Masalah Akuntabilitas Pencapaian Kestabilan Nilai Rupiah

Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001 14 Bank Indonesia ini cukup efektif mengurangi transaksi valas yang tidak terkait dengan kegiatan ekonomi dan investasi di Indonesia, yang sebelumnya dipergunakan sebagai sarana spekulasi oleh pemilik modal.

D. Masalah Akuntabilitas Pencapaian Kestabilan Nilai Rupiah

Pertanyaan dari Abdullah Al Wahdi Pertanyaan : Bahwa di dalam Bab III Tujuan dan Tugas Bank Indonesia Pasal 7 adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai tukar rupiah tetapi kenyataannya sampai saat ini Bank Indonesia tidak mampu melaksanakan tugas untuk mencapai stabilitas nilai rupiah dengan kata lain Bank Indonesia gagal dalam tugas dan tanggungjawabnya. Bagaimana pertanggungjawaban Bank Indonesia dalam hal ini. Kalau di negara lain Bank Sentral tidak mampu melaksanakan tugas ini, mundur. Apakah Dewan Gubernur Bank Indonesia siap mundur sebagai pertanggungjawaban moral terhadap Bangsa dan negara. Jawaban: Anggota Dewan yang terhormat, Sebagaimana diamanatkan dalam UU No 231999 pasal 7, tugas Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi serta kestabilan terhadap mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Hal ini tentu memberikan suatu implikasi dan tantangan baru bagi Bank Indonesia dalam pelaksanaan tugasnya. Tugas mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa serta mata uang negara lain berarti bahwa Bank Indonesia harus menjaga internal balance keseimbangan internal agar inflasi tetap rendah dan pada saat yang bersamaan juga menjaga external balance keseimbangan eksternal agar nilai tukar rupiah cukup kuat dan stabil. Namun demikian, harus diakui bahwa tugas ini bukanlah tugas yang mudah dalam pelaksanaannya. Pengendalian jumlah uang beredar dan atau suku bunga memang akan dapat mempengaruhi laju inflasi dan nilai tukar rupiah namun masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhinya. Dalam hal inflasi, misalnya, sebagaimana diketahui, inflasi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sisi permintaan dan faktor-faktor yang berasal dari sisi penawaran. Bank Indonesia, melalui kebijakan moneter, hanya dapat mempengaruhi sisi permintaan seperti investasi dan konsumsi masyarakat. Di sisi lain, kebijakan moneter tidak dapat secara langsung mempengaruhi perkembangan sisi penawaran seperti musim panen dan perkembangan harga-harga komoditi yang dikendalikan pemerintah administered prices yang juga dapat mempengaruhi laju inflasi. Tanggung jawab pengendalian inflasi yang dibebankan kepada Bank Indonesia dengan demikian secara tidak langsung juga berarti bahwa dalam jangka menengah panjang, pengaruh faktor-faktor non moneter terhadap inflasi perlu terus dikurangi, antara lain melalui langkah-langkah untuk memungkinkan bekerjanya mekanisme pasar dengan baik. Dalam masa transisi, Bank Indonesia akan lebih memperhatikan inflasi yang disebabkan oleh Penjelasan Atas Pertanyaan Lisan Anggota Komisi IX D PR RI yang diajukan dalam Rapat Kerja Tanggal 20 September 2001 15 Bank Indonesia faktor-faktor moneter atau yang biasa juga disebut dengan core inflation atau underlying inflation. Dalam hal nilai tukar rupiah, disadari sepenuhnya bahwa dengan dianutnya free float exchange rate system, nilai tukar rupiah lebih banyak ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar. Selain faktor fundamental ekonomi dan tehnikal, faktor sentimen pasar yang merupakan cermin dari faktor risiko dan ketidakpastian kerap mewarnai pergerakan nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, kebijakan Bank Indonesia tidak dimaksudkan untuk mengarahkan pergerakan nilai tukar agar mencapai suatu tingkat tertentu, akan tetapi lebih untuk mencegah fluktuasi nilai tukar yang berlebihan, antara lain melalui kebijakan untuk menyediakan pasokan valas apabila diperlukan. Terkait dengan akuntabilitas atas pelaksanaan tugas tersebut, Bank Indonesia secara rutin dan tepat waktu selalu memberikan Laporan atas pelaksanaan tugas di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran yang disampaikan kepada anggota Dewan sekalian setiap tiga bulan. Dalam laporan tersebut Bank Indonesia secara rinci menjelaskan upaya-upaya yang ditempuh dalam mencapai tujuan serta kendala-kendala yang dihadapi sesuai dengan amanat dari Undang-Undang tentang Bank Indonesia. Selain itu, langkah- langkah kebijakan di bidang moneter dan perbankan yang merupakan hasil Rapat Dewan Gubernur bulanan juga secara rutin disosialisasikan kepada masyarakat sebagai salah satu perwujudan transparansi dan akuntabilitas Bank Indonesia. Adalah menjadi wewenang selanjutnya dari anggota Dewan sekalian untuk melaksanakan fungsi pengawasan pelaksanaan tugas Dewan Gubernur Bank Indonesia, berdasarkan laporan-laporan dimaksud. Tentu saja, Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam melaksanakan tugasnya selalu mengacu pada UU No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

E. Masalah Obligasi Pemerintah