Pengungkapan Sumber Daya Mineral yang berada di Kepulauan Protes Tiongkok atas Okinawa Reversion Agreement dan pendudukan

Gambar 1.1. Peta Kepulauan Senkaku Berdasarkan Agreed Minutes Okinawa Reversion Agreement sumber: “The Senkaku Islands”, Ministry of Foreign Affairs Japan Dari Agreed Minutes di atas, dengan batas-batas geografis yang digambarkan dalam peta Jepang, maka Kepulauan Senkaku saat ini masuk ke dalam wilayah Jepang dan secara legal menjadi wilayah integral Jepang.

2.7. Pengungkapan Sumber Daya Mineral yang berada di Kepulauan

Senkaku oleh the United Nations Economic Commission for Asia and the Far East ECAFE Pada tahun 1968 dan 1969, dilaksanakan survey oleh Komisi Ekonomi PBB untuk Asia dan Timur Jauh ECAFE, dari Dewan Ekonomi dan Sosial PBB. 31 Survey tersebut dimungkinkan bahwa di wilayah perairan Kepulauan Senkaku terdapat banyak sekali cadangan hidrokarbon. 32 Setelah survei tersebut dilakukan, dilaporkan bahwa wailayah laut yang dangkal di antara Jepang dan Taiwan kemungkinan mengandung sumber daya mineral minyak bumi, yang juga dimungkinkan sama dibandingkan dengan Teluk Persia. 33 Hal ini pula yang memunculkan permasalahan pada Kepulauan Senkaku, khususnya klaim antara 31 Seokwoo Lee, Op.Cit., h. 6. 32 Ibid. 33 Dalam UN 1970: hal 51-67; Park, 1973, hal. 248-249 dan Suganuma, 200, hal. 129- 131, dalam Ibid. Jepang dan Tiongkok dalam hal ini Tiongkok yang memulai melakukan protesnya.

2.8. Protes Tiongkok atas Okinawa Reversion Agreement dan pendudukan

Jepang terhadap Kepulauan Senkaku Atas kedua hal ini, menjadi catatan bahwa pemerintah Tiongkok pun merasa keberatan, dan mengklaim bahwa terjadi perundingan backroom yang illegal. 34 Pernyataan protes ini diutarakan Tiongkok pada Desember 1971, sebagaimana mengutip pernyataan Kementerian Luar Negeri Tiongkok: Recently, the government of the United States and Japan concluded the Okinawa Reversion Agreement, arbitrarily including the Diaoyu Islands among territories to be reversed to Japan. This is a blatant violation of Tiongkok’s territorial sovereignty...The Diaoyu Islands have been Tiongkok’s territory since ancient times. As early as in the Ming Dynasty 1368- 1644, they were placed under the jurisdiction of Tiongkok’s naval defenses as affiliated islands of Taiwan. They were never under the jurisdiction of Ryukyu, today’s Okinawa...However, during the First Sino-Japanese War of 1894, Japan illegally occupied the Diaoyu Islands and in April 1895 forced the Qing court to sign the unfair Treaty of Shimonoseki that ceded to Japan “the island of Formosa Taiwan, together with all islands appertaining or belonging to the said island of 34 white paper “Diaoyu Dao, an Inherent Territory of China,” Kementrian Luar Negeri Tiongkok, http:www.fmprc.gov.cnengtopicsdiaodaot973774.shtml, diunduh pada tanggal 14 Maret 2013 pukul 22.45. Formosa”, as well as the Penghu Islands Baru-baru ini, Pemerintah Amerika Serikat dan Jepang menandatangani the Okinawa Reversion Agreement, secara arbiter termasuk Kepulauan Diaoyu di antara wilayah yang dibalikkan kepada Jepang. Ini adalah pelanggaran yang mencolok mata dari wilayah kedaulatan Tiongkok... Kepulauan Diaoyu sudah menjadi milik Tiongkok sejak dahulu kala. Awal dari Dinasti Ming 1386-1644, mereka menempatkan Kepulauan tersebut di bawah yurisdiksi angkatan laut Tiongkok sebagai wilayah yang menyatu dengan Taiwan. Kepulauan tersebut tidak pernah di bawah yurisdiksi Ryukyu, yang saat ini adalah Okinawa... Bagaimanapun juga, berdasarkan Perang Tiongkok-Jepang pertama kali tahun 1894, Jepang dengan illegal menduduki Kepulauan Diaoyu dan pada bulan April 1895 memaksa Pengadilan Qing untuk menandatangani Traktat Shimonoseki secara tidak adil yang diserahkan kepada Jepang “Pulau Formosa Taiwan, bersama dengan seluruh pulau yang mencakupi atau termasuk Pulau Formosa”, sebagaimana Kepulauan Penghu. 35 Selain pada saat disahkannya Okinawa Reversion Agreement ini, yang mana Kepulauan Senkaku diserahkan kembali kepada Jepang, Tiongkok juga 35 “The Senkaku Islands,” Ministry of Foreign Affairs MOFA Japan, February 2013, http:www.mofa.go.jpregionasia-pacisenkakubasic_view.html, diunduh pada tanggal 5 April 2013 pukul 23.45, lihat juga dalam white paper “Diaoyu Dao, an Inherent Territory of Tiongkok,” http:www.fmprc.gov.cnengtopicsdiaodaot973774.shtml, diunduh pada tanggal 14 Maret 2013 pukul 22.45. mengklaim Kepulauan tersebut Senkaku pada saat Jepang dan Taiwan memulai membicarakan tentang pengeksplorasian sekitar Kepulauan Senkaku. 36 Setelah disahkannya Okinawa Reversion Agreement, maka Jepang pun melaksanakan kontrol terhadap kepulauan tersebut berupa: 1 Patroli dan penegakan hukum. misalnya penegakan hukum terhadap illegal fishing oleh kapal nelayan asing; 2 Pengadaan pajak pada pemilik Kepulauan di bawah kepemilikan pribadi. di Pulau Kuba.; 3 Tanah milik negara yang dikelola oleh negara, di wilayah Pulau Taisho, Pulau Uotsuri; 4 Adapun Pulau Kuba dan Pulau Taisho, Pemerintah Jepang telah menawarkan kedua pulau tersebut kepada Amerika Serikat sejak tahun 1972 sebagai fasilitas militer di bawah the Japan-U.S. Status of Forces Agreement; dan 5 Penelitian oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Prefektur Okinawa misalnya Pemanfaatan dan pengembangan penelitian oleh Okinawa Development Agency konstruksi heliport sementara, dan lain-lain tahun 1979, penelitian perikanan oleh Prefektur Okinawa tahun 1981, Penelitian 36 People`s Daily 18 Mei 1970, 4 dan 29 Desember 1970, dalam Reinhard Drifte, “Japanese Chinese territorial disputes in the East Tiongkok Sea – between military confrontation and economic cooperation,” Working paper, Asia Research Centre, London School of Economics and Political Science, London, UK, 2008, h. 6. mengenai albatros ditugaskan oleh the Environment Agency tahun 1994. 37

2.8. Pembelian Kepulauan Senkaku