Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001
20
Bank Indonesia
Jawaban : Anggota Dewan yang terhormat,
Pada dasarnya penyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan sepenuhnya diserahkan kepada kebijakan masing-masing bank dengan mendasarkan kepada prinsip
kehati-hatian, khususnya terhadap kredit yang sumber dananya berasal dari dana yang dihimpun dari masyarakat dan risiko atas kredit yang disalurkan menjadi tanggung jawab
bank. Demikian pula halnya dengan kebijakan operasional masing-masing kantor cabang bank di suatu daerah, sepenuhnya menjadi kebijakan masing-masing bank. Di beberapa
daerah, seringkali kita temui adanya ketidak seimbangan antara dana masyarakat yang dihimpun dari daerah tersebut dengan dana perbankan yang disalurkan untuk daerah
tersebut. Hal ini tergantung pada kemampuan daerah dalam menyerap dana bank. Kemampuan menyerap disini dalam arti adanya sektor-sektor usaha yang dipandang layak
feasibel untuk dibiayai oleh bank.
Dengan diberlakukakannya UU No. 23 tahun 1999 tanggal 17 Mei 1999 tentang Bank Indonesia, tujuan dan misi Bank Indonesia lebih difokuskan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Namun demikian, Bank Indonesia tetap mempunyai komitmen dalam membantu usaha kecil, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
kewenangan yang diatur dalam UU tersebut. Dalam hal ini, Bank Indonesia tidak lagi diperkenankan memberikan kredit likuiditas kepada perbankan untuk membantu
permodalan usaha kecil. Sejak 16 November 1999 tugas pengelolaan KLBI dalam rangka kredit program telah dialihkan kepada 3 Badan Usaha Milik Negara BUMN yang ditunjuk
oleh Pemerintah, yakni PT. BRI, PT. BTN dan PT. PNM. Untuk selanjutnya peran pembiayaan kepada usaha kecil dan koperasi dilanjutkan oleh Pemerintah, dengan sumber
pendanaan dapat berasal dari APBN, dana masyarakat yang dihimpun oleh perbankan ataupun sumber lainnya.
Setelah dialihkannya pengelolaan pendanaan untuk usaha kecil dari Bank Indonesia kepada 3 BUMN yang ditunjuk, tugas pengembangan usaha kecil menjadi tanggung jawab
Pemerintah. Kegiatan yang masih dilakukan oleh Bank Indonesia diwujudkan dalam bentuk bantuan yang bersifat tidak langsung seperti bantuan teknis dan fasilitasi serta kebijakan
dibidang perbankan sbb :
1. Melanjutkan Bantuan Teknis
Bank Indonesia tetap akan membantu pengembangan usaha kecil secara tidak langsung dengan meningkatkan intensitas dan efektifitas bantuan teknis. Berbagai kegiatan bantuan
teknis yang diberikan oleh Bank Indonesia tergabung dalam program Bantuan Teknis Pengembangan Usaha Kecil dan Mikro PUKM melalui :
a. Pelatihan untuk pembiayaan kepada usaha mikro dan kecil Pelatihan diberikan kepada perbankan sebagai upaya untuk meningkatkan minat
perbankan dalam membiayai usaha mikro dan kecil. Untuk pembiayaan usaha mikro, pelatihan yang diberikan difokuskan pada pola pemberian kredit secara kelompok. Pola
ini dikembangkan melalui Proyek Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat KSM dengan 1.267 kantor bank. Baki debet kredit yang dapat disalurkan
telah mencapai Rp64,7 miliar.
Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001
21
Bank Indonesia
Sementara untuk pembiayaan usaha kecil, pelatihan diberikan sesuai dengan permintaan perbankan dengan materi difokuskan pada pengembangan usaha kecil.
Khusus untuk pelatihan ini, biayanya diambil dari sanksi KUK.
b. Proyek Kredit Mikro PKM Proyek Kredit Mikro PKM adalah proyek pemerintah Indonesia yang dibantu dengan
dana pinjaman Asian Development Bank ADB yang dimulai sejak tahun 1995. Sampai dengan bulan Juni 2001, kredit yang telah disalurkan sebesar Rp 162,9 miliar kepada
686.980 nasabah mikro. Jumlah lembaga yang terlibat dalam proyek ini sejumlah 1.191 buah yang meliputi LDKP 240 buah, BPR 951 buah dan LPSM 72 buah. Proyek ini
mempunyai tingkat tunggakan yang relatif sangat kecil yakni hanya 0,05.
2. Menfasilitasi Pengembangan Usaha Kecil Melalui Kegiatan Sosialisasi dan Sistem Informasi
a. Kegiatan Sosialisasi Kredit Usaha Kecil Keberhasilan pelaksanaan suatu program sangat tergantung pada dukungan infomasi
yang menunjang. Salah satu bentuk dukungan informasi yang dilakukan adalah kegiatan sosialisasi kepada perbankan. Dibidang penyaluran KUK, Bank Indonesia akan
senantiasa menghimbau perbankan untuk menyalurkan kreditnya kepada kredit usaha kecil, dengan mengacu kepada keberhasilan-keberhasilan beberapa bank penyalur
kredit kecil seperti BRI dan suatu bank nasional. Kegiatan sosialisasi telah dilakukan di 8 Kantor Bank Indonesia.
b. Sistem Informasi Pengembangan Usaha Kecil Di samping itu, bentuk fasilitasi yang lain adalah pemberian informasi mengenai
identifikasi peluang usaha. Perluasan akses ke sumber informasi tersebut berupa i Sistem Informasi Baseline Economic Survey SIB, dan ii Sistem Informasi Agroindustri
Berorientasi Ekspor SIABE. Dalam SIB disajikan daftar komoditi di kecamatan pada 22 propinsi yang potensial untuk dikembangkan. Sedangkan SIABE menyajikan suatu
informasi mengenai komoditi agroindustri yang berpotensi untuk diekspor. Tahun lalu, SIABE baru merupakan prototipe sehingga baru mencakup 11 komoditi agroindustri di 3
propinsi, yaitu Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah. Namun tahun ini akan dikembangkan di 23 propinsi yang mencakup informasi 15 komoditi agroindustri
beserta produk turunannya. Kedua sistem informasi di atas sudah dapat diakses dengan internet melalui situs Bank Indonesia www.bi.go.id.
Selain penyediaan informasi komoditi di atas, yang berisikan informasi mengenai komoditi yang berorientasi ekspor, negara tujuan dan eksportir, Bank Indonesia juga
menyediakan informasi mengenai komoditi yang layak dibiayai oleh bank atau dikenal dengan lending model. Saat ini terdapat lending model untuk 40 komoditi yang telah
dibuat dan sedang disusun lending model untuk 10 komoditi lainnya pada tahun ini.
Untuk sementara informasi lending model baru berbentuk buku publikasi dan pada saatnya nanti akan dapat diakses melalui internet.
Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001
22
Bank Indonesia
3. Ketentuan Kredit Usaha Kecil