Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001
24
Bank Indonesia
criteria ‘Naples Terms’, antara lain debitur harus mempunyai ‘track record’ yang baik pada Paris club dan program IMF, hanya menerima pinjaman dalam bentuk IDA saja dari World
Bank dan dengan GDP per Kapita USD755. Kriteria inipun belum terpenuhi oleh Indonesia.
Sampai saat ini negara-negara yang tergolong kedalam HIPC umumnya adalah negara-negara miskin di Amerika Latin seperti : Bolivia, Honduras dan Nicaragua.
Sementara dua negara di ASIA yang mengikuti mekanisme ini adalah Laos dan Vietnam. Mekanisme ‘debt relief’ dilakukan juga melalui mekanisme ‘debt conversion’,
diantaranya melalui Debt for Nature Swap DNS. DNS pada prinsipnya adalah salah satu upaya menghapus sebagian utang dan mengkonversi sebagian kewajiban lainya menjadi
kewajiban dalam bentuk mata uang domestik untuk pembiayaan pemeliharaan konservasi alam. DNS menjadi salah satu alternatif penting mengingat jumlah utang luar negeri
Indonesia yang telah mencapai sekitar USD136 miliar, suatu jumlah yang oleh banyak pihak dianggap telah melampaui ambang batas kemampuan Indonesia untuk mengembalikannya.
Sementara di sisi lain kualitas konservasi alam terus merosot dan kemampuan pemerintah serta swasta dalam membiayai program pelestarian dan konservasi alam di Indonesia
sangat terbatas. DNS menjadi salah satu pilihan yang menarik karena menawarkan solusi pemecahan permasalahan utang luar negeri yang menguntungkan baik bagi debitur dan
NGO maupun bagi kreditur.
Dilihat dari keuntungan pemulihan konservasi lingkungan dan perlunya alternatif lain untuk mengurangi beban pembayaran utang luar negeri pemerintah selain melalui
rescheduling, maka DNS merupakan alternatif yang perlu dipertimbangkan untuk segera diimplementasikan di Indonesia. Negara-negara yang telah mengikuti skim ini antara lain
ialah Bolivia, Ecuador, Costa Rica dan Philipina. Di Indonesia sendiri, tantangan pelaksanaan DNS terutama pada dapat tidaknya pemerintah menjalin suatu kerjasama
dengan LSM mengingat sudah terbentuknya friksi antara pemerintah dan LSM yang seringkali membuat pemerintah ‘reluctant’ untuk berkerjasama dengan LSM.
Dalam hal DNS ini, Bank Indonesia juga sudah terlibat dalam pembahasan awal dengan instansi terkait seperti Menko Ekuin, Menkeu, BPPN, Bappenas dan KLH. Dari hasil
pertemuan tersebut telah disepakati untuk mengagendakan gagasan tersebut dalam sidang tahunan CGI yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat ini. Saat ini Bank Indonesia
juga sedang mempersiapkan kajian detail tentang kemungkinan penerapan DNS dalam rangka mengurangi beban utang luar negeri pemerintah RI.
II. PERTANYAAN MENYANGKUT BIDANG PERBANKAN A. Masalah Permodalan
Pertanyaan masalah permodalan disampaikan oleh Sdr. Abdullah Al Wahdi
Pertanyaan :
1. Kebijakan-kebijakan apa yang ditempuh Bank Indonesia sehingga CAR 8 bisa teratasi dengan baik atau tidak ada rencana likuidasi
2. Bagaimana tindakan Bank Indonesia terhadap bank-bank yang dibawah CAR 8
Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001
25
Bank Indonesia
3. Beberapa waktu yang lalu diumumkan sekitar 6 bank yang CAR-nya kritis dibawah 8. Kira-kira bagaimana solusi yang paling tepat menurut Bank Indonesia. Kita ingin
ketegasan dari Gubernur Bank Indonesia, 6 bank ini bank apa saja dan kira-kira terapinya bagaimana. Menurut kita kalau memang tidak bisa diselamatkan lagi likuidasi
saja.
Jawaban : Anggota Dewan yang terhormat,
Sebagai rangkaian dari program restrukturisasi yang sedang berjalan, perbankan diminta untuk meningkatkan dan mempertahankan permodalannya CAR minimal sebesar
8 pada akhir tahun 2001. Mengantisipasi kebijakan tersebut, Bank Indonesia telah melakukan berbagai langkah, antara lain:
- Melakukan proyeksi untuk mengetahui bank-bank yang diperkirakan tidak mampu memenuhi target CAR tersebut;
- Melakukan pertemuan dengan pemilik bank untuk mengidentifikasi permasalahan yang
dihadapi serta langkah-langkah strategis yang akan ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Apabila seluruh upaya yang akan dilakukan pemilik bank-bank tersebut tidak membuahkan hasil dan target pencapaian CAR 8 tidak terpenuhi, maka Bank Indonesia akan melakukan
beberapa langkah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu sebagai berikut :
i. Bank-bank tersebut akan ditempatkan dalam pengawasan khusus Bank Indonesia special surveillance dan Bank Indonesia dapat menerapkan cease and desist order
dalam jangka waktu tertentu, yaitu antara lain memerintahkan bank untuk menghentikan kegiatan usaha tertentu, meminta bank danatau pemilik bank untuk menambah modal,
melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain, menjual bank kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban bank, menyerahkan pengelolaan
seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain; danatau menjual sebagian harta danatau kewajiban bank kepada bank atau pihak lain.
ii. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditetapkan 3 bulan untuk bank yang tidak go public dan 6 bulan untuk bank go public kondisi bank menurun dengan cepat yaitu
rasio CAR kurang dari 2 dan dinilai tidak dapat ditingkatkan menjadi 8 dan rasio GWM dalam rupiah kurang dari 0 dan tidak dapat diselesaikan maka bank ditetapkan
sebagai Bank Beku Kegiatan Usaha BBKU dan diserahkan ke BPPN.
iii. Apabila setelah berakhir jangka waktu tersebut bank masih belum dapat meningkatkan CAR-nya, namun Bank Indonesia menilai bahwa bank:
− dapat meningkatkan CAR menjadi 8 ;
− dapat menyelesaikan masalah pelampauan danatau pelanggaran BMPK;
− dapat menurunkan kredit bermasalah;
− memiliki pengaruh yang cukup besar bagi perekonomian nasional atau daerah.
maka Bank Indonesia menetapkan bank dengan status Bank Dalam Penyehatan BDP dan menyerahkannya kepada BPPN, dengan kondisi antara lain.
Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001
26
Bank Indonesia
iv. Bagi bank yang dinilai tidak memenuhi kriteria pada butir iii tersebut diatas, maka Bank Indonesia akan menetapkan bank tersebut dengan status BBKU dan menyerahkannya
kepada BPPN. v. Apabila program penyehatan terhadap BDP oleh BPPN tidak dapat diselesaikan dalam
jangka waktu yang disepakati atau berdasarkan pertimbangan BPPN program penyehatan BDP tidak dapat dilaksanakan walaupun belum melampaui jangka waktu
yang disepakati, maka Bank Indonesia dapat mengubah status bank dimaksud dari BDP menjadi BBKU.
vi. Apabila BPPN telah melaksanakan seluruh langkah yang diperlukan untuk penyelesaian bank dengan status BBKU, maka langkah selanjutnya berdasarkan ketentuan yang
berlaku adalah pencabutan ijin usaha, pembubaran badan hukum dan likuidasi. Selanjutnya mengenai bank-bank yang CAR-nya kritis di bawah 8, menurut hemat
kani tidak selayaknya Bank Indonesia menjawab secara spesifik nama bank-bank yang kemungkinan tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut. Apabila nama-nama tersebut
diungkapkan, maka dikhawatirkan akan dapat menimbulkan dampak negatif bukan saja terhadap bank-bank yang diumumkan namanya, tetapi juga terhadap bank-bank lainnya.
B. Masalah BCA
Anggota Dewan yang menanyakan masalah BCA adalah Sdr. Dhudi Makmun Murod
Pertanyaan :
1. Ingin menanyakan masalah BCA, yaitu masalah bidders. Siapa saja bidders masalah BCA yang mungkin sudah fit and proper dan yang akan di fit and proper. Siapa saja
calonnya yang sudah masuk ke Bank Indonesia. Saya mendengar bahwa salah satu bidder adalah Company base on Indonesia yang dimiliki oleh Bank Indonesia. Saya
khawatir dengan issu yang berkembang mengenai keinginan bahwa BCA harus dimiliki oleh orang Indonesia. Hal itu akan dimanfaatkan oleh pemilik lama menggunakan
company-company di Indonesia untuk memiliki BCA kembali. Saya menyarankan Bank Indonesia, pada saat mengadakan fit and proper test sebaiknya kalau ingin
mendapatkan potensial strategic investor for the future seharusnya kita mengambil investor daripada bank-bank terkemuka bukan dari perusahaan-perusahaan yang
membawa uang banyak.
Jawaban : Anggota Dewan yang terhormat,
Sebagai jawaban atas pertanyaan Anggota Dewan, dapat kami kemukakan hal-hal sebagai berikut :
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia dalam SK No 27118KEPDir tanggal 25 Januari 1995 tentang kriteria perbuatan tercela orang-orang yang dilarang menjadi
pemegang saham atau pengurus bank antara lain ditetapkan bahwa “orang yang memenuhi kriteria perbuatan tercela di bidang perbankan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dilarang
menjadi pemegang saham bank dan atau pengurus bank”.
Dapat diinformasikan bahwa Bank Indonesia sampai saat ini belum memperoleh pengajuan calon-calon bidder dari BPPN untuk dilakukan penelitian berdasarkan ketentuan
Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001
27
Bank Indonesia
SK Direksi Bank Indonesia No 3250KEPDir di atas. Bank Indonesia telah menyampaikan SK dimaksud kepada BPPN Sdri. Felia Salim untuk menjadi pedoman dalam menentukan
calon bidder.
Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa Bank Indonesia hanya dapat melakukan penyertaan modal pada badan hukum atau badan lainnya yang sangat diperlukan dalam
pelaksanaan tugas Bank Indonesia antara lain lembaga kliring, badan pemeringkat dan Lembaga Penjamin Simpanan dengan persetujuan DPR Pasal 64 UU No 231999.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dengan ini kami tegaskan bahwa Bank Indonesia company tidak punya rencana menjadi bidder.
Pertanyaan dari Sdr. Rizal Djalil
Pertanyaan :
2. Masalah saham keluarga Salim di BCA, menurut Departemen Keuangan sudah harus dilepas pada tanggal 7 September yang lalu. Tapi ada juga yang menginformasikan
katanya Bank Indonesia tidak setuju dan segala macam. Mohon klarifikasi apakah benar.
Jawaban : Anggota Dewan yang terhormat,
Bagi Bank Indonesia, pengaturan mengenai hal ini adalah sesuai ketentuan tentang Daftar Orang Tercela DOT dalam SK No 27118KEPDir tanggal 25 Januari 1995 tentang
“Kriteria Perbuatan Tercela orang-orang yang Dilarang menjadi Pemegang Saham dan atau Pengurus Bank, pasal 1 ayat 2 butir a, menyebutkan bahwa “Pemegang saham bank adalah
perorangan atau badan hukum yang memiliki saham secara langsung atau melalui pasar modal lebih dari 35 dari jumlah saham yang terdaftar di pasar modal, bagi bank yang
berbentuk hukum Perseroan Terbatas PT”
C.
Masalah Bank Likuidasi
Pertanyaan mengenai masalah bank likuidasi disampaikan oleh Sdr. Abdullah Al Wahdi, Sdr. Danial Tandjung, dan Sdr. Aberson Marle Sihaloho.
Pertanyaan :
1. Mengenai bank likudiasi. Aset bank likuidasi menurut BPPN saat ini masih ada di Bank Indonesia, jadi tidak termasuk yang diserahkan kepada BPPN yang jumlahnya sekitar
Rp. 11 triliun lebih. Apakah tim-tim likuidasi yang pernah ditempatkan di bank-bank likuidasi itu masih ada dan apa laporannya. Sampai dimana sekarang yang bisa
dikumpulkan daripada aset bank-bank likuidasi itu.
2. Masalah 6 bank yang dilikuidasi pada tahun lalu dimana debitur ini banyak yang menengah dan kecil masih banyak yang belum menyelesaikan kewajibannya. Pada
dasarnya mereka ingin menyelesaikan kewajibannya tetapi Bank Indonesia kurang respon. Apakah tidak sebaiknya Bank Indonesia membuat kebijakan baru untuk
Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001
28
Bank Indonesia
meringankan mereka dari beban yang harus dia tanggung. Misalnya seperti yang ada di BPPN diberikan diskon baik dari pokok hutang maupun kewajiban tunggakan.
3. Kalau debitur dari bank-bank yang dilikuidasi mau membayar, apakah mereka itu akan mendapat pemotongan nggak atas pinjamannya yaitu yang dikatakan 25 dan begitu
juga apakah dia juga dibebaskan dari bunga dan denda.
Jawaban : Anggota Dewan yang terhormat,
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1999 tanggal 3 Mei 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi dan Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No.3253KEPDIR tanggal 14 Mei 1999 bank wajib menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk membentuk Tim Likuidasi TL selambat-lambatnya 2 bulan
setelah tanggal pencabutan izin usaha. Dari 16 Bank Dalam Likuidasi BDL, 5 BDL telah melaksanakan RUPS pada bulan November 1997 untuk membentuk TL dan 10 BDL pada
bulan Desember 1997, sedangkan 1 BDL melaksanakan RUPS pada bulan Maret 1998. Sejak TL terbentuk, maka tanggung jawab dan kepengurusan BDL dilakukan oleh TL dan
hingga saat ini TL yang diangkat oleh RUPS tersebut masih menyelesaikan tugasnya dalam pencairan aset dan penyelesaian kewajibannya antara lain :
- melakukan perundingan dan tindakan lainnya dalam rangka penjualan harta kekayaan,
penagihan piutang dan pengalihan kewajiban bank; -
melakukan perundingan dengan para kreditur dan pembayaran kewajiban; -
menyusun neraca akhir likuidasi dan mempertanggungjawabkan kepada RUPS. Sesuai ketentuan, TL wajib menyampaikan secara tertulis laporan perkembangan
pelaksanaan tugas kepada Bank Indonesia setiap bulan. Berdasarkan laporan yang diterima, jumlah “nilai buku” asset 16 BDL tercatat sebesar Rp.13,9 triliun. Dari jumlah
tersebut telah dicairkan sebesar Rp.3,2 triliun pada posisi akhir Juli 2001. Jumlah tersebut antara lain digunakan untuk membayar angsuran dana talangan Pemerintah yang tercatat
sebesar Rp.1.676.524 juta dan untuk sementara dana tersebut disimpan di rekening TL pada Bank Indonesia. Dapat ditambahkan bahwa dana talangan yang diterima BDL
seluruhnya berjumlah Rp.11,9 triliun. Sedangkan penempatan dana pada Bank Umum dalam bentuk tabungan dan deposito tercatat sebesar Rp.847.306 juta yang digunakan
untuk operasional BDL.
Sesuai PP Likuidasi, Bank Indonesia hanya melakukan pengawasan atas pelaksanaan pembubaran badan hukum dan likuidasi bank. Dengan demikian pengawasan
atas pelaksanaan likuidasi 16 bank yang dilikuidasi pada awal November 1997 dilakukan oleh Bank Indonesia. Sedangkan untuk bank-bank dengan status BBKU maupun BBO
dilaksanakan oleh BPPN.
Kebijakan pemberian diskon maupun bentuk keringanan lainnya sepenuhnya merupakan kewenangan TL yang menangani penyelesaian likuidasi sebagaimana diatur
dalam PP dan SK Direksi tersebut di atas. Dapat diinformasikan bahwa berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Kerja TL yang disusun oleh Forum Komunikasi BDL, disebutkan
bahwa dalam pelaksanaannya TL dapat memberikan keringanandiskon maksimum sebesar 25 bagi debitur-debitur yang dinilai kurang mampu memenuhi kewajibannya.
Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001
29
Bank Indonesia
III. PERTANYAAN MENYANGKUT BIDANG PENGEDARAN UANG A. Masalah Pengadaan Bahan Uang