14
dengan Biografi Frankl, Konsep Dasar Logoterapi Kebebasan Untuk Berkehendak, Kehendak Untuk Bermakna, dan Makna Hidup. Makna
Penderitaan, Makna Cinta, Makna Pekerjaan, Logoterapi Sebagai Filsafat Manusia, Teori Kepribadian Manusia Menurut Pandangan Logoterapi,
Penghayatan Hidup Tanpa Makna, Dan Penghayatan Hidup Bermakna, selanjutnya paparan tentang Gagal Ginjal Kronik Yang Hidup Lebih Lama Dari
Prognosis Medis.
2.1.1. BIOGRAFI FRANKL.
Frankl lahir tanggal 26 Maret 1905, di Wina ibukota Austria yang sejak dahulu terkenal sebagai induk budaya Eropa, tempat kelahiran tokoh-tokoh seni
dan ilmu pengetahuan termasyur. Nama lengkapnya adalah Viktor Emil Frankl. Ayahnya bernama Gabriel Frankl dan ibunya bernama Elsa Frankl. Ayahnya
adalah seorang Yahudi yang saleh. Frankl adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Ia dibesarkan dalam keluarga yang cukup religius dan berpendidikan. Frankl
menikah dengan Tilly Grosser pada bulan September 1942. Ayah Frankl pernah menjadi mahasiswa kedokteran, tetapi terpaksa harus
menghentikan kuliahnya karena kekurangan biaya. Setelah berhenti kuliah, ayah Frankl kemudian bekerja dibagian sekretariat parlemen kerajaan Austria sebagai
penulis steno selama sepuluh tahun dan akhirnya menjadi pegawai tetap di Departemen Sosial sampai pensiun.
Sebagai pejabat Departemen Sosial, ayah Frankl banyak menaruh perhatian pada masalah kesejahteraan pemuda. Betapa gembirannya hatinya,
waktu anaknya Frankl memilih kuliah kedokteran, bidang kuliah dambaannya
15
yang kandas karena kekurangan biaya. Besar harapannya cita-cita untuk menjadi dokter terpenuhi melalui anaknya. Setelah lulus menjadi dokter, Frankl
mengambil keahlian dalam bidang Neuro-Psikiatri Ahli Penyakit Saraf dan Jiwa dan berhasil meraih gelar dokter dalam ilmu kedokteran M.D, dan kemudian
doktor dalam ilmu filsafat Ph.D dari almamaternya universitas Wina. Minat Frankl terhadap masalah kejiwaan terlihat sejak dia muda. Dia
menceritakan sejak umur 4 tahun sering bertanya-tanya apakah arti kehidupan kalau ia sudah mati. Pikiran ini terus menerus muncul seakan-akan memaksanya
untuk mencari jawaban tuntas. Waktu berusia 14 tahun sudah senang mempelajari filsafat alam antara lain, karya Wilhelm Oswald dan Gustav Theodore Fechner.
Ketika seorang guru di kelas mengatakan bahwa kehidupan manusia sama sekali tidak ada artinya karena sesudah mati manusia hanya akan terurai menjadi unsur-
unsur kimia dalam tanah. Frankl langsung mengajukan protes
:
kalau begitu apa artinya kebaikan dan keburukan yang telah dilakukan manusia? Apakah tidak ada
artinya? waktu itu Frankl pernah menyusun sebuah makalah sekolah yang
mengungkapkan keyakinan adanya asas keseimbangan universal dalam mikrokosmos dan makrokosmos
5
. Pada usia 15 tahun Frankl ikut sekolah malam untuk orang-orang dewasa
dan mengambil pelajaran “Psikologi Terapan” dan “Psikologi
Experiment” kemudian mengikuti kursus psikoanalisa yang diberikan oleh Paul Schilder dan
Eduard Hitschmann yang keduanya adalah pengikut setia Sigmund Freud. Tahun 1922 saat Frankl berusia 17 tahun, Frankl diminta oleh pengelola sekolah malam
untuk memberikan pelajaran mengenai arti kehidupan.
5
H.D. Bastaman, LOGOTERAPI, Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup Dan Meraih Makna hidup Bermakna, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, 3.
16
Dalam pelajaran itu selalu menekankan bahwa kehidupan tidak memberi jawaban atas pertanyaan kita tentang arti hidup, tetapi sebaliknya menyerahkan
kepada kita untuk menemukan jawaban nya dengan jalan menetapkan sendiri apa yang bermakna bagi kita.
Keikutsertaan Frankl dengan kursus-kursus ini menimbulkan minat besar pada dirinya untuk belajar psikoanalisa, sehingga dia sering menulis surat kepada
Sigmund Freud, pelopor dan pendiri psikoanalisa. Psikoanalisa adalah aliran psikologi yang banyak sekali mempelajari alam tidak sadar
the unconcius mind
, dan dampaknya dalam kehidupan manusia.
Sigmund Freud membalas surat-surat itu sehingga selama sekitar dua tahun berlangsung korespondensi pribadi dengan tokoh termasyur itu. Hasil
korespondensi itu, untuk pertama kalinya Frankl menulis mengenai “ekspresi
wajah” dimuat dalam
International Journal of Psychology
atas permintaan Sigmund Freud sendiri.
Hubungan dengan Freud terhenti ketika Frankl tidak menyetujui teori asas-asas psikoanalisa yang dianggapnya deterministik dan beriorentasi pada
unsur psikoseksual. Ia kemudian bergabung dengan Alfred Adler, seorang murid Sigmund Freud yang menentang pandangan gurunya dan mengembangkan aliran
sendiri yang dinamakan psikologi individual. Dalam kelompok ini sekali pun Frankl adalah anggota termuda, tetapi
pemikiran-pemikirannya yang kritis dan mendalam sangat dihargai anggota- anggota lainnya. Tahun 1925 karyanya “
Psychotherapie und Weltanschauung
” dimuat dalam
International Zeitschrift Fuer Individual Psychologie
, jurnal ilmiah
17
kelompok Adler. Setahun kemudian Frankl diminta membawakan makalah pada kongres Internasional Psikologi Individual di Dusseldorft, Jerman.
Hubungan dengan Adler mulai renggang setelah Frankl dekat dengan Rudolf Adler dan Oswald Schwartz, dua orang anggota assosiasi psikologi
individual yang kritis dan sering mengkritik beberapa pandangan Adler. Lebih- lebih setelah arah minat Frankl mulai cenderung kepada fenomologi dan
eksistensialisme dan me nerbitkan majalah sendiri “Man in Daily Life.”
Akhirnya Frankl dipecat dari assosiasi karena dianggap tidak loyal dan pandangannya dinilai menyimpang dari kerangka pemikiran psikologi individual
yang telah ditegakkan oleh Adler. Peristiwa pemecatan Frankl ini terjadi hampir bersamaan dengan dipecatnya Alfred Adler oleh Sigmund Freud dari kelompok
psikoanalisa. Tahun 1929, sebelum Perang Dunia ke II, Frankl telah dikenal sebagai
dokter muda pendiri “Pusat Bimbingan Remaja” di kota Wina. Dalam lembaga ini para dokter dan konselor memberi bantuan bimbingan dan pengarahan kepada
para remaja yang mengalami bermacam-macam kesulitan pribadi. Ternyata pusat bimbingan remaja ini dinilai cukup berhasil pada waktu itu, sehingga di kota-kota
lain berdiri lembaga-lembaga serupa yang pola dan tata kerjanya mengadopsi pusat bimbingan remaja yang dikelola Frankl. Dia pun dianggap telah menguasai
psikoterapi, sehingga pihak universitas mengizinkan Frankl untuk melakukan psikoterapi sekali pun belum menyelesaikan pendidikan spesialisasinya.
Dari pengalaman-pengalaman dengan pasien ini Frankl mengamati adanya perubahan sumber sindrom yaitu dari “
Repressed Sex
” dan “Sexually Frustrated” Freud menjadi “
Feeling of Inferiority
” Adler menjadi “
Feeling of Meaningless
18 and
Emptiness” yang semua nya memerlukan paradigma dan pendekatan baru.
6
Mulai tahun 1930-an Frankl aktif mengungkapkan pandangan-pandangannya sendiri dan mensosialisasikan konsep-
konsep baru seperti “
Existential Vacum
” “Self Transcendence” dan ”Logotherapie”
.
7
Tahun 1937 setelah menyelesaikan pendidikan spesialisnya, Frankl membuka praktik pribadi sebagai neuro-psikiater
dan mengamalkan pendekatan logoterapi. Beberapa bulan kemudian Hitler dengan pasukan Nazinya menguasai
Austria dan menduduki kota Wina dan mulai melakukan berbagai pembatasan dan teror kepada warga Yahudi. Menyadari situasi makin rawan dari ancaman
dimasukkan ke kamp konsentrasi Frankl mempercepat penyelesaian bukunya tentang makna hidup dan tinjauan baru atas berbagai gangguan dan penyakit jiwa.
Naskah ini semula akan dikirimkan ke penerbit, tetapi tidak memungkinkan karena situasi negara mulai tidak aman sehubungan dengan ancaman Perang
Dunia ke II. Pada saat itu Frankl dan isterinya sebenarnya telah memiliki surat izin
berimigrasi ke Amerika Serikat, tetapi ia masih mempertimbangkan karena tidak sampai hati meninggalkan orang tua dan sanak saudaranya yang dicintai serta
pasien yang dirawatnya. Kesempatan itu akhirnya tidak digunakan sama sekali dan diberikan kepada saudara perempuannya yang segera meninggalkan Austria
berimigrasi ke Australia sebelum tentara Nazi menduduki kota Wina. Sebuah peristiwa sederhana yang memperkuat niat Frankl membatalkan
pengungsiannya ke luar negeri. Suatu waktu sepulang dari katedral Frankl mengunjungi ayahnya yang usinya sudah 80 tahun. Di rumah orang tuanya Frankl
6
H.D. Bastaman, LOGOTERAPI; Psikologi untuk Menemukan makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007, 7
7
Ibid.
19
melihat sebongkah batu yang belum lama dipungut ayahnya dari sebuah sinagoge rumah ibadah orang Yahudi yang habis terbakar dan tinggal puing-puing dengan
asap yang masih mengepul di sana-sini. Ketika ayah Frankl berhenti sebentar mengamati dengan pilu, di rumah
ibadah yang hancur itu tiba-tiba dia melihat diantara puing-puing yang hancur berserakan itu ada sebongkah pencahan batu yang semula berasal dari sebuah
lempengan batu besar bertuliskan sepuluh perintah Tuhan
The Ten Commandement
. Di atas pecahan batu itu tersisa secara utuh tulisan salah satu perintah Tuhan yang bunyinya:
“Muliakan ayah-ibumu dan tinggallah di tanah air”.
Peristiwa ini menyebabkan Frankl tanpa ragu-ragu memutuskan untuk tetap tinggal di kota Wina serta isterinya dan orang tua mereka untuk kemudian
bersama-sama mengalami ancaman tentara Nazi yang makin brutal. Waktu Austria benar-benar dikuasai Jerman, mula-mula Frankl ditunjuk oleh pihak Nazi
mengepalai bagian Saraf di Rumah Sakit S. Rothschild, sebuah rumah sakit khusus untuk warga Yahudi, sementara warga Yahudi lainnya digiring dan
dikirim ke kamp konsentrasi maut: Dachau, Maidanek, Treblinka, dan Auschwitz. Pada usia 37 tahun, Frankl menjadi tahanan Nazi selama 3 tahun. Masuk
dalam dunia pengalaman yang mengerikan karena kekejaman, penganiayaan, kelaparan, dan kemelaratan manusia. Frankl bersama 1500 orang bersama-sama
naik kereta dari kota kelahirannya bertolak ke arah Timur Laut.
8
Setiap gerbong berjumlah 80 orang. Tidak seorang pun dari antara mereka yang mengetahui
kemana mereka akan pergi.
8
Viktor, E. Frankl , Man,s Search for Meaning, New York: Published by Simon and Schuster, 1962, 3.
20
Selama beberapa hari kereta api meluncur melintasi kota-kota dan wilayah pedesaan yang terlindung dari serangan musuh. Pagi-pagi benar akhirnya kereta
itu bergerak lambat dan melangsir pada rel. Penumpang-penumpang melihat dengan cemas melalui jendela-jendela, untuk mengetahui mereka sedang berada
dimana. Kemudian nama stasiun itu kelihatan kemudian beberapa orang berteriak: “Auschwitz”. Sedikit demi sedikit ketika fajar menyingsing, kelihatan kawat
berduri, menara-menara pengawas kamp maut Nazi yang sangat terkenal dalam bayangannya Frankl melihat sederetan mayat-mayat yang masih bergantungan.
Pada tahun itu 1942 Frankl masuk ke dalam dunia pembunuhan yang teratur dan efisien yang menghabiskan nyawa orang Yahudi sebanyak 6 juta
orang. Auschwitz salah satu kamp konsentrasi paling terkenal dan tercatat dalam sejarah dunia tepatnya sejarah tragedi umat manusia, pada masa Perang Dunia II.
Di tempat itu telah terjadi pelecehan, penyiksaan, pembantaian, dan permusuhan. Banyak sekali manusia yang tidak berdaya warga Yahudi oleh
sekelompok manusia yang sedang berkuasa tentara Nazi dimana harkat, harga diri dan nilai-nilai kemanusiaan, bahkan nyawa, dan kehidupan seakan-akan tidak
ada harganya sama sekali. Kematian karena sakit, kelaparan, kelelahan, perkosaan, penyiksaan, dan
pembunuhan serta berbagai tindakan brutal merupakan pemandangan setiap hari. Tidak jarang sekelompok tahanan Yahudi, perempuan, laki-laki, orang tua, anak-
anak, digiring berbaris untuk masuk ke dalam sebuah gedung kekar kelam, mencekam, kemudian dikunci dan ke dalamnya dialirkan gas beracun. Tahanan-
tahanan yang putus asa atas penderitaan mereka dengan mudah dapat mengakhiri
21
hidup dengan jalan menubrukkan diri pada pagar kawat bervoltase tinggi sekeliling kamp dan terpanggang hidup-hidup.
Ada sebuah fenomena khusus di kamp konsentrasi itu. Dalam kondisi penderitaan yang luar biasa Frankl melihat sekelompok sesama tahanan yang
tingkah lakunya seperti,
swine
babi, keserakahan, keberingasan, sikap mementingkan diri sendiri, dan hilangnya tanggung jawab terhadap diri sendiri
dan sesama seakan-akan mendominasi diri mereka. Mereka sering melakukan pemerasan dan penganiayaan kejam terhadap sesama tahanan.
Orang-orang seperti ini biasanya direkrut oleh tentara Nazi untuk menjadi c
apo,
yaitu pengawas sesama tahanan yang terkadang lebih brutal daripada penjaga yang kejam. Para
capo
ini pada umumnya tergolong orang-orang yang selalu membuat masalah dan kesulitan bagi orang-orang sekitarnya, tetapi
sebenarnya mereka adalah orang-orang yang mudah putus asa serba menggantungkan diri atas dorongan-dorongan dasar makan, minum, seks dan
jelas mencerminkan kehampaan dan ketidakbermaknaan
meaningless
hidup. Namun dilain pihak terdapat sekelompok orang tahanan yang berlaku seperti
saint
orang suci. Dalam puncak penderitaan mereka masih tetap bersedia membantu sesama
tahanan, membagi jatah makanan yang serba minim kepada mereka yang lebih kelaparan, merawat orang orang sakit, dan memberikan penghiburan kepada
mereka yang putus asa, serta mengantar doa tulus bagi orang orang yang tidak berdaya menanti ajal. Mereka menderita, tetapi tabah menjalaninya, serta tidak
kehilangan harapan dan kehormatan diri.
22
Sekali pun dalam penderitaan luar biasa integritas kepribadian mereka tetap utuh dan mereka pun berupaya agar senantiasa tetap menghargai hidup dan
menghayati yang bermakna. Mereka seakan-akan menemukan makna dalam penderitaan “
meaning in s
uffering”. Frankl menjelaskan bahwa kedua pola perilaku tersebut sebenarnya terdapat dalam diri manusia. Artinya setiap manusia
memiliki poten si untuk menjadi “
saint dan swine
” dan kecenderungan mana yang teraktualisasi terutama ditentukan oleh keputusan pribadi yang diambil sendiri dan
bukan tergantung pada situasi dan kondisi lingkungan. Dalam hal ini tersirat kebebasan manusia untuk memilih dan mengambil
sikap apakah mengabaikan akal budi dan hati nuraninya dan mengumbar hawa nafsu seperti hewan atau tetap menjaga diri dari perbuatan tercela dan
menunjukkan tingkah laku mulia seperti halnya insan-insan bermoral tinggi. Dalam kamp konsentrasi dengan fasilitas serba minim dan dalam keadaan sakit
dan kelaparan, salah satu kegiatan rutin para tahanan adalah digiring untuk melakukan kerja paksa mengerjakan bermacam-macam pekerjaan kasar seperti
memasang rel kereta api, mengubur dan membakar mayat-mayat para tahanan yang semakin banyak jumlahnya. Tentu saja dalam pengawasan ketat penjaga-
penjaga Nazi dan para
capo
. Frankl selain ditugaskan di poliklinik juga melakukan pekerjaan kasar seperti tahanan tahanan lainnya. Kegiatan Frankl
lainnya adalah memberikan semacam psikoterapi, baik secara pribadi maupun secara kelompok untuk membantu sesama tahanan menemukan arti hidup dan
hikmat dari penderitaan. Dengan bantuan itu perhatian mereka dialihkan dari penderitaan saat ini dan dipusatkan kembali kepada hal-hal yang bermakna
baginya, misalnya kewajiban-kewajiban keluarga dan profesional yang masih
23
harus mereka penuhi, bakat-bakat yang perlu dikembangkan serta harapan- harapan adanya perbaikan dikemudian hari. Melalui cara demikian, tidak jarang
Frankl berhasil menyadarkan dan membatalkan niat para tahanan untuk mengakhiri hidup karena merasa putus asa dengan penderitaan mereka.
Dalam penderitaan yang seakan-akan tidak berakhir selama menjadi penghuni kamp konsentrasi, Frankl telah menunjukkan dirinya sebagai ilmuwan
sejati. Ia menyempatkan diri untuk mengamati berbagai reaksi mental dan pola perilaku sesama tahanan serta menghayati perasaan dan pengalamannya sendiri
secara mendalam ketika baru masuk tahanan, selama menjadi tahanan, dan saat baru dibebaskan.
Dalam kamp konsentrasi dengan kondisi yang sangat buruk itu Frankl mengamati dan membuktikan kebenaran teorinya mengenai hasrat untuk hidup
bermakna
the will to meaning,
sebagai motivasi asasi dalam kehidupan manusia. Frankl mengamati bahwa tahanan-tahanan yang berhasil menemukan dan
mengembangkan makna dalam hidup mereka ternyata mampu bertahan menjalani penderitaan bahkan walaupun sampai harus menyongsong ajal, mereka
menghadapi kematian dalam perasaan bermakna dan tabah. Menurut Frankl makna hidup dapat ditemukan dalam setiap keadaan, tidak
saja dalam keadaan normal dan menyenangkan, tetapi juga dalam penderitaan, seperti dalam keadaan sakit, bersalah, dan kematian. Ketika perang berakhir,
Frankl kembali ke Wina sebagai kepala bagian
Neurology
dan Psikiatri dari Rumah Sakit dan profesor dalam bidang
Neurology
dan psikiatri pada University of Vienna Medical School. Kemudian pada tanggal 3 september 1997 Frankl
pendiri logoterapi meninggal dunia di kota Wina.
24
2.1.2. KONSEP DASAR LOGOTERAPI.