BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kecemasan
Menurut Freud 2000, dalam Safaria Nofrans, 2009, hal. 49, kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman dari rasa sakit maupun dunia luar yang tidak siap ditanggulangi dan
berfungsi memperingatkan individu akan adanya bahaya. Kecemasan yang tidak dapat ditanggulangi disebut dengan traumatik.
Kecemasan adalah pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik Suliswati
et.el, 2008. Stuart 1995, dalam Riyadi Teguh, 2009, hal. 43 mengatakan bahwa kecemasan
adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Tomb 1993, dalam Riyadi Teguh, 2009, hal. 43 kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala
fisiologi, sedangkan pada gangguan kecemasan terkandung unsur penderitaaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.
2.2. Faktor Penyebab Kecemasan
Menurut Purba, dkk 2008, kecemasan dapat disebabkan oleh: a. Adanya perasaan takut tidak diterima dalam suatu lingkungan tertentu.
b. Adanya pengalaman traumatis seperti trauma akan berpisah, kehilangan atau bencana. c. Adanya rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan
Universitas Sumatera Utara
d. Adanya ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
gangguan terhadap kebutuhan dasar e.
Adanya ancaman terhadap konsep diri: identitas diri, harga diri, dan perubahan peran. Sue, dkk. Kartikasari, 1995 dalam Purba, 2008, manifestasi kecemasan terwujud
dalam empat hal berikut ini : 1.
Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi
2. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu
seperti gemetar 3.
Perubahan somatik, muncul dalam keaadaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan sebagainya.
4. Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah dan perasaan tegang yang berlebihan.
2.3. Perilaku
Kecemasan dapat dieksperisikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung melalui timbul gejala atau mekanisme koping dalam upaya
mempertahankan diri dari kecemasan. Intensitas dari perilaku akan meningkatkan sejalan dengan peningkatan kecemasan.
Respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan efektif terhadap kecemasan dijelaskan pada tabel 2.1 dan 2.2 Riyadi dan Teguh, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Respon Fisiologis Terhadap Kecemasan
Sistem Tubuh Respon
Kardiovaskuler Palpitasi
Jatung berdebar Tekananan darah meningkat
Denyut nadi menurun Pingsan
Pernafasan Nafas cepat
Sesak nafas Pembengkakan tenggorokan
Sensasi tercekik Nafas dangkal
Tekanan pada dada Neuromuskuler Reflek
meningkat Reaksi terkejut
Mata berkedip-kedip Insomnia
Gelisah Wajah tegang
Kelemahan umum Gerakan yang janggal
Tremor Gastrointestinal
Kehilangan nafsu makan Rasa tidak nyaman pada abdomen
Menolak makan Nyeri abdomen
Mual Nyeri ulu hati
Diare Saluran perkemihan
Sering berkemih Tidak dapat menahan kencing
Kulit Wajah kemerahan
Universitas Sumatera Utara
Telapak tangan berkeringat Berkeringat seluruh tubuh
Gatal Rasa panas dan dingin
Wajah pucat
Tabel 2.2. Respons Perilaku, Kognitif, Dan Afektif
Sistem Respon
Perilaku Gelisah
Ketegangan fisik Reaksi terkejut
Bicara cepat Kurang koordinasi
Cenderung mengalami cedera Menarik diri dari hubungan
interpersonal Inhibisi
Melarikan diri dari masalah Menghindar
Hiperventilasi Sangat waspada
Kognitif Perhatian terganggu
Konsentasi buruk Pelupa
Salah dalam pemberian penilaian Preokupasi
Hambatan berfikir Lapang persepsi menurun
Bingung Sangat waspada
Kesadaran diri
Universitas Sumatera Utara
Kehilangan obyaktivitas Takut kehilangan kendali
Takut pada gambaran visual Takut cedara
Mimpi buruk Afektif Mudah
terganggu Tidak sabar
Tegang Gugup
Ketakutan waspada
2.4. Tingkat Kecemasan