36
Ketiga hal tersebut kelihatannya sederhana, namun tidak ada makna dalam pengertian universal. Makna hidup bukan sesuatu yang dipelajari tetapi
ditemukan. Makna selalu bersifat unik dan individual. Aktualisasi diri tidak sama dengan makna hidup. Aktualisasi diri adalah suatu proses yang menjadikan kita
seperti adanya kita, dimana kita mengembangkan dan menyadari cetak biru dari potensi dan bakat kita sendiri. Namun meski seorang sanggup sepenuhnya
mengembangkan potensinya, belum tentu ia telah memenuhi makna hidupnya. Makna hidup tidak terletak dalam diri kita, melainkan berada di dunia luar.
Kita tidak menciptakan atau memilihnya melainkan harus menemukannya. Dengan kata lain untuk dapat menemukan makna kita harus keluar dari
persembunyian dan menyongsong tantangan di luar diri kita
2.1.2.3.1 Memaknai Penderitaan
Meaning in Suffering
Makna hidup dapat ditemukan dalam setiap keadaan, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, dalam keadaan bahagia maupun derita, karena
manusia selama hidup ini tidak selalu dalam keadaan menyenangkan. Penderitaan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, karena eksistensi manusia
senantiasa berkisar antara senang dan susah, tawa dan air mata, derita dan bahagia.
Terlepas dari berat-ringannya, setiap orang dalam hidupnya pasti pernah mengalami penderitaan, karena penderitaan bagian hidup manusia yang tidak
terpisahkan dari manusia itu sendiri. Penderitaan dianalogikan seperti bayangan yang selalu ada sepanjang badan yang selalu mengikuti kita. Penderitaan dialami
manusia lewat bermacam-macam penyakit, gagal dalam usaha, diperlakukan
37
secara tidak adil, mengalami bencana, kematian keluarga dan yang kita cintai. Hanya orang yang telah mati yang tidak mengenal penderitaan dan mengalami
penderitaan. Dalam pemahaman Frankl bahwa makna hidup selalu ada dalam semua
situasi, bahkan dalam kehidupan terburuk sekali pun. Menurut Frankl makna dalam sebuah penderitaan merupakan sebuah kekuatan utama dalam kehidupan
manusia dalam menghadapimenyikapi penderitaan, diperlukan satu sikap yang tepat. Suatu sikap nilai yang menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran,
keberanian, segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin terelakkan lagi. Itu berarti jika kita tidak dapat merubah keadaan yang tragis yang kita hadapi,
ubahlah sikap kita terhadap keadaan tersebut supaya tidak jatuh kedalam keputusasaan.
Orang yang sehat mentalnya akan mampu memaknai penderitaan dengan cara yang lebih positif dan tetap mengarahkan dirinya pada tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam buku
Man
’
s Search for Meaning
, Frankl menulis ”…Apa pun
yang dimiliki manusia akan hilang dari tangannya, kecuali satu hal, kebebasannya sebagai manusia, kebebasannya menentukan sikap apa yang harus dipakai
menghadapi situasi tertentu, yaitu kebebasan dalam memilih jalannya sendiri”.
23
Pengalaman Frankl dalam kamp konsentrasi semakin membuktikan kebenaran teorinya. Para tawanan yang memiliki tujuan hidup yang kuat dan
berusaha tetap mempertahankannya memiliki peluang yang paling besar untuk tetap tinggal dan iklas dari berbagai gangguan psikologis seusai perang. Namun
23
Viktor, E. Frankl , Man ’s Search For Meaning, New York: A Touchstone, Published by
Simon Schuster, 1962 di kutip C George Boeree, Personality Theories, Maguwoharjo, Depok,Sleman,Yogjakarta: Prismasophie, 2006, 399.
38
mereka yang kehilangan tujuan dan harapan hidup menjadi mudah sakit dan mati serta mengalami gangguan psikologis seusai perang.
Penderitaan dapat menjadi sumber makna yang berguna apabila kita dapat mengubah sikap terhadap penderitaan itu lebih baik lagi. Granger Westberg dalam
bukunya
Good Grief
, mengatakan bahwa penderitaan atau kedukaan adalah nafas hidup kita.
24
Dalam hal ini semua situasi menjadi sumber makna hidup jika diawali dengan sikap yang tepat dalam menyikapinya.
Hal ini sejalan dengan pemahaman Frankl manusia masih dapat memberi makna hidupnya dengan sikap dan cara dalam menghadapi nasibnya dimana ia
menempatkan penderitaan atas hidupnya. Pemahaman ini menggambarkan penderitaan memberikan suatu makna manakala individu menghadapi kehidupan
yang tidak dapat dihindari. Hanya apabila mana suatu keadaan sungguh-sungguh tidak dapat diubah lagi dan individu tidak memiliki peluang untuk merealisasikan
nilai-nilai kretif, maka pada saat itu nilai-nilai bersikap diperlukan. Bagi Frankl hidup memiliki makna dalam setiap situasi dan semua orang
memiliki kapasitas untuk menemukan makna itu dalam hidupnya. Kenyataannya manusia tidak dapat mereka-reka apa yang akan datang, segala sesuatu adalah
misteri. Karena itu pertanyaan yang patut diajukan bukanlah apa dan mengapa itu terjadi tetapi bagaimana kita hidup dan meyakini apa pun yang terjadi. Bukan apa
yang kita harapkan dari hidup tetapi apa yang dapat diharapkan hidup dari kita. Bukan apa yang dapat kita lakukan agar hidup berjalan sesuai dengan harapan kita
tetapi bagaimana kita bersikap ketika kenyataan bertentangan dengan harapan kita. Kemampuan untuk mengambil sikap terhadap setiap kemungkinan yang
24
Granger Westberg, Good Grief, Philadelphia: Fortress Press, 1971, 11-12, dikutip Totok Wiryasaputra, dalam buku, Mengapa Berduka, Yogjakarta: Kanisius, 2007, 25.
39
ditawarkan hidup merupakan kualitas insan yang bersumber dari dimensi spiritual yang
inheren
dalam diri manusia. Menurut Bastaman 1996 ada beberapa tahap yang dilalui seseorang
dalam penemuan makna dalam suatu penderitaan, yakni: 1. Tahap derita, yaitu pengalaman tragis dan penghayatan hidup tanpa makna.
Suatu peristiwa yang tragis dalam hidup seseorang dapat menimbulkan penghayatan hidup tanpa makna yang ditandai dengan perasaan hampa,
gersang, apatis, bosan, dan merasa tidak lagi memiliki tujuan hidup. Kebosanan adalah ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat, sedangkan
apatis adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengambil prakarsa. 2. Tahap penerimaan diri, individu mulai menerima apa yang terjadi pada
hidupnya, pemahaman diri, dan terjadinya perubahan sikap. Munculnya kesadaran diri biasanya didorong oleh berbagai ragam faktor. Misalnya karena
perenungan diri, konsultasi dengan para ahli, mendapat pandangan dari seseorang, doa, ibadah, dan belajar dari orang lain, dan lain-lain.
3. Tahap penemuan makna hidup. Tahap ini ditandai dengan penyadaran individu akan nilai-nilai berharga yang sangat penting dalam hidupnya. Hal-hal yang
dianggap berharga dan penting itu mungkin saja berupa nilai-nilai kreatif, nilai- nilai penghayatan, dan nilai-nilai bersikap.
4. Tahap realisasi keikatan diri, kegiatan terarah, dan pemenuhan makna hidup. Pada tahap ini, individu akan mengalami semangat dan gairah dalam hidupnya,
kemudian secara sadar melakukan keikatan diri
self commitment
dan melakukan kegiatan nyata yang lebih terarah guna memenuhi makna hidupnya.
40
5. Tahap kehidupan bermakna penghayatan bermakna, kebahagian keberhasilan dalam menemukan dan memenuhi makna hidup akan menyebabkan seseorang
merasakan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan rasa bahagia.
2.1.2.3.2. Memaknai Cinta