Psikologi kepribadian Batasan Istilah
naming, teknik cakapan, teknik pemikiran, teknik stream of consciousness atau arus kesadaran, teknik pelukisan perasaan tokoh, perbuatan tokoh, teknik sikap
tokoh, pandangan seorang atau banyak tokoh terhadap tokoh lain, pelukisan fisik, dan pelukisan latar. Hal tersebut selaras dengan pendapat Sudjiman 1991: 23-24
yang menjelaskan ada tiga metode penokohan yang menentukan watak tokoh. Pertama, metode analitik atau metode langsung, yaitu pengarang melalui narator
memaparkan sifat, hasrat, pikiran, dan perasaan sang tokoh, kadang ditambah komentar tentang watak tersebut. Kedua, metode tidak langsung yang disebut juga
metode ragaan atau metode dramatik, yaitu pembaca menyimpulkan watak tokoh dari pikiran, cakapan, dan lakuan tokoh, bahkan dari gambaran fisik yang disertai
komentar. Ketiga, metode kontekstual, yaitu watak tokoh disimpulkan dari bahasa yang digunakan narator yang mengacu pada tokoh. Ketiga metode ini dapat
digunakan bersama-sama dalam sebuah karya sastra. Tokoh fiksi juga dapat dibedakan berdasarkan watak atau karakternya,
yakni segi-segi yang mengacu pada perbauran antara minat, keinginan, emosi, dan moral yang membentuk individu tokoh. Untuk itu, dikenal adanya tokoh
sederhana dan tokoh kompleks Sayuti, 2000: 76. Adapun menurut Sudjiman 1991: 23 mendefinisikan penokohan sebagai penyajian watak tokoh dan
penciptaan citra tokoh dalam cerita. Dengan kata lain, penokohan merupakan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku, atau teknik penampilan tokoh-tokoh
cerita rekaan. Pengarang membentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan sehingga pembaca merasa berhadapan dengan manusia sebenarnya. Pelukisan
akan tokoh-tokoh ini meliputi aspek, fisik, psikis, dan sosiologis. Pelukisan aspek
fisik, misalnya meliputi keterangan umur, bentuk wajah, warna kulit, hidung, bibir, tinggi badan, postur tubuh, dan sebagainya. Aspek psikis dapat berupa
pelukisan atas segala pikiran, perasaan, kebiasaan, emosi, dan kemauannya. Aspek sosiologis digambarkan dengan memberikan keterangan yang berhubungan
dengan pekerjaan, lingkungan tempat tinggal, strata ekonomi, dan sebagainya. Dalam suatu lingkup kehidupan bermasyarakat pasti memiliki sistem
sosial, agama, dan kebudayaan yang telah disepakati. Adanya perbedaan antar kepentingan tiap individu bisa menimbulkan konflik. Konflik merupakan
gangguan atau pertentangan dalam suatu cerita rekaan atau drama yang dialami oleh diri tokoh itu sendiri maupun pertentangan dengan tokoh lain. Wellek dan
Warren 1989: 285 menyatakan bahwa konflik merupakan suatu dramatic, mengacu pada pertentangan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan
adanya aksi dan aksi balasan. Dengan demikian konflik adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan menyebabkan suatu aksi reaksi dari hal yang dipertentangkan
tokoh dalam suatu peristiwa. Menurut Nurgiyantoro 2000: 122 menjelaskan bahwa terdapat berbagai
permasalahan yang sering diangkat dalam sebuah karya fiksi misalnya permasalahan hubungan antar manusia, sosial, hubungan manusia dengan Tuhan,
dengan lingkungan, dengan diri sendiri, dan sebagainya. Setiap konflik yang ditampilkan oleh pengarang pasti selalu ada
penyelesaiannya. Bentuk penyelesaian konflik dikategorikan dalam dua macam yaitu penyelesaian bahagia happy end dan penyelesaian sedih sad end.
Penyelesaian sebuah cerita dikategorikan menjadi dua macam. Pertama