antara Jepang dan Tiongkok terhadap Kepulauan Senkaku, menurut Penulis, tidak ditemukan adanya penyerahan Kepulauan Senkaku dan tidak ada pernyataan secara tegas Kepulauan Senkaku dalam Article 2 traktat tersebut. Jika menggunakan kaidah interpertasi dalam Vienna Convention on the Law of Treaties 1969 selanjutnya disebut Konvensi Wina 1969; mulai berlaku tanggal 27 Januari 1980 42 , dengan interpretasi penggunaan kata, maka dalam traktat Article 2 hanya menyebutkan bahwa Tiongkok menyerahkan wilayah yang termasuk kedaulatannya kepada Jepang, dengan wilayahnya yaitu bagian selatan provinsi Fêngtien [dari mulut sungai Yalu hingga sungai An-ping; dari Fêng-huang hingga Hai-cheng; dari Ying-kow, yang mana batas demarkasi pembatas yang ditunjuk adalah sungai Liao]; bagian Timur Teluk Liao-tung; bagian utara Laut Kuning; Kepulauan Formosa beserta semua pulau yang berada dalam wilayahnya; dan Kepulauan Pescadores. Karena travaux preparationes dalam traktat ini tidak tersedia, maka dilihat dari interpretasi tujuan dan kegunaan Traktat Shimonoseki. 42 Walaupun berlaku pada Januari 1980, namun konvensi ini karena adanya established rules dapat diberlakukan pada perjanjian pra-Konvensi, seperti dalam “material breach” 1920 League of Nations Mandate di Namibia Case South West Africa, Beagle Channel Arbitration, dan 1881 ArgentinaChile Treaty, lihat Rebecca M.M Wallace, Op.Cit., h. 196. Terlihat dari Traktat Shimonoseki sendiri adalah akibat Perang Tiongkok dan Jepang, dengan tujuan untuk mengembalikan perdamaian kedua negara tersebut, sebagaimana terdapat dalam pembukaan traktat: His Majesty the Emperor of Japan and His Majesty the Emperor of China, desiring to restore the blessings of peace to their countries and subjects and to remove all cause for future complications, have named as their Plenipotentiaries for the purpose of concluding a Treaty of Peace Yang Mulia Penguasa Jepang dan Yang Mulia Penguasa Tiongkok, keinginan untuk mengembalikan perdamaian kepada negara masing-masing dan subyek dan menghapuskan seluruh penyebab kesulitan, menamai sebagaimana keinginan duta besar dalam menutup kesulitan tersebut dengan sebuat traktat perdamaian .... Dari interpretasi Traktat Shimonoseki di atas, maka Jepang tidak memperoleh Kepulauan Senkaku berdasarkan Traktat Shimonoseki, khususnya yang tercantum dalam Article 2 di atas.

2.4.2. Interpretasi Treaty of Peace with Japan