PERTANYAAN MENYANGKUT BIDANG PENGEDARAN UANG A. Masalah Pengadaan Bahan Uang

Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001 29 Bank Indonesia

III. PERTANYAAN MENYANGKUT BIDANG PENGEDARAN UANG A. Masalah Pengadaan Bahan Uang

Pertanyaan masalah uang palsu disampaikan oleh Sdr. Suratal HW Pertanyaan : 1. Mengapa penyimpanan bahan kertas uang dilakukan di Gudang C dan D Cilangkap, bukan di Kantor Bank Indonesia atau Perum Peruri. Jawaban : Anggota Dewan yang terhormat, Gudang C dan D Cilangkap adalah gudang milik Bank Indonesia yang khusus diperuntukkan untuk tempat penyimpanan bahan uang, dan sudah digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan uang mulai sekitar tahun 1985. Gudang C dan D Cilangkap tersebut dilengkapi dengan sistem pengamanan yang memadai, antara lain CCTV, alarm sistem, parit yang mengelilingi gudang, sistem penguncian dan selalu dijaga oleh aparat keamanan. Selain daripada itu, pemilihan lokasi di Cilangkap adalah untuk memperlancar transportasi angkutan bahan uang dari Pelabuhan Tanjung Priok yang umumnya menggunakan truk-truk kontainer ukuran besar 20 feet dan 40 feet dimana pada siang hari tidak diperkenankan memasuki jalan-jalan protokol dalam kota Jakarta. Pertanyaan dari Sdr. Sudirman Pertanyaan : 2. Penjelasan Bank Indonesia mengenai rencana kerja tahun 2002 terkait dengan upaya pencegahan beredarnya uang palsu masih bersifat normantif dan bukan bersifat struktural seperti pencetakan uang di luar negeri, pengadaan kertas uang, penyelesaian permasalahan kertas uang antara Perum. Peruri dan PT. Pura dan lain-lain. Mohon dijelaskan lebih lanjut. Jawaban : Anggota Dewan yang terhormat, Jawaban tertulis kami pada Rapat Kerja tanggal 20 September 2001 mengenai pencegahan beredarnya uang palsu tersebut kami sesuaikan dengan konteks pertanyaan yang diajukan oleh Anggota Dewan yang terhormat. Namun demikian, terhadap penjelasan lanjutan yang diinginkan Anggota Dewan dapat kami kemukakan sebagai berikut : Berkaitan dengan proses pencetakan uang Rupiah telah diatur di dalam ketentuan Bank Indonesia Surat Keputusan Direksi BI No. 1352DIRUPU tanggal 1 Desember 1980 yang telah diubah dan disempurnakan sejalan UU No.23 Tahun 1999 dengan Peraturan Bank Indonesia No. 217 PBI2000 tanggal 20 Juli 2000 dan diundangkan dalam Lembaran Negara RI Tahun 2000 No. 116 yang menyebutkan bahwa pada dasarnya pencetakan uang dilakukan Bank Indonesia kepada perusahaan di dalam negeri yaitu Perum Peruri. Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001 30 Bank Indonesia Bank Indonesia dapat melakukan pencetakan di luar negeri bila kapasitas dan ataupun teknologi Perum Peruri tidak sanggup memenuhi pesanan Bank Indonesia sebagaimana yang pernah terjadi pada saat “rush” tahun 1998 yang lalu. Mengenai proses pengadaan bahan uang, berdasarkan UU No.23 Tahun 1999 Bank Indonesia diberikan kewenangan untuk menetapkan macam, harga, ciri dan bahan uang yang digunakan, sehingga prosedur pengadaan bahan uang ditetapkan oleh Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Saat ini, pelaksanaan pengadaan bahan uang dilakukan sendiri oleh Bank Indonesia dengan mengacu pada Peraturan Dewan Gubernur No. 216PDG2000 tanggal 8 September 2000 mengenai Manajemen Logistik Bank Indonesia. Berdasarkan ketentuan ini, Perum Peruri masih dilibatkan dalam proses pengadaan bahan uang sebagai konsultan teknis, uji mutu dan handling impor dengan memperoleh fee dari Bank Indonesia. Begitu pula untuk penyelesaian kertas uang antara Perum Peruri dan PT. Pura telah diatur dalam Perjanjian Jual Beli No. SP-35I2000 tanggal 26 Januari 2000 antara Perum Peruri dan PT. Pura. Di dalam perjanjian dimaksud antara lain disebutkan bahwa apabila terjadi perselisihan atas pelaksanaannya maka masing-masing pihak sepakat dan berjanji untuk terlebih dahulu menyelesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat dan manakala cara musyawarah tidak dicapai langkah selanjutnya diajukan kepada Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI guna diselesaikan pada tingkat pertama dan terakhir menurut prosedur dan ketentuan BANI. Pertanyaan dari Sdr. Mukhtar Pertanyaan : 3. Berapa jumlah uang palsu yang beredar di Indonesia dan adakah bahan uang asli dengan nomor seri ganda dikategorikan sebagai pemalsuan uang. Jawaban : Anggota Dewan yang terhormat, Perkembangan uang palsu Rupiah menurut laporan masyarakat dan perbankan kepada Bank Indonesia maupun temuan POLRI selama 1997-Juni 2001 baik dari segi jumlah bilyetlembar maupun segi nominal serta perbandingannya dengan uang yang diedarkan UYD sebagai berikut: Uang U Y D Ratio UpalUYD Tahun Bilyet Rp Juta Bilyet Rp Juta Bilyet Rp Juta 1997 238,838 4,442 2,094,248,966 30,946,964 0,01140 0,01435 1998 177,665 6,171 2,697,787,021 45,460,956 0,00663 0,01357 1999 215,950 6,729 2,897,590,431 68,646,145 0,00745 0,00980 2000 322,108 14,758 2,781,721,520 85,181,103 0,01158 0,01733 Jun 2001 52,021 1,968 2,307,236,625 72,649,393 0,00225 0,00270 Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001 31 Bank Indonesia Berdasarkan data di atas, teknik pemalsuan uang Rupiah pada umumnya dilakukan dengan cara offset, colour printertransfer, sablon maupun foto copy, sehingga jelas uang palsu dengan mencontoh uang asli akan menghasilkan nomor seri yang sama atau ganda. Selanjutnya, dari laporan yang disampaikan Perum Peruri tidak ada uang Rupiah asli pada satu pecahan yang pemberianpenetapan dan pencetakan nomornya oleh Perum Peruri dilakukan dengan seri yang samaganda. Dengan demikian, informasiberita mengenai beredarnya uang asli dengan nomor seri ganda menurut hemat kami adalah sekedar isu, karena sampai saat ini tidak dijumpai di masyarakat adanya uang asli dengan nomor seri ganda apalagi dalam jumlah cukup besar. Perlu kami tegaskan disini, bahwa kewenangan pemberian nomor dan seri uang sepenuhnya berada di Perum Peruri. Pertanyaan dari Sdr. Tjahjo Kumolo Pertanyaan : 1. Sebelumnya terdapat Perjanjian Pokok Hubungan Kerja PPHK antara Bank Indonesia dan Perum Peruri, namun sekarang dengan proses pengadaan uang ada kesan terjadi pemutusan sepihak terhadap perjanjian dimaksud. 2. Kami mendengar bahwa pengadaan uang baru dilakukan pada bulan September 2001, sehingga selama tahun 2001 yang tinggal 3 tiga bulan lagi apakan Bank Indonesia mampu memenuhi kebutuhan masyarakat mengenai penyediaan uang. 3. Bagaimana pandangan Bank Indonesia terhadap keberadaaan PP No.342000 tentang Perum Peruri yang merupakan badan usaha tunggal di bidang pencetakan uang dengan diterbitkannya Keppres No.962000 antara lain tentang Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan tertentu untuk Industri Percetakan Uang. Apakah penerbitan Keppres tersebut batal demi hukum. 4. Apakah benar dalam pencetakan uang setiap 100 lembar terdapat cadangan 3 lembar, mohon penjelasan. Jawaban : Anggota Dewan yang terhormat, 1. PPHK antara Bank Indonesia dan Perum Peruri disusun dan disepakati pada tanggal 7 Agustus 1997 dengan landasan hukum di dalam perjanjian adalah kewenangan Bank Indonesia sebagaimana diatur menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1968 dan kewenangan Perum Peruri didasarkan pada Peraturan Pemerintah PP No. 30 Tahun 1985. Selain itu, dalam PPHK tersebut tidak ditentukan batas waktu berlakunya perjanjian. Mengingat landasan hukum Bank Indonesia dan Perum Peruri telah berubah, maka Bank Indonesia telah memberitahukan kepada Peruri dengan surat no. 21DpGDPURahasia tanggal 24 Oktober 2001 untuk meninjau kembali isi PPHK tersebut. Sambil menunggu tersusunnya PPHK yang baru, maka butir-butir yang tercantum dalam PPHK akan dimasukkan dalam kontrak perjanjian pencetakan uang sepanjang materinya masih relevan. Oleh karena itu, kesan pemutusan sepihak adalah tidak benar karena setiap proses pengadaan bahan uang atau pencetakan uang selalu melibatkan Perum Peruri. Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001 32 Bank Indonesia Khusus untuk kegiatan pengadaan bahan uang, berdasarkan Peraturan Dewan Gubernur No. 216PDG2000 tanggal 8 September 2000, proses pelaksanaannya tidak lagi dikuasakan kepada Perum Peruri, tetapi langsung diadakan oleh Bank Indonesia. Namun demikian, Perum Peruri tetap dilibatkan dalam proses pengadaan, yaitu sebagai konsultan teknis, uji mutu dan handling impor. Kebijakan ini ternyata telah dapat mendorong efisiensi bagi Bank Indonesia. 2. Setiap tahun Bank Indonesia menyusun Rencana Cetak yang antara lain berisi jumlah uang yang dicetak dan jumlah bahan uang yang harus diadakan. Secara umum kegiatan ini dilakukan oleh Bank Indonesia sebelum memasuki tahun anggaran yang baru dan untuk kebutuhan Tahun 2002 telah disusun pada bulan September 2001. Dengan demikian, rencana cetak yang saat ini kami susun bukan untuk memenuhi kebutuhan tahun 2001, melainkan untuk kebutuhan tahun 2002. Kebutuhan uang Tahun 2001 termasuk untuk memenuhi kebutuhan menghadapi Hari Besar Keagamaan dan Tahun Baru telah direncanakan dan dipersiapkan oleh Bank Indonesia pada triwulan IV tahun 2000, sedangkan pelaksanaannya dilakukan secara bertahap sepanjang tahun 2001. 3. Di dalam Peraturan Pemerintah PP No.34 Tahun 2000 disebutkan antara lain bahwa Perum Peruri merupakan badan usaha tunggal di bidang pencetakan uang yang diberi tugas dan wewenang melakukan pencetakan uang Rupiah untuk Bank Indonesia. Keputusan Presiden Keppres No. 96 Tahun 2000 mengatur Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan Tertentu bagi Penanaman Modal dan dalam lampirannya menunjukkan bahwa Industri Percetakan Uang maupun Industri Percetakan Khusus perangko, meterai, paspor dll merupakan bidang usaha yang terbuka Sejalan dengan ketentuan-ketentuan tersebut dan mengingat Bank Indonesia tidak mempunyai kewenangan dalam pengujian materiil maupun formal produk hukum maka seyogianya pihak DPR-RI dapat mempertanyakan secara proporsional kepada penyusun maupun penerbit ketentuan yang bersangkutan. Namun demikian, BPK RI dengan surat No. 99SI92000 tanggal 8 September 2000 telah menyarankan kepada Presiden RI untuk mencabut materi Keppres No. 96 Tahun 2000 di atas, mengingat materi tersebut bertentangan dengan PP No. 34 Tahun 2000 yang kedudukannya lebih tinggi. 4. Informasi yang menyatakan bahwa setiap pencetakan 100 seratus bilyet terdapat cadangan sebanyak 3 tiga bilyet adalah tidak benar. Kondisi yang sebenarnya adalah untuk mencetak 100 seratus bilyet, Perum Peruri membutuhkan bahan kertas uang yang berkisar antara 102 – 105 bilyet dalam rangka mengantisipasi kesalahan cetak yang terjadi. Namun pengawasan terhadap jumlah kertas uang yang diserahkan oleh Bank Indonesia kepada Perum Peruri maupun penyerahan hasil cetak baik sempurnatidak sempurna oleh Perum Peruri kepada Bank Indonesia dilakukan dengan ketat, baik oleh Bank Indonesia maupun oleh Perum Peruri. Pertanyaan dari Sdr. Aberson Marle Sihaloho Pertanyaan : 5. Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 Penjelasan dan agar terdapat kejelasan tanggung jawab dan wewenang Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berhak untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik serta memusnahkan uang dimaksud dari peredaran, Oleh karena itu, kami usulkan agar Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001 33 Bank Indonesia pencetakan uang dikembalikan menjadi bagian dari Bank Indonesia dan hal ini sejalan dengan sejarah yang ada bahwa perusahaan pencetakan uang tersebut sebelumnya merupakan bagian dari tugas Bank Indonesia. Jawaban : Anggota Dewan yang terhormat, Usul anggota Dewan yang terhormat tersebut menurut hemat kami sangat baik untuk dikaji lebih mendalam dan Bank Indonesia akan menerima dan melaksanakan apapun nantinya yang menjadi keputusan DPR RI dan Pemerintah.

VI. PERTANYAAN MENYANGKUT MASALAH BLBI DAN KEUANGAN INTERN