Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001
15
Bank Indonesia
faktor-faktor moneter atau yang biasa juga disebut dengan core inflation atau underlying inflation.
Dalam hal nilai tukar rupiah, disadari sepenuhnya bahwa dengan dianutnya free
float exchange rate system, nilai tukar rupiah lebih banyak ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar. Selain faktor fundamental ekonomi dan tehnikal, faktor
sentimen pasar yang merupakan cermin dari faktor risiko dan ketidakpastian kerap mewarnai pergerakan nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, kebijakan Bank Indonesia tidak
dimaksudkan untuk mengarahkan pergerakan nilai tukar agar mencapai suatu tingkat tertentu, akan tetapi lebih untuk mencegah fluktuasi nilai tukar yang berlebihan, antara lain
melalui kebijakan untuk menyediakan pasokan valas apabila diperlukan.
Terkait dengan akuntabilitas atas pelaksanaan tugas tersebut, Bank Indonesia
secara rutin dan tepat waktu selalu memberikan Laporan atas pelaksanaan tugas di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran yang disampaikan kepada anggota Dewan
sekalian setiap tiga bulan. Dalam laporan tersebut Bank Indonesia secara rinci menjelaskan upaya-upaya yang ditempuh dalam mencapai tujuan serta kendala-kendala yang dihadapi
sesuai dengan amanat dari Undang-Undang tentang Bank Indonesia. Selain itu, langkah- langkah kebijakan di bidang moneter dan perbankan yang merupakan hasil Rapat Dewan
Gubernur bulanan juga secara rutin disosialisasikan kepada masyarakat sebagai salah satu perwujudan transparansi dan akuntabilitas Bank Indonesia. Adalah menjadi wewenang
selanjutnya dari anggota Dewan sekalian untuk melaksanakan fungsi pengawasan pelaksanaan tugas Dewan Gubernur Bank Indonesia, berdasarkan laporan-laporan
dimaksud. Tentu saja, Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam melaksanakan tugasnya selalu mengacu pada UU No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
E. Masalah Obligasi Pemerintah
Anggota Dewan yang menanyakan masalah Obligasi pemerintah adalah Sdr. Syamsul Balda
Pertanyaan :
Ada beberapa bond atau obligasi bank-bank rekap yang dijaminkan ke Bank Indonesia atau dijual kemudian bank-bank rekap tadi mendapat dana cash. Berapa sebenarnya jumlah
bond yang dijaminkan ke Bank Indonesia oleh bank-bank rekap. Kemudian bank-bank mana saja yang telah menjual bond-bond rekapnya ini melalui Bank Indonesia. Tolong kami
diberikan informasi karena bagaimanapun juga ini adalah amanat yang diberikan masyarakat kepada DPR khususnya lembaga yang memiliki fungsi pengawasan juga
kepada Bank Indonesia. Ini tolong dijelaskan karena sudah santer beredar bahwa hasil penjualan bond-bond rekap itu digunakan untuk main valas?
Jawaban : Anggota Dewan yang terhormat,
Pada tahap awal, obligasi pemerintah yang diterbitkan dalam rangka rekapitalisasi perbankan ditempatkan sebagai portofolio investasi. Secara bertahap, bank-bank rekap
tersebut dapat memindahkan obligasi pemerintah tersebut ke dalam portofolio perdagangan.
Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001
16
Bank Indonesia
Obligasi pemerintah yang telah tercatat dalam portofolio perdagangan tersebut dapat diperjualbelikan atau diagunkan.
Dalam kaitan ini, bagi suatu bank yang telah memindahkan obligasi rekap-nya ke dalam portofolio perdagangan dapat melakukan transaksi penjualan obligasi rekap atau
pengagunan obligasi rekap ke bank lainpihak lain untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Dalam konteks ini maka peranan program rekapitalisasi perbankan sangat penting untuk
membantu bank-bank yang membutuhkan likuiditas yakni dengan cara bank-bank dapat menjualmengagunkan Obligasi Pemerintah yang dimilikinya. Kemudahan bank-bank untuk
menjualmengagunkan Obligasi Pemerintah yang dimilikinya sangat tergantung dari tersedianya pasar sekunder yang likuid. Selain itu, untuk menciptakan kepastian bagi calon
investor pembeli Obligasi Pemerintah tersebut, maka keberadaan suatu UU Surat Utang Negara SUN sangat diperlukan.
Selain itu, mengingat obligasi pemerintah merupakan surat berharga yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan, maka obligasi pemerintah tersebut dapat juga
diagunkan untuk memperoleh Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek FPJP kepada Bank Indonesia dalam fungsinya sebagai Lender of Last Resort sesuai pasal 11 UU No.231999
tentang Bank Indonesia dan untuk memperoleh Fasilitas Likuiditas Intrahari FLI dalam rangka menjaga kelancaran sistem pembayaran sebagaimana tugas Bank Indonesia sesuai
pasal 15 UU No.231999. Bank-bank yang membutuhkan Fasilitas Likuiditas Intrahari FLI dan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek FPJP dapat memperolehnya sepanjang memiliki
agunan yang cukup, berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yakni seperti SBI dan Obligasi Pemerintah. Dengan demikian, program rekap perbankan melalui penerbitan Obligasi
Pemerintah telah menyediakan surat berharga baru yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang dapat digunakan sebagai agunan untuk memperoleh fasilitas pendanaan
jangka pendek dari bank sentral untuk mengatasi kesulitan likuiditasnya.
Sementara itu, Bank Indonesia sebagai penatausaha obligasi pemerintah central registry dengan menggunakan sistem penatausahaan tanpa warkat book entry registry
berfungsi mencatat kepemilikan, perpindahan kepemilikan, kliring setelmen dan pembayaran kupon obligasi pemerintah.
Dapat dinformasikan hampir seluruh bank-bank rekap telah aktif melakukan transaksi jual beli dan atau mengagunkan obligasi rekapnya. Sampai dengan bulan Agustus
2001, posisi obligasi pemerintah yang tercatat dalam portofolio perdagangan sebesar Rp61,2 triliun dan portofolio investasi sebesar Rp 377,3 triliun.
Bank rekap yang pernah mengagunkan obligasi rekapnya ke Bank Indonesia adalah BII sebesar Rp1,38 triliun dalam rangka pemenuhan Giro Wajib Minimum GWM bank yang
bersangkutan dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2001 yang pada saat ini telah lunas.
F. Masalah Pemulihan Fungsi Intermediasi Perbankan