1
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016
13
5 Pribadi dan Sosial Permasalahan keterampilan sosial pada anak tunanetra biasanya
diakibatkan karena mereka mempunyai keterbatasan dalam mengamati dan mengadaptasi keterampilan sosial yang ada di
sekitarnya. Untuk mengatasinya, maka anak tunanetra perlu mendapatkan latihan langsung dalam bidang pengembangan
persahabatan, menjaga kontak mata, penampilan postur tubuh yang baik, mempergunakan gerakan tubuh dan ekspresi wajah yang
sesuai, mempergunakan intonasi suara atau wicara dalam mengekspresikan perasaannya, serta menyampaikan pesan yang
tepat pada waktu melakukan komunikasi. Kemampuan penglihatan yang tidak bermasalah memungkinkan
kita untuk bergerak dengan leluasa dalam suatu lingkungan, tetapi tunanetra mempunyai keterbatasan dalam melakukan gerakan
tersebut. Keterbatasan tersebut menyebabkan adanya keterbatasan dalam memperoleh pengalaman sehingga hal ini akan juga akan
berpengaruh pada hubungan sosialnya. Dari keadaan tersebut mengakibatkan sebagian tunanetra lebih terlihat memiliki sikap:
a Curiga yang berlebihan dan mudah tersinggung. Kemungkinan ini diakibatkan oleh pengalaman-pengalaman yang kurang
menyenangkan yang sering dialami. b Ketergantungan pada orang lain. Anak-anak tunanetra pada
umumnya memilki sikap ketergantungan yang kuat pada oranglain dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Kondisi yang
demikian umumnya wajar terjadi pada anak-anak tunanetra berkenaan dengan keterbatasan yang ada pada dirinya.
b. Anak dengan Gangguan Pendengaran Tunarungu
Tunarungu adalah mereka yang mempunyai kemampuan mendengar di kedua telingannya hampir di atas 60 desibel, yaitu mereka yang
tidak mungkin atau kesulitan secara signifikan untuk memahami suara pembicaraan normal meskipun dengan mempergunakan alat bantu
dengar atau alat-alat lainnya yang diakibatkan oleh kerusakan organ dengar Nakata dalam Djaja, 2006. Akibat permasalahan ini, anak
1
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016
14
mengalami kesulitan untuk memperoleh dan mengolah informasi yang bersifat auditif, hal ini dapat menimbulkan hambatan dalam melakukan
interaksi dan komunikasi secara verbal. Ada dua kategori tunarungu hearing impairment yaitu deaf dan hard
of hearing Moores, 2001 dalam Zaenal Alimin 2007. Deaf yaitu tunarungu yang kehilangan seluruh kemampuan dengarnya, sedang
hard of hearing adalah tunarungu yang masih memiliki sebagian daya pendengarannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, pada garis besarnya, anak tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal.
Ada beberapa kondisi yang ditunjukkan oleh anak tunarungu, diantaranya:
Sebagian terlihat sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar.
Banyak menaruh perhatian pada getaran. Mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa
Kurang atau bahkan tidak menunjukkan reaksi terhadap bunyi atau suara,
Sering kali menggunakan isyarat dalam berkomunikasi, Kurang atau bahkan tidak menunjukkan respon ketika diajak bicara,
Mempunyai kualitas suara aneh atau monoton, Ada beberapa dampak yang timbul akibat permasalahan pendengaran,
antara lain: 1 Aspek Motorik
Menurut hasil penelitian, anak tunarungu yang tidak memiliki kecacatan lain dapat mencapai tugas-tugas perkembangan motorik
early major motor milestones, seperti duduk, merangkak, berdiri dengan tanpa bantuan, dan berjalan sama seperti yang terjadi pada
anak yang mendengar, tetapi mereka memiliki kesulitan dalam keseimbangan dan koordinasi gerak umum, dalam penyelesaian
1
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016
15
tugas-tugas yang memerlukan kecepatan serta gerakan-gerakan yang kompleks Zaenal Alimin 2007.
2 Aspek Bicara dan Bahasa Ketunarunguan sangat mempengaruhi keterampilan berbicara dan
bahasa, apalagi bagi anak-anak yang ketunarunguannya dibawa sejak lahir, bahasa yang dikeluarkan oleh individu dengan
ketunarunguan biasanya sulit untuk dimengerti karena mereka mengalami kesulitan dalam membeda-bedakan artikulasi, kualitas
suara, dan tekanan suara. Hal ini terjadi karena mereka kurang bahkan ada yang tidak pernah mendengar informasi melalui suara.
Menurut Djadja
Rahardja 2006
bagi individu
yang ketunarunguannya congenital atau berat, suara yang keras tidak
dapat didengarnya meskipun dengan menggunakan alat bantu dengar.
Anak tunarungu memerlukan perhatian khusus dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Dudi Gunawan 2011, berikut ini strategi
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran: a Tidak membelakangi anak ketika berbicara dengannya
b Tempatkan anak pada posisi tempat duduk paling depan, sehingga memudahkan mereka untuk membaca gerak bibir guru.
c Usahakan untuk berbicara kepada anak dengan posisi berhadapan dan bila memungkinkan kepala guru sejajar dengan
kepala anak. d Volume suara guru tidak perlu dikeraskan, tetapi yang
diusahakan adalah gerakan bibir yang jelas.
c. Anak dengan Gangguan Intelektual Tunagrahita