BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Hasil Penelitian
Kepulauan Senkaku Diaoyu, yang menjadi permasalahan sengketa antara Tiongkok dan Jepang, adalah juga permasalahan menyangkut legalitas
kepemilikan dilihat dari sistem hukum internasional. Kedua negara ini beargumen bahwa masing masing memiliki hak atas kedaulatan Kepulauan ini. Jepang sendiri
memiliki beberapa point-point bukti bahwa ialah yang berhak atas kedaulatan kepulauan senkaku, dengan berdasar atas okupasipreskripsi dan cessi. Penulis
menggunakan metode pembagian waktu periodisasi, agar memudahkan dalam menjelaskan bagaimana sejarah dari Kepulauan Senkaku itu sendiri.
1. Keadaan Kepulauan Senkaku Sebelum Perang Dunia Kedua 1895-1945
1.1. Penemuan Kepulauan Diaoyu oleh Tiongkok
Kepulauan Senkaku, sebelum dikenal, menurut sejarah penemuan antara Tiongkok dan Jepang disebut Kerajaan Ryukyu, yang merupakan wilayah tribute
kedua negara tersebut. Pada awal abad keenambelas, Tiongkok secara bertahap, melalui misinya
1
mengunjungi Kerajaan Ryukyu. Pada masa Dinasti Ming,
1
Misi tersebut diantaranya dari misi Dinasti Ming, yaitu Chen Kan 1532, Kuo Ju Lin 1561, Xiao Chong 1576, dan Xia Ziang 1606; dan misi dari Dinasti Qing, yaitu Zhang Xueli
1663, Wang Chi 1683, Xu Baoguang 1709, dan Zhou Huang 1755, dalam Martin Lohmeyer, Op.Cit., h. 46-57.
Tiongkok mengirim utusan dalam rangka upacara pelantikan raja dari Kerajaan Ryukyu.
2
Dari beberapa misi tersebut, diberikan beberapa catatan records dari penjelajah perjalanan seperti mengenai batas-batas kerajaan Ryukyu, letak
geografis, dan kejadian-kejadian pada saat mereka melakukan perjalanan menuju Kerajaan Ryukyu
3
. Bahkan Kepulauan Diaoyu Senkaku dijadikan sebagai lokasi mereka untuk memperoleh tumbuh-tumbuhan yang dijadikan bumbu masakan dan
menangkap ikan
4
. Tiongkok, pula, tidak pernah mendirikan tempat berdiam bagi para penduduk ataupun personil militer pada kepulauan tersebut dan tidak pernah
membangun angkatan laut yang permanen di perairan perbatasan.
5
1.2. Penemuan Kepulauan Senkaku oleh Jepang
Akhir dari beberapa misi ini, sebelum Jepang melakukan penemuan discovery, rakyat dari kerajaan Ryukyu mulai mamberikan rasa hormatnya
kepada Jepang daripada Tiongkok, dengan menamai Pulau Diaoyu sebagai Pulau Uotsuri
6
. Kemudian pada tahun 1884, Tatsuhiro Koga, melakukan penemuan di
2
Seokwoo Lee, Op.Cit., h. 88, ‘... in the travel accounts of the Chinese envoys sent by the Ming Dynasty to hold investiture ceremonies for the kings of the Ryukyu Islands’.
3
Semisal misi Chen Kan, menulis “We sailed past Pingjia Mountain, then Diaoyu Island, Huangwei Island and Chiwei Island, using only one day to cover a distance which
normally required three days. Kume Hill1, which belongs to the Ryukyu naishu Liuqiu zhe appeared on the evening of the eleventh day…”, dalam Martin Lohmeyer, Op.Cit.., h. 46-57, ini
juga digunakan Tiongkok sebagai klaim atas Kepulauan Diaoyu, lihat white paper “Diaoyu Dao, an
Inherent Territory
of China”,
Kementerian Luar
Negeri Tiongkok,
http:www.fmprc.gov.cnengtopicsdiaodaot973774.shtml, dikunjungi pada tanggal tanggal 4 April 2013 pukul 07.35.
4
Ibid., h. 57.
5
Cheng Tao, “The Sino-Japanese Dispute over the Tiao-yu-tai Senkaku Islands and the Law of Territorial Acquisition,” Virginia Journal of International Law, Winter 1974, h 244-
246, h. 260, dalam Mark E. Manyin, Senkaku DiaoyuDiaoyutai Islands Dispute: U.S. Treaty Obligations, Congressional Research Service, 2013, h. 2.
6
Martin Lohmeyer, Op.Cit., h. 57, ‘The last Chinese envoys to the kingdom were noticing that the Ryukyuans were becoming more and more japanized than their own people once
sinicized them. Apparently, they felt the pressure to “respect” the Japanese more than to honour
Kepulauan Senkaku. Dia mencoba untuk mengusahakan lahan tandus Kepulauan Senkaku.
7
Setelah Koga melakukan penemuan, ia mengirim surat kepada pemerintahan prefektur Okinawa agar ia dapat mengusahakan lahan di Kepulauan
Senkaku tersebut. Setelah melalui beberapa pertimbangan, pemerintah Jepang mengeluarkan keputusan kabinet pada tanggal 14 Januari 1895, yang bertuliskan:
The Home Minister has requested a cabinet decision on the
following matter: the islands, Kuba-shima Huangwei yu and Uotsuri-shima
Diaoyu-yu, located
north-westward of
Yaeyama Islands under the jurisdiction of Okinawa Prefecture,
[huruf tebal dari penulis] have heretofore been uninhabited islands. Due to recent visits to the said islands by individuals
attempting to conduct fishing related business, and such matters
may require regulation, it is decided that the islands be placed under the jurisdiction of Okinawa Prefecture [huruf tebal dari
penulis]. Based on this decision, the Okinawa Prefectural Governor’s petition should be approved Kementerian Dalam
Negeri sudah meminta keputusan kabinet berikut ini: Kepulauan, Kuba-shima Huangwei yu dan Uotsuri-shima Diaoyu-yu
terletak di barat laut Kepulauan Yaeyama di bawah yurisdiksi Prefektur Okinawa, oleh karena pulau yang tidak ditempati.
Berdasarkan kunjungan ke pulau tersebut oleh sorang penduduk mencoba untuk mengadakan pencarian ikan berkenaan dengan
the Chinese explaining that they started Ryukyu or Japanese names to identify the Diaoyu Island as Uotsuri’.
7
Makino Kiyoshi, Igunkuba Jima Shoshi, h. 66, dikutip dalam: Unryu Suganuma, Sovereign Rights and Territorial Space in Sino-Japanese Relation, 1rst ed., 2000, h. 9, dalam
Ibid., h. 58.
bisnis, dan beberapa hal lainnya membutuhkan pengaturan, diputuskan bahwa Kepulauan tersebut ditempatkan di bawah
yurisdiksi Prefektur Okinawa.
8
Dalam keputusan kabinet tersebut, Kepulauan Senkaku the islands, Kuba- shima, dan Uotsuri-shima tergabung dalam wilayah Yaeyama, Perfektur
Okinawa Setelah melalui proses yang cukup panjang, pada tahun 1896, ia mendapatkan hak dari pemerintahan Jepang untuk menggunakan empat pulau
Uotsuri, Huangwei Dao, Bei Xiaodao, dan Nan Xiaodao selama tigapuluh tahun.
9
Kemudian setahun setelah keputusan kabinet tersebut dikeluarkan, Pemerintahan Meiji Jepang mengeluarkan Imperial Decree nomor 13 pada
tanggal 5 Maret 1896, yang mana dekrit tersebut menyatakan:
Art.1 Imperial Decree:
Excluding the two areas of Naha and Shuri, the rest of Okinawa Prefecture is to be divided into the following five counties:
Shimajiri County Each magiri traditional regional unit of
Shimajiri Kume-Jima; Kerama Islands group; Tonaki-jima; Aguni-jima;
Iheya-jima Islands group, Torishima and Daito-jima. Nakagami County Each magiri of Nakagami
Kunigami County Each magiri of Kunigami; and Ie-jima Miyako County Miyako Islands group
8
Ryukyu Government, “Reference 3: Official Documents,“ History of Okinawa Prefecture, Vol. 13, 1967, h. 593 , dalam, Ibid., h. 66.
9
Ibid., h. 70.
Yaeyama County Yaeyama Islands group
Art. 2 Imperial Decree:
In the event that the boundaries or names of the counties need to be changed, they shall be decided by the Home Minister.”
10
Masa kemajuan tempat tinggal di pulau-pulau tersebut sampai pada tahun 1909, di mana 99 keluarga terdiri dari 148 orang hidup di pulau tersebut.
11
Di samping itu, pada tahun 1879 Kepulauan Senkaku menjadi agenda dari restorasi
Meiji, yang mana Jepang memiliki keinginan untuk memperluas wilayahnya sampai Kepulauan Senkaku.
12
1.3. Perang Tiongkok-Jepang Sino-Japanese War dan Traktat Shimonoseki