xliv
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Saluran Pemasaran
Dalam kegiatan pemasaran kakao di Desa Lau Sireme, Desa Lau Bagot, Desa Sukandebi, melibatkan petani sebagai produsen, pedagang pengumpul desa,
pedagang besar dan eksportir. Lembaga pemasaran tersebut masing-masing berfungsi untuk mempermudah penyaluran kakao dari produsen hingga ke
eksportir. Produsen adalah pihak pertama yang dalam kegiatan pemasaran Kakao. Produsen
atau petani menjual biji kakao kering kepada pedagang pengumpul desa, kemudian pedagang pengumpul desa menjual ke pedagang besar selanjutnya oleh
pedagang besar biji kakao tersebut dijual kepada eksportir. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, terdapat dua saluran pemasaran biji
kakao di daerah penelitian yaitu petani – pedagang pengumpul desa – pedagang Besar – eksportir, dan petani – pedagang besar – eksportir.
Gambar 2 . Skema Saluran Pemasaran Kakao Di Desa Sukandebi, Desa Lau
Bagot Dan Lau Sireme.
Petani biji
kakao kering
Pedagang Pengumpul
Desa Pedagang
Besar Ekspotir
Pedagang Besar
Ekspotir
Universitas Sumatera Utara
xlv Berdasarkan data deskriftif terhadap petani di daerah penelitian diketahui bahwa
petani yang menggunakan saluran pertama umumnya petani yang memiliki produksi yang sedikit 100 Kg dan kualitas kakao dengan grade rendah. Saluran
pertama disebutkan lebih praktis, efisien dan resiko dapat diminimalkan. 1.
Lebih praktis karena mudah menjual langsung kakao di lokasi usahatani, pedagang pengumpul desa yang berdomisili di desa setempat sehingga petani
dapat melakukan transaksi penjualan setiap hari. 2.
Lebih efisien karena petani dapat menghemat biaya transfortasi pengangkutan kakao.
3. Resiko dapat diminimalkan karena pedagang pengumpul desa menentukan
harga dengan mengukur grade kakao secara tradisional. Pedagang pengumpul desa tidak memiliki standart alat ukur, kakao dinilai dengan kemampuan alami
pedagang. Sehingga penentuan harga ditetapkan atas kesepakatan bersama antara petani dengan pedagang.
Sedangkan petani yang menggunakan saluran pemasaran yang kedua adalah
petani yang sudah dapat berproduksi dengan baik 100Kg dan menghasilkan biji kakao grade baik. Kakao kualitas baik yang dijual ke pedagang besar
umumnya memperoleh penambahan harga sehingga saluran kedua dianggap lebih menguntungkan.
Melalui data deskriftif terhadap petani diperoleh kakao yang dihasilkan oleh
petani yang menggunakan saluran pemasaran kedua lebih berkualitas karena petani menanam kakao secara khusus bukan secara tumpang sari, petani tersebut
melakukan perawatan khusus seperti pemupukan dan penyemprotan hama secara
Universitas Sumatera Utara
xlvi rutin dua bulan sekali. Petani yang menanam kakao secara tumpang sari hasilnya
lebih sedikit dan buah banyak yang busuk. Selain perawatan yang tidak rutin, tanaman sudah tertutup dari sinar matahari oleh tanaman lain disekitar tanaman
kakao. Kategori pemberian harga pada pedagang besar adalah kakao dengan grade baik
akan dihargai lebih mahal dan kakao grade rendah diberi sanksi pengurangan harga. Standar mutu kakao grade baik yang diharapkan ialah Kadar air 8,
sampah 4 , jumlah biji 115 dan keping kosong 2. Biji kakao dengan kategori grade yang ditetapkan akan diberi harga yang telah ditetapkan sedangkan kakao
yang kurang baik akan dikurangi harganya. Setiap penambahan 1 lebih baik diberi penambahan harga Rp200Kg, sebaliknya setiap penurunan 1 kualitas
lebih rendah diberi sanksi Rp200Kg. 5.1.1 Saluran Pemasaran I
Pada saluran pemasaran yang pertama petani menjual kakao kering kepada pedagang pengumpul desa. Umumnya petani menjual biji kakao kering kepada
pedagang pengumpul yang ada didesa untuk menghemat biaya transfortasi dan kemudahan bagi petani dalam menjual. Kisaran harga yang diterima olah petani
berkisar Rp16.500 – Rp17.400 per kilogram tergantung kondisi kakao.
Pedagang pengumpul desa biasanya tidak memiliki alat untuk mengukur kondisi kakao. Umumnya para pedagang pengumpul desa melakukan pemeriksaan biji
kakao secara tradisional. Harga ditetapkan berdasarkan kesepakatan antar petani dan pedagang pengumpul desa. Sebagian besar pedagang pengumpul desa akan
Universitas Sumatera Utara
xlvii melakukan penyortiran terhadap biji kakaonya sebelum dijual ke pedagang besar.
Hal tersebut dilakukan karena pada saat menjual ke pedagang besar biji kakao akan diukur pada standart gradenya. Alat ukur kadar air adalah carter, alat ukur
tersebut digunakan setelah mengambil sampel sebanyak 300 gram dengan alat suntik sampel. Sampel kemudian dibersihkan dari sampah dan keping kosong
kemudian dihitung jumlah bijinya. Biji kakao dengan kualitas grade baik akan diberi penambahan harga sedangkan biji kakao yang kurang baik akan diberi
sanksi berupa pemotongan harga. Pada umumnya harga jual pedagang pengumpul desa kepada pedagang besar berkisar Rp18.600 per kilogram.
Oleh pedagang besar biji kakao kering dijual kembali kepada eksportir di ibukota
provinsi dengan harga Rp19.900 per kilogram. Sedangkan eksportir menjual biji kakao dengan kualias ekspor dengan harga 2.424 kurs US 1= Rp9.149 atau
sekitar Rp22.177 perkilogramnya. 5.1.2
Saluran Pemasaran II
Pada saluran pemasaran yang kedua petani menjual kakao kering langsung kepada pedagang besar. Kisaran harga yang diterima olah petani berkisar Rp18.600 per
kilogram tergantung kondisi kakao. Petani yang umumnya memiliki kakao kualitas baik akan lebih tertarik menjual langsung ke pedagang besar karena harga
yang diterima lebih baik meskipun petani harus datang langsung ke lokasi gudang pedagang Besar. Adapula pedagang besar yang memberi fasilitas penjemputan
bagi petani yang memiliki minimal 100 kg biji kakao kering dan dibebankan biaya transportasi Rp100 per kilogramnya.
Universitas Sumatera Utara
xlviii Oleh pedagang besar biji kakao kering dijual kembali kepada eksportir di ibukota
provinsi dengan harga Rp19.900 per kilogram. Sedangkan eksportir menjual biji kakao dengan kualias eksport dengan harga 2.424 kurs US 1= Rp9149 atau
sekitar Rp22.177 perkilogramnya. Saluran pemasaran ini dianggap lebih merangkul petani untuk dapat menghasilkan
biji kakao yang sesuai standart. Petani menjadi lebih memperhatikan tanamannya sehingga menghasilkan biji kakao yang berkualitas. Saluran pemasaran ini akan
sangat menguntungkan baik bagi petani maupun eksportir, karena eksportir dapat memperoleh biji kakao kualitas ekspor. Eksportir biasanya akan memberi
dukungan seperti memberikan insentif bagi petani barupa penambahan harga bagi biji kakao yang berkualitas dan ditanam ramah lingkungan.
5.2 Fungsi-Fungsi Pemasaran
Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh para pelaku kegiatan pemasaran kakao didaerah penelitian berbeda-beda, seperi tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
xlix
Tabel 8. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan pelaku pemasaran kakao di daerah penelitian
Pelaku pemasaran
Fungsi Pemasaran
Jual Beli
Transp ortasi
Penge pakan
Pengeri ngan
Sortasi Mar Keting
Loss resiko
Petani + - + + + - + +
PPD + + + + + + + +
PB + +
+ + + + + + Eksportir + + +
+ -
+ + +
Keterangan : + = melakukan -
= tidak melakukan Pada tabel 8, para pelaku kegiatan pemasaran didaerah penelitian melakukan
fungsi pemasaran yang berbeda-beda. Meliputi kegiatan penjualan, pembelian, transfortasi, pengepakan, pengeringan, sortasi, marketing loss dan resiko. Petani
sebagai produsen melakukan fungsi pertukaran yaitu kegiatan menjual biji kakao kepada salah satu pedagang pengumpul desa atau pedagang besar. Petani juga
melakukan fungsi fisik transportasi yaitu pengangkutan biji kakao dari lokasi produsen ke lokasi pedagang pengumpul. Meskipun umumnya pedagang
pengumpul desa menjemput ke lokasi petani seringkali petani juga mengantar langsung kelokasi pedagang. Transportasi yang digunakan umumnya sepeda
motor, becak bahkan berjalan kaki. Pedagang pengumpul desa merupakan pedagang yang umumnya membeli biji
kakao kering dengan mendatangi langsung lokasi petani. Oleh pedagang pengumpul desa kakao yang sudah dikumpulkan akan dilakukan kegiatan sortasi
sebelum menjual lagi ke pedagang besar, diharapkan kakao tersebut sudah dapat
Universitas Sumatera Utara
l mencapai grade yang baik agar tidak mengurangi harga. Kakao yang sudah
disortir kemudian dikemas dalam karung dan diantar ke lokasi pedagang besar. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul desa adalah fungsi
pertukaran meliputi kegiatan membeli dan menjual, fungsi fisik yaitu transportasi, penyimpanan dan pengemasan.
Kakao yang telah sampai pada pedagang besar akan dikemas ulang. Pengemasan
dilakukan pada karung dengan berat 65,5 kilogram per karung. Kakao yang dikemas dipastikan sudah mencapai grade yang ditentukan. Fungsi pemasaran
yang dilakukan oleh pedagang besar meliputi fungsi pertukaran yaitu kegiatan membeli dan menjual, fungsi fisik yaitu transforasi, penyimpanan, pengemasan,
dan fungsi pelancar yaitu penyortiran. Oleh eksportir kakao disortir kembali sebelum kemudian dikemas ulang dengan
menggunakan kemasan dalam kardus seberat 25 Kg. Fungsi pemasaran yang dilakukan meliputi fungsi pertukaran yaitu kegiatan membeli dan menjual, fungsi
fisik yaitu transforasi, penyimpanan, pengemasan, dan fungsi pelancar yaitu penyortiran.
5.3 Analisis Margin Tataniaga
Analisis margin tataniaga dilakukan sebagai indikator efisiensi tataniaga. Besarnya margin tataniaga pada berbagai saluran pemasaran dapat berbeda,
karena tergantung pada panjang pendeknya saluran pemasaran dan aktifitas- aktifitas yang dilakukan dan keuntungan yang diharapkan oleh lembaga tataniaga
yang terlibat dalam saluran pemasaran.
Universitas Sumatera Utara
li
5.3.1 Analisis Margin Tataniaga Saluran Pemasaran I
Pada table ini dapat dilihat hasil analisis margin tataniaga, biaya tataniaga, margin keuntungan, dan nisbah margin keuntungan pada saluran pemasaran pertama.
Tabel 9. Biaya pemasaran, marjin keuntungan, dan nisbah keuntungan pedagang pengumpul desa pada saluran pemasaran I
No Lembaga Tataniaga RpKg
1 Petani Harga Jual Petani
17400 93.54
2 Pedagang Pengumpul Desa
Harga Beli PPD 17400
Biaya Pemasaran
537.5 2.89 Transportasi ke PB
100 0.53
Kemasan Goni
25 0.13
Upah Tenaga Kerja 50
0.27 Marketing
Loss 362.5 1.9
Margin Keuntungan
662.5 Nisbah Margin Keuntungan
1.23 Harga Jual Ke PB
18600 100
Dari tabel 9 diketahui bahwa fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul desa adalah transfortasi barang ke pedagang besar, membeli kemasan,
membayar ongkos tenaga kerja dan Marketing loss. Pedagang besar menyediakan fasilitas menjemput barang ke lokasi pedagang pengumpul desa dengan
membebankan biaya transfortasi sebesar Rp100Kg. Biaya transfortasi dibayarkan oleh pedagang pengumpul desa ke pedagang besar. Pengepakan dilakukan dengan
menggunakan goni plastik yang berkapasitas 80 Kg dengan harga Rp2000goni. Ongkos tenaga kerja dibayarkan kepada seorang tenaga kerja yang bekerja pada
hari pasar sebesar Rp100.000hari. Dalam satu hari pasar pedagang pengumpul dapat mengumpulkan 2 ton kakao. Maka biaya tenaga kerja sebesar Rp50Kg.
Universitas Sumatera Utara
lii Marketing loss
adalah berkurangnya berat kakao karena peyortiran dan penjemuran yang dilakukan sebesar 2 atau sekitar Rp 362.5kg.
Maka total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul desa adalah sebesar
Rp537.5Kg. Margin keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp662.5Kg.
Tabel 10. Biaya pemasaran, marjin keuntungan, dan nisbah keuntungan pedagang besar pada saluran pemasaran I
Dari tabel 10 diketahui bahwa fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang besar adalah membayar ongkos tenaga kerja untuk penjemuran dan pengepakan,
membeli kemasan, membayar sewa gudang dan listrik, biaya transfortasi ke eksportir, biaya bongkar muat dan marketing loss. Maka total biaya yang
dikeluarkan oleh pedagang besar adalah sebesar Rp522.74Kg. Margin keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp777.26Kg.
Tenaga kerja dibayar Rp 50.000hari dengan pembelian 15 ton perminggu. Pedagang besar mempekerjakan seorang kasir dan 5 orang buruh. Dengan waktu
No Lembaga Tataniaga RpKg
3 Pedagang Besar
Harga Beli PB 18600
93.46 Biaya
Pemasaran 522.74
Tenaga Kerja
penjemuran dan pengepakan 120 0.6
Kemasan Goni
29 0.14
Gudang + listrik 83.33
0.41 Transportasi
200 1
Bongkar Muat Di Eksportir 30.53
0.15 Marketing
Loss 59.88 0.3
Margin Keuntungan
777.26 Nisbah Margin Keuntungan
1.48 Harga Jual Ke Ekportir
19900 100
Universitas Sumatera Utara
liii kerja 6 hari perminggu. Kemasan yang digunakan adalah goni plasik dengan
kapasitas 65.5Kggoni dengan harga goni sebesar Rp1900goni. Biaya sewa gudang dan listrik Rp5.000.000bulan. Ongkos bongkar muat di eksportir sebesar
Rp2.000Karung. Marketing loss sebesar 0.3 .
Tabel 11. Biaya pemasaran, marjin keuntungan, dan nisbah keuntungan eksportir pada saluran pemasaran I
Dari tabel 11 diketahui bahwa fungsi pemasaran yang dilakukan oleh eksportir adalah biaya tenaga kerja, biaya membeli kemasan, biaya sewa gudang dan listrik,
biaya transfortasi ke pelabuhan, biaya dokumen dan bea cukai dan marketing loss. Maka total biaya yang dikeluarkan oleh eksportir adalah sebesar Rp770.993Kg.
Margin keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp1.506Kg. Dengan total produksi 800.000 Tonbulan, biaya tenaga kerja sebesar
Rp200.000.000Bulan. Kemasan dari kardus seharga Rp4000kardus dengan kapasitas 25 Kg. Biaya sewa kantor sekaligus gudang dan listrik sebesar Rp
No Lembaga Tataniaga
RpKg 4 Eksportir
Harga Beli Eksportir 19900
89.73 Biaya
Pemasaran 770.993
Tenaga Kerja
250 1.12 Kemasan
kardus 160 0.72
Gudang + listrik 31.25
0.14 Transportasi
45 0.20
Biaya Dokumen + bea cukai 41.383
0.18 Marketing
Loss 243.36 1.09
Margin Keuntungan
1506 Nisbah Margin Keuntungan
0.94 Marketing
Margin 4777
Harga Jual Eksportir 22177
100
Universitas Sumatera Utara
liv 25.000.000bulan. Biaya transportasi ke pelabuhan sebesar Rp900.000 untuk
20.000 Ton. biaya dokumen Rp2.000.000bulan dan bea cukai sebesar 85 kurs US 1 = Rp 9.149 untuk 20.000 Ton, dan marketing loss sebesar 1. Diperoleh
marketing margin untuk saluran pertama adalah sebesar Rp4.777Kg.
5.3.1 Analisis Margin Tataniaga Saluran Pemasaran II
Pada table 12 dapat dilihat hasil analisis analisis margin , biaya tataniaga, margin keuntungan, dan nisbah margin keuntungan untuk saluran pemasaran II adalah
Universitas Sumatera Utara
lv
Tabel 12. Marketing margin, biaya pemasaran, marjin keuntungan, dan nisbah keuntungan saluran Pemasaran II
Tingkat Lembaga Tataniaga
RpKg 1 Petani
Harga Jual Petani 18600
83.87 Biaya
pemasaran transportasi
100 0.45
Margin keuntungan
18500 2 Pedagang
Besar Harga Beli PB
18600 Biaya
Pemasaran 522.74
Tenaga Kerja
penjemuran dan pengepakan 120 0.54
Kemasan Goni
29 0.13 Gudang + listrik
83.33 0.37
Transportasi 200
0.9 Bongkar Muat Di Eksportir
30.53 0.14
Marketing Loss
59.88 0.27
Margin Keuntungan
777.26 Nisbah Margin Keuntungan
1.48 Harga Jual Ke Ekportir
19900 3 Eksportir
Harga Beli Eksportir 19900
Biaya Pemasaran
770.993 Tenaga
Kerja 250
1.12 Kemasan
kardus 160
0.72 Gudang + listrik
31.25 0.14
Transportasi 45 0.2
Biaya Dokumen + bea cukai 41.383
0.19 Marketing
Loss 243.36
1.09 Margin
Keuntungan 1506
Nisbah Margin Keuntungan 0.94
Marketing Margin
3577 Harga Jual Eksportir
22177 100
Pada tabel 12 ditunjukkan bahwa margin keuntungan untuk setiap tingkatan sama dengan margin keuntungan pada saluran I. Namun tanpa mengikutkan pedagang
pengumpul desa, petani ditambahkan biaya transfortasi ke pedagang besar sebesar
Universitas Sumatera Utara
lvi Rp100Kg. Diperoleh marketing margin saluran pemasaran II adalah sebesar
Rp 3.577Kg. Kondisi seperti ini akan sangat menguntungkan bagi petani jika menjual biji
kakao kering kepada pedagang besar secara langsung. 5.3 Efisiensi Pemasaran
Pada tabel 8 sampai 12 diketahui marketing margin kedua saluran pemasaran, yaitu Rp4.777 untuk saluran pemasaran I dan Rp3.577 untuk saluran pemasaran
II. Dalam Soekartawi 2002, jika diketahui efisiensi pemasaran lebih kecil dari 50 maka saluran pemasaran tersebut dikatakan efisien, sebaliknya jika lebih
besar dari 50 maka saluran pemasaran belum efisien.
Tabel 13 . Efisiensi Pemasaran Saluran
Pemasaran
Biaya Pemasaran
Rp Biaya Produk yang
Dipasarkan Rp Efisiensi
pemasaran
I 1831,233 22177
12,11 II
1397,733 22177 15,86
Untuk saluran pemasaran I, biaya pemasaran Rp1831,233 dengan biaya produk yang dipasarkan Rp22177. Maka besar efisiensi Pemasaran saluran I adalah
12,11. Untuk saluran pemasaran II, biaya pemasaran adalah sebesar Rp1393.733 dengan biaya produk yang dipasarkan Rp 22177. Maka efisiensi pemasaran
saluran II adalah 15,86.
Universitas Sumatera Utara
lvii Dari nilai efisiensi yang diperoleh diketahui bahwa saluran pemasaran kakao
sudah efisien. Saluran I dianggap yang paling efisien dengan selisih 3,75 dengan saluran II.
5.4. Hubungan Saluran Pemasaran Dengan Efisiensi Pemasaran