Batasan Masalah Rumusan Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretik

1. Kepribadian

Kata kepribadian berasal dari kata personality bahasa. Inggris yang berasal dari kata persona bahasa. Latin yang berarti kedok atau topeng, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung yang maksudnya untuk mengambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang Sujanto, 2001: 10. Kepribadian menurut psikologi dapat mengacu pada pola karakteristik perilaku dan pola pikir yang menentukan penilaian seseorang terhadap lingkungan. Kepribadian dibentuk oleh potensi sejak lahir yang dimodifikasi oleh pengalaman budaya dan pengalaman unik yang memengaruhi seseorang sebagai individu Minderop, 2010:4. Perkembangan kepribadian individu dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya faktor hereditas dan lingkungan. Faktor hereditas yang memengaruhi kepribadian antara lain: bentuk tubuh, cairan tubuh, dan sifat-sifat yang diturunkan dari orang tua. Adapun faktor lingkungan antara lain lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat. Di samping itu, meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, kenyataannya sering ditemukan perubahan kepribadian. Perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan. Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian anak. Hal itu dikarenakan seorang anak dilahirkan dari gen kedua orang tuanya dan keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian anak karena menjadi pusat identifikasi sosial yang pertama. Kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh kebudayaan di sekitarnya. Hal itu karena kebudayaan dan adat istiadat merupakan lingkungan hidup dalam keseharian. Menurut Spranger, kehidupan manusia dipengaruhi oleh dua macam kehidupan jiwanya, yaitu jiwa obyektif dan jiwa subyektif. Jiwa subyektif ialah jiwa tiap-tiap orang. Jiwa obyektif ialah nilai-nilai kebudayaan yang besar sekali pengaruhnya pada jiwa subyektif. Manusia ini dapat dibedakan atas enam nilai kebudayaan yaitu, ekonomi, politik, sosial, ilmu pengetahuan, kesenian dan agama. Di antara keenam itu, nilai kebudayaan manakah yang paling besar pengaruhnya terhadap jiwa subyektif dan inilah yang menentukan tipe manusia itu via Sujanto, 2008: 43-44.

2. Tokoh dan Perwatakan Tokoh dalam Karya Sastra

Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjukkan pengertian yang hampir sama. Istilah itu sebenarnya tidak menyaran pada pengertian yang sama persis. Istilah “tokoh” menunjuk pada orang atau pelaku cerita. Menurut Jones via Nurgiyantoro, 2010: 165 menjelaskan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Melalui imajinasi pengarang, tokoh-tokoh dalam karya sastra memiliki ruh sendiri. Tokoh tersebut diciptakan pengarang untuk membawakan perannya masing-masing. Setelah para pembaca dapat memahami karakter atau perwatakannya, kepribadian serta permasalahan yang dibawa setiap tokoh merupakan cara pengarang untuk menyampaikan gagasannya. Perwatakan dalam