Anak dengan Gangguan Penglihatan Tunanetra

1 PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 11

3. Kebutuhan Pembelajaran ABK

Pada materi ini akan dibahas kebutuhan pembelajaran ABK untuk lima ketunaan yaitu Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, dan Autis.

a. Anak dengan Gangguan Penglihatan Tunanetra

Menurut Haryanto 2010, anak Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan pada penglihatannya, sehingga membutuhkan layanan khusus dalam pendidikan maupun dalam kehidupan sehari- harinya. Ada beberapa hambatan umum yang dialami anak tunarungu, diantaranya: Kemampuan penglihatannya kurang atau kabur, sehingga sebagian besar akan sulit mengenali orang pada jarak 6 m. Kesulitan mengambil benda kecil yang ada di dekatnya. Kesulitan untuk menulis. Sering meraba-raba dan tersandung waktu berjalan, Bola mata pada bagian yang hitamnya berwarna keruhbersisik kering. Mengalami peradangan pada kedua bola mata, Matanya bergoyang terus, atau Tidak mampu melihat. Menurut Heri Purwanto 2010, adanya gangguan penglihatan pada anak tunanetra dapat berdampak pada kemampuan-kemampuan berikut ini: 1 Segi Fisik Secara fisik terlihat adanya kelainan pada organ penglihatanmata, hal ini secara mudah dapat dibedakan dengan anak-anak normal pada umumnya, dampaknya akan terlihat dalam aktivitas mobilitas dan respon motoriknya. 1 PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 12 2 Segi Motorik Keterbatasan indera penglihatan pada dasarnya tidak akan berpengaruh secara langsung terhadap keadaan motorik, tetapi karena kurang atau bahkan karena tidak adanya pengalaman visual menyebabkan anak tunanetra kesulitan dalam melakukan orientasi lingkungan. Karena permasalahan ini, mengakibatkan anak tunanetra harus belajar berbagai keterampilan orientasi dan mobilitas agar mampu berjalan dengan aman dan efisien dalam suatu lingkungan. 3 Perilaku Masalah perilaku bukan merupakan masalah yang secara langsung diakibatkan oleh ketunanetraannya, namun berdasarkan beberapa penelitian, beberapa anak tunanetra sering menunjukkan permasalahan perilaku, salah satunya perilaku stereotip. Perilaku stereotip yang biasa dilakukan oleh anak tunanetra diantaranya berupa menekan-nekan matanya, membuat suara dengan jarinya, menggoyang-goyangkan kepala dan badan, atau berputar-putar. Menurut hasil penelitian, hal ini bisa terjadi diantaranya karena tidak adanya rangsangan sensoris, terbatasnya aktifitas dan gerak di dalam lingkungan, serta keterbatasan sosial. Ada hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku tersebut, misalnya dengan membantu mereka untuk memperbanyak aktifitas, memberikan pengajaran perilaku positif, dan sebagainya. 4 Akademik Pada umumnya, ketunanetraan berpengaruh pada perkembangan keterampilan akademis, khususnya dalam bidang membaca dan menulis. Untuk mengatasi hal tersebut, anak tunanetra memerlukan berbagai alternatif media atau alat khusus untuk membaca dan menulis disesuaikan dengan kebutuhannya masing-masing. Mereka dapat diberi bantuan media beruapa huruf braille atau huruf cetak dengan berbagai alternatif ukuran. 1 PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 13 5 Pribadi dan Sosial Permasalahan keterampilan sosial pada anak tunanetra biasanya diakibatkan karena mereka mempunyai keterbatasan dalam mengamati dan mengadaptasi keterampilan sosial yang ada di sekitarnya. Untuk mengatasinya, maka anak tunanetra perlu mendapatkan latihan langsung dalam bidang pengembangan persahabatan, menjaga kontak mata, penampilan postur tubuh yang baik, mempergunakan gerakan tubuh dan ekspresi wajah yang sesuai, mempergunakan intonasi suara atau wicara dalam mengekspresikan perasaannya, serta menyampaikan pesan yang tepat pada waktu melakukan komunikasi. Kemampuan penglihatan yang tidak bermasalah memungkinkan kita untuk bergerak dengan leluasa dalam suatu lingkungan, tetapi tunanetra mempunyai keterbatasan dalam melakukan gerakan tersebut. Keterbatasan tersebut menyebabkan adanya keterbatasan dalam memperoleh pengalaman sehingga hal ini akan juga akan berpengaruh pada hubungan sosialnya. Dari keadaan tersebut mengakibatkan sebagian tunanetra lebih terlihat memiliki sikap: a Curiga yang berlebihan dan mudah tersinggung. Kemungkinan ini diakibatkan oleh pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan yang sering dialami. b Ketergantungan pada orang lain. Anak-anak tunanetra pada umumnya memilki sikap ketergantungan yang kuat pada oranglain dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Kondisi yang demikian umumnya wajar terjadi pada anak-anak tunanetra berkenaan dengan keterbatasan yang ada pada dirinya.

b. Anak dengan Gangguan Pendengaran Tunarungu