Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001
19
Bank Indonesia
Anggota Dewan yang terhormat,
Dalam melakukan fungsi pengawasan perbankan, Bank Indonesia mewajibkan bank agar melakukan kegiatan usaha dengan menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank
dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. Disamping itu, Bank Indonesia juga mewajibkan bank agar memiliki Kebijakan Perkreditan yang bertujuan
mengoptimalkan pendapatan dan mengendalikan risiko bank dengan cara menerapkan asas-asas perkreditan yang sehat.
Secara umum, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan oleh bank dalam melakukan kegiatan penyediaan dana mencakup faktor internal antara lain meliputi strategi usaha
bank, ketersediaan danalikuiditas, serta kapasitas permodalan dan faktor eksternal antara lain meliputi karakter dan kelayakan usaha calon debitur serta iklim dan tren industri.
Sebagai lembaga intermediasi, bank diharapkan dapat mengerahkan dan memobilisasi dana untuk menggerakkan sektor perekonomian. Namun, dalam berbagai
kasus terdapat kecenderungan bank-bank di suatu daerah tertentu beroperasi sebagai funding vehicle, yaitu melakukan pengerahan dana pihak ketiga di daerah operasionalnya
dan menyalurkan dananya ke kantor pusat atau daerah lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
- Kebijakanstrategi usaha bank yang memfokuskan pada pembiayaan kepada industrisektor tertentu maupun kepada debitur ritel vs. korporasi;
- Kebijakan internal bank yang memungkinkan kantor bank melakukan penempatan dana
antar kantor dengan suku bunga mendekati suku bunga pasar, sehingga memudahkan kantor bank mengelola dananya dengan risiko yang minimum;
- Perbedaan tingkat
risk and return di setiap daerah yang menyebabkan dana mengalir ke daerah yang menjanjikan return yang tinggi dengan risiko yang dapat ditolerir.
Namun, perlu dicermati bahwa dalam prakteknya seringkali pembiayaan kepada debitur tertentu umumnya korporasi besar di suatu daerah tertentu tidak dilakukan oleh
kantor bank setempat, namun langsung disediakan oleh kantor pusat sehingga merupakan portofolio kantor pusat. Hal ini terkait erat dengan kebijakan perkreditan bank yang
membatasi wewenang pemutusan kredit oleh kantor-kantor bank di daerah. Oleh karena itu, portfolio tersebut pencatatannya dilakukan di kantor pusat bank, bukan di daerah
G. Masalah Pengembangan Usaha Kecil
Anggota Dewan yang menanyakan masalah langkah pengembangan usaha kecil adalah Sdr. Mukhtar
Pertanyaan :
1. Ekonomi kerakyatan, para pengusaha kecil menjerit dalam hal pendanaan mendapatkan kredit misalnya di Sulawesi Selatan dana yang masuk sekitar Rp 9
triliun, namun yang tersalurkan cuma Rp 1,2 triliun. Kebijakan dan langkah-langkah apa yang diambil oleh Bank Indonesia dalam membantu pengusaha kecil tersebut ?
Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001
20
Bank Indonesia
Jawaban : Anggota Dewan yang terhormat,
Pada dasarnya penyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan sepenuhnya diserahkan kepada kebijakan masing-masing bank dengan mendasarkan kepada prinsip
kehati-hatian, khususnya terhadap kredit yang sumber dananya berasal dari dana yang dihimpun dari masyarakat dan risiko atas kredit yang disalurkan menjadi tanggung jawab
bank. Demikian pula halnya dengan kebijakan operasional masing-masing kantor cabang bank di suatu daerah, sepenuhnya menjadi kebijakan masing-masing bank. Di beberapa
daerah, seringkali kita temui adanya ketidak seimbangan antara dana masyarakat yang dihimpun dari daerah tersebut dengan dana perbankan yang disalurkan untuk daerah
tersebut. Hal ini tergantung pada kemampuan daerah dalam menyerap dana bank. Kemampuan menyerap disini dalam arti adanya sektor-sektor usaha yang dipandang layak
feasibel untuk dibiayai oleh bank.
Dengan diberlakukakannya UU No. 23 tahun 1999 tanggal 17 Mei 1999 tentang Bank Indonesia, tujuan dan misi Bank Indonesia lebih difokuskan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Namun demikian, Bank Indonesia tetap mempunyai komitmen dalam membantu usaha kecil, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
kewenangan yang diatur dalam UU tersebut. Dalam hal ini, Bank Indonesia tidak lagi diperkenankan memberikan kredit likuiditas kepada perbankan untuk membantu
permodalan usaha kecil. Sejak 16 November 1999 tugas pengelolaan KLBI dalam rangka kredit program telah dialihkan kepada 3 Badan Usaha Milik Negara BUMN yang ditunjuk
oleh Pemerintah, yakni PT. BRI, PT. BTN dan PT. PNM. Untuk selanjutnya peran pembiayaan kepada usaha kecil dan koperasi dilanjutkan oleh Pemerintah, dengan sumber
pendanaan dapat berasal dari APBN, dana masyarakat yang dihimpun oleh perbankan ataupun sumber lainnya.
Setelah dialihkannya pengelolaan pendanaan untuk usaha kecil dari Bank Indonesia kepada 3 BUMN yang ditunjuk, tugas pengembangan usaha kecil menjadi tanggung jawab
Pemerintah. Kegiatan yang masih dilakukan oleh Bank Indonesia diwujudkan dalam bentuk bantuan yang bersifat tidak langsung seperti bantuan teknis dan fasilitasi serta kebijakan
dibidang perbankan sbb :
1. Melanjutkan Bantuan Teknis