menggerak-gerakkan tubuhnya dan berulang kali mengubah posisi duduk. Ia juga mengusap-usap lengan kanan dan kirinya. Meskipun demikian, proses wawancara
berjalan dengan lancar. Secara keseluruhan proses wawancara yang dilakukan dengan subjek
berjalan dengan baik. Sejak awal subjek sudah menerima dengan baik kedatangan peneliti. Meskipun demikian, di setiap wawancara peneliti membutuhkan waktu
terlebih dahulu untuk mencairkan suasana. Pada awalnya subjek terlihat membatasi diri dengan peneliti, namun seiring dengan berjalannya waktu subjek
sudah dapat terbuka kepada peneliti. Pada awalnya peneliti berasumsi subjek merasa tidak nyaman melakukan wawancara ketika subjek menunjukkan
kegelisahannya dengan berulang kali mengubah posisi duduk dan mengusap-usap kedua lengannya. Namun, hal ini terus terjadi di pertemuan-pertemuan berikutnya.
Hampir di setiap proses wawancara subjek selalu mengucapkan kata “istilahnya”. Subjek dan peneliti tidak pernah melakukan kontak mata dikarenakan kondisi
mata subjek yang tidak dapat melihat. Namun, posisi wajah subjek dan peneliti selalu saling berhadapan. Subjek juga tidak selalu menunjukkan ekspresi wajah
ketika berbicara.
b. Hasil Wawancara
1. Proses Pemilihan Pasangan
Azwar adalah seorang pria penyandang tunanetra yang berusia 35 tahun. Azwar adalah pria beretnis Jawa. Ia merupakan anak kedua dari sepuluh
bersaudara. Di antara saudara-saudar nya hanya Azwar yang tidak dapat melihat.
Universitas Sumatera Utara
Sejak lahir Azwar sudah kehilangan penglihatannya. Namun, Azwar tidak buta total ia masih bisa melihat meskipun hanya sosoknya saja. Menurut penuturan
Azwar, ada dua hal yang diindikasikan sebagai penyebab kebutaannya. Hal yang pertama ialah sewaktu kecil ia mengalami sakit panas yang berakibat pada
hilangnya penglihatannya. Hal yang kedua ialah ketika ia masih di dalam kandungan sang ibu, bapak Azwar memiliki hobi memancing. Namun setiap kali
bapaknya memancing, ikan hasil pancingannya tersebut ditusuk pada bagian matanya. Kedua hal inilah yang dianggap Azwar sebagai penyebab hilangnya
penglihatannya. “Ada dua ceritanya, dulu waktu kecil pernah kena sakit panas”.
S2.W1.27Mar14.B28.H2 “Terus waktu mengandung mamak mengandung saya, hobi bapak
mancing tapi dicucuk dari matanya”. S2.W1.27Mar14.B30-31.H2
Azwar dilahirkan dan dibesarkan di sebuah desa kecil di Indrapura. Bapak Azwar berasal dari Indrapura sementara ibu Azwar berasal dari Batu Bara.
Hampir seluruh keluarga bapak Azwar menetap di Indrapura termasuk kedua orang tua bapak Azwar. Pekerjaan kedua orang tua Azwar ialah petani. Mereka
memiliki sawah di Indrapura. Meskipun demikian, terkadang bapak dan ibu Azwar sering pergi merantau. Ketika mereka pergi merantau, Azwar pun
dititipkan di rumah nenek Azwar sementara saudara-saudara Azwar yang lainnya tetap berada di rumah. Hal ini dikarenakan orang tua Azwar merasa khawatir jika
abang dan adik Azwar tidak dapat menjaga Azwar dengan baik dan meninggalkan Azwar ketika sedang bermain-main.
Universitas Sumatera Utara
“Tapikan waktu kecil dulu kan mamak, mamak sering merantau jadi dititipkan sama nenek. Kalau adek-adek sama abang di rumah
cuman aku aja yang dititipkan sama nenek”.
S2.W2.17Mei14.B598-600.H25 “Istilahnya gak percaya sama abang gitu kan, kalau abang kan
istilahnya entah kawan-kawan datang entah asik-asik main gitu kan, nanti gak meratihi adiknya”.
S2.W2.17Mei14.B607-609.H25 Ketika berada di Indrapura, bapak Azwar pernah menjadi seorang agen
penjual pisang. Namun, ia memiliki kebiasaan buruk yaitu bermain judi. Hal ini membuat bapak Azwar kehilangan banyak uangnya dan memiliki banyak hutang
pada saudara sepupunya sendiri. Karena tidak mampu membayar hutang dan merasa ketakutan, akhirnya bapak Azwar memutuskan untuk pergi ke Dumai.
Namun, Azwar tidak dibawa pergi, ia dititipkan di rumah neneknya. Kedua orang tua Azwar pergi tanpa memberikan penjelasan mengenai alasan mereka
meninggalkan Azwar di rumah neneknya, mereka hanya berpamitan kepada Azwar. Sejak saat itu Azwar tinggal terpisah dari kedua orang tua dan saudara-
saudaranya. “Sebelum kejadian itu kan bapak itu kan agen pisang jadi hobinya
judi, uangnya habis hutangnya banyak terus lari kesana. Udah itu balek lagi subuh-subuh pulangnya tapi sebelum pulang itu udah
dikasi tau sama mamak besok kami berangkat subuh-subuh. Padahal toke pisang itukan abangnya kakek terus punya anak, sama itulah dia
utang, padahal kalau pun jumpa karena udah tau istilahnya bapak itu sifatnya kek gitu padahal kan gak ditagih tapi dia takut sendiri”.
S2.W2.17Mei14.B694-701.H28-29 Ketika berada di Indrapura, Azwar pernah mengikuti sekolah ketika
berada di Indrapura meskipun hanya sampai kelas satu saja. Bukan hal yang mudah bagi Azwar untuk bersekolah. Pada awalnya, pihak sekolah meminta
Universitas Sumatera Utara
Azwar untuk memeriksakan keadaan matanya. Mendengar hal tersebut, salah seorang teman bapak Azwar menyarankan untuk memeriksakan mata Azwar ke
Medan. Setelah dilakukan pemeriksaan, Azwar diminta untuk bersekolah terlebih dahulu. Jika tidak bisa melihat huruf, maka akan dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut. Akhirnya Azwar pun mengikuti sekolah, Azwar memang tidak dapat melihat huruf. Bahkan Azwar memberi upah kepada teman-temannya untuk
menuliskan tugas sekolahnya. Namun, hal ini tidak bisa berlangsung terus- menerus, ketika Azwar mengikuti ujian ia harus menulis jawabannya sendiri.
Karena tidak bisa melihat, Azwar pun tidak dapat mengikuti ujian dan akhirnya berhenti sekolah. Kondisi perekonomian keluarga Azwar pun tidak
memungkinkan untuk memfasilitasi Azwar mengikuti sekolah. “Enggak. Dulu tapi sekolah, kan pernah periksa di Medan waktu
mau sekolah lah itu kan. Waktu mau masuk sekolah SD lah itu kan disuruh operasi ee periksa dulu di Medan, baru waktu di periksa di
Medan suruh di sekolah kan dulu. Nanti kalau gak bisa melihat huruf, gak bisa melihat tulisan baru dibawa kemari lagi. Jadi,
kemudian mungkin perekonomian juga iya kan tidak mendukung kemudian nenek dari sebelah mamak ini trauma. Trauma karena
melihat tetangga operasi terus tambah gak melihat gitu. Gagal, jadi gak disetujui dari nenek sebelah mamak kan”.
S2.W4.29Jun14.B1808-1815.H73 “Ee ini apa namanya, ada kan ada kawan bapak kan dari Medan juga
istilahnya udah kayak adek sendirilah gitu kan. Jadi, karena mau sekolah disuruh periksa dulu sama guru sekolahnya kan gitu. Terus
suruh periksa, sama kawan bapak ini diajaklah ke Medan. Eee di periksa disitu disuruh sekolah dulu kalau gak bisa nanti baru. Karena
gak bisa terus yang gak bisa kan dimasukkan sekolah juga kan. Jadi, dimasukkan sekolah juga jadinya sekolahnya minta tuliskan kawan
dibayarlah kan masa itu uang 100 perak itu kan masih berharga kan?”.
S2.W4.29Jun14.B1819-1826.H73
Universitas Sumatera Utara
“Hahaha iya udah itu giliran ujian gak boleh nulis sendiri eh gak boleh minta tuliskan. Sejak gak boleh diapakan berhentilah
sekolahnya”.
S2.W4.29Jun14.B1828-1829.H73 Sejak putus sekolah, kegiatan Azwar hanya mengikuti pamannya untuk
menjaga kerbau-kerbau milik pamannya. Terkadang Azwar juga pergi bersama kakek dan neneknya ke sawah. Azwar juga selalu berpergian dan menginap di
rumah teman-temannya. Azwar memang memiliki cukup banyak teman yang dapat melihat ketika berada di Indrapura. Azwar memang suka berpergian, ia
menyukai suasana yang baru. Azwar bahkan pernah mengikuti temannya hingga ke Jawa. Azwar mendapatkan banyak pengalaman dan hal-hal baru ketika
berpergian dari satu tempat ke tempat lainnya. Ia mendapatkan banyak hal berharga dari setiap tempat yang ia kunjungi.
Pada awalnya, Azwar pergi ke Tebing Tinggi. Dari sini lah Azwar mulai belajar mengaji. Selama berada di sana, Azwar belajar mengaji dengan
menghafalkan ayat-ayat yang dilafazkan oleh orang lain. Merasa tidak betah berada di sana, Azwar pun pergi ke Batu Bara. Di sana ia tinggal bersama kakek
dan nenek dari pihak ibu. Azwar juga mengaji bersama kakeknya disana selama 3 tahun. Ketika Azwar berada di sana, kakek Azwar selalu kehilangan uang dan
Azwarlah yang dituduh sebagai pelakunya. Mengetahui hal tersebut, paman Azwar pun mengembalikan Azwar ke rumah neneknya di Indrapura. Namun,
seiring berjalannya waktu kakek Azwar mengetahui bahwa bukan Azwar yang mengambil uangnya melainkan sepupu Azwar.
Universitas Sumatera Utara
“Ee di Tebing dulu istilahnya kegiatannya ngafal-ngafal, ngaji tapi dari mulut ke mulut. Terus gak kerasan pindah ke kampung mamak
kan ke Batu Bara. Udah ngaji disitu selama 3 tahun ada. Tapi ngajinya ee ikut kakek kan ee belah mamak kan mamaknya mamak
lah terus ya cucunya, anak wawaklah. Anak wawak itu ada yang agak nakalan gitulah, uang itu diambikkin. hehe terus uang nenek
diambikkin terus ditanya orang gak ada yang ngaku awak yang tertuduh hehe. Udah tertuduh di kembalikan lagi ke Indrapura,
diantarkan kesitu kan Cuman ditanya sama nenek yang di Indrapura kenapa di kembalikan? gak diceritakannya. Terus
abangnya mamak yang nomor 2 dijemput lagi tanpa sepengetahuan ini sepengetahuan nenek yang belah mamak kan. Pertama makanya
diambik sama wawak itu kan, aku udah diantar ke Indrapura uang itu tetap ilang juga”.
S2.W4.29Jun14.B1853-1865.H74 Setelah itu, Azwar di bawa oleh pamannya yang merupakan abang dari
ibunya yang berada di Batu Bara. Selama berada di Batu Bara, Azwar membantu pamannya yang membuka usaha jualan pisang. Selama 4 tahun Azwar berada di
sana. Usaha pamannya pun kian hari kian meningkat. Dari hanya berjualan menggunakan sepeda hingga dapat membeli sebuah mobil. Namun, tak lama
menikmati kesuksesannya paman Azwar pun di panggil oleh Yang Maha Kuasa. Tiga tahun setelah kepergiannya, istri paman Azwar juga meninggal dunia.
Akhirnya Azwarlah yang diminta untuk menempati rumah tersebut sementara anak-anak paman Azwar pergi ke Pekanbaru.
“…. Jadi, terus abang mamak yang nomor dua ngejemput mutar dari pesisir lah kan jemput dari situ gak dikasi dari nenek belah bapak kan. Itu
tetap diambik juga. Sejak itulah ikut uwak, balek ke Batu Bara lagi. Cuman di kota ujung kubunya. Sejak itu, itulah ikut uwak disitukan
sementara 4 tahun uwak jualan pisang, banyak sukses dia jualan pisang. Dari mobile e dari apa sepeda terus belik becak, becak dayung terus belik
kereta terus belik mobil. Udah itu nambah istri, udah nambah istri meninggal”.
S2.W4.29Jun14.B1867-1874.H75
Universitas Sumatera Utara
“…..Udah itu jarak 3 tahun istri tuanya juga meninggal. Sejak meninggal itu rumah yang disitu aku disuruh nunggu kan, tetap juga tinggal disitu.
Anaknya ke Pekanbaru semua, terus ke diajak kawan ke Dumai lama juga disitu dua tahun”.
S2.W4.29Jun14.B1876-1879.H75 Setelah kepergian paman dan bibinya, Azwar pergi ke Dumai dan kembali
ke Batu Bara lagi setelah 2 tahun. Namun, sekembalinya dari Dumai rumah pamannya tersebut sudah terbakar. Ia pun tidak memiliki tempat tinggal hingga
akhirnya salah seorang teman Azwar yang sering ia temui ketika melaksanakan sholat di Mesjid mengajak Azwar untuk tinggal bersamanya. Di sanalah Azwar
melanjutkan hafalan-hafalan Al-Qur’an yang sudah ia pelajari sebelumnya di Tebing Tinggi. Kebetulan teman Azwar tersebut merupakan seorang guru
Sanawiyah. Banyak hal yang Azwar dapatkan selama berteman dengan temannya yang bernama Ahmad Bukan nama sebenarnya. Salah satunya mengenai
memilih pasangan. Pengalaman dan pengetahuan yang dibagikan oleh Ahmad tersebut mempengaruhi Azwar dalam menentukan kriteria dalam memilih
pasangan. “Iya, abis itu ke Batu Bara lagi dengar-dengar rumahnya udah ke
bakar. he jadi ada kawan satu jama’ah kan sering sholat di Mesjid udah ikut aku aja. Ya kutanyakkanlah bulanannya cemana? kata dia
gak pala bulananlah pokok nya makan aku makan kau”.
S2.W4.29Jun14.B1881-1884.H73 Ahmad memberikan saran kepada Azwar untuk mencari pasangan hidup
yang sholeha. Pasangan hidup yang baik adalah pasangan yang se-akidah dan taat beragama sehingga dapat membantu di akhirat kelak. Ahmad mengatakan bahwa
sebagai seorang suami maka memiliki tanggung jawab atas istrinya. Jika istri tidak mau melaksanakan sholat atau tidak mengenakan jilbab, maka hal itu akan
Universitas Sumatera Utara
menjadi tuntutan suami di akhirat kelak. Hal inilah yang membuat Azwar berharap mendapatkan pasangan yang merupakan seorang santri dan bisa berkitab
Pendidikan dan inteligensi. “…Misalkan dia itu istilahnya berpengalaman istilahnya lebih
berpengalaman lah gitu istilahnya. Kalau kita mendapat santri istilahnya kalau mendapat istri yang santri katanyakan yang taat beragama itu
membantu kita untuk di akhirat katanya. Kalau kita tidak, istri kita tidak apa namanya tidak enggak seakidah istilahnya katakanlah yang enggak
sholeh gitu kan enggak sholeha gitu kan. Jadi itu akan menambah hitung-hitungan di akhirat nanti. Jadi ku tanya contohnya apa bang?
contohnya istri mugak bejilbab misalnya, jadi itu nanti yang jadi tuntutanmu katanya. Istri mu gak sembahyang itu jadi tuntutanmu
karena kamu yang mengatur semua”.
S2.W4.29Jun14.B2073-2082.H82 Azwar juga memiliki kriteria pasangannya sendiri. Azwar berharap
mendapatkan pasangan yang dapat melihat, berasal dari satu suku yang sama dengan dirinya yaitu Jawa Pernikahan antar ras atau suku, dan usianya setara
dengan dirinya Perbedaan usia. Dalam memilih pasangan, Azwar berpedoman pada petunjuk Allah dan petunjuk Nabi yang ada di dalam Al-Qur’an. Yang
pokok di antaranya adalah karena kecantikan seorang wanita; karena kekayaannya; karena kebangsawanannya; dan keberagamaannya Field of
eligible. “Ya pentingnya itu supaya keluarganya itu istilahnya menjadi
keluarga istilahnya keluarga yang sesuai tuntunan Islam, bahagia gitu, terlebih-lebih istri itu bisa diajak memenuhi memenuhi
istilahnya sampai ke hari kemudian gitu, berkeluarga itu gak sebatas hanya disini gitu”.
S2.W3.8Jun14.B1413-1418.H57 “Ya alasannya memilih pasangan itu penting ya membantu gitu kan
istilahnya kan membantu, ya kalau gak bisa membantu di dunia ya paling gak membantu di akhirat kan gitu”.
Universitas Sumatera Utara
S2.W2.17Mei14.B957-959.H39 “Iya, karena kan yang di contohkan Rasulullah itu kan kalau mau
memilih kan memilih 4 yang dipilih kalau gak ada yang 4 semuanya ya, usahakanlah yang satu, hisabillah yang taat
agamanya”.
S2.W2.17Mei14.B964-967.H39 Meskipun Azwar berpedoman pada konteks yang ada di dalam Al-Qur’an,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun, Azwar menyadari kekurangan yang ia miliki. Ia sadar akan sulit bagi dirinya untuk mendapatkan pasangan
sesuai dengan keempat kriteria tersebut. Hal ini membuat Azwar mengutamakan faktor yang terakhir, yaitu agamanya. Bagi Azwar, jika tidak bisa memenuhi
keseluruhannya, maka yang terpenting adalah yang mau melaksanakan sholat dan dapat membaca Al-Qur’an Sikap dan perilaku .
“Ya, kalau mengikut konteksnya yang di Al-Qur’an itu kan gitu menikah itu misalnya kita ingin menikah cari yang empat katanya.
Yang pertama katanya liizamaliha cari yang cantik. Yang kedua liihasabiha karena dia kaya , yang ketiga liidiniha karena dia
keturunan orang yang baik-baik yang keempat liihasabiha karena dia taat beragama gitu”.
S2.W1.27Mar14. B237-243.H10 Tak lama dari pernikahan Ahmad, Azwar dihubungi oleh kerabat kakeknya
yang sudah mereka anggap seperti saudara yang tinggal di Tebing. Ia memberikan tawaran kepada Azwar untuk belajar Al-Qur’an braile. Azwar pun menerima
tawaran tersebut dan pergi ke Tebing Tinggi. Selama berada di sana, Azwar belajar membaca Al-Qur’an braile. Selama dua bulan Azwar berada di sana.
Namun, ia merasa proses belajarnya terlalu lama. Hal ini dikarenakan dalam satu minggu hanya dua kali bertatap muka dengan guru sementara teman-teman yang
lain tidak dapat mengajari karena sibuk dengan urusan masing-masing. Akhirnya
Universitas Sumatera Utara
Azwar memutuskan untuk belajar secara langsung dengan guru tersebut di Medan.
“…Terus karena dia guru sekolah juga Sanawiyah terus dibuatkan pondok di ladang, minta buatkan pondok di ladang di buatkan. Udah
itu dibuatkan gak lama dia menikah, udah menikah terus ada uwak yang dari tebing ini ngasi kabar. Katanya mau belajar Qur’an braile
kalau mau ini ada”.
S2.W4.29Jun14.B1888-1893.H75 “Iya terus dimasukkan gitu kan, seminggu ada dua bulan karena
ngajnya seminggu cuman dua kali ee merasa kelamaan gitu kan jadi cabut dari situ langsung ke rumah gurunya di Gajah Mada Medan”.
S2.W4.29Jun14.B1903-1905.H76 Azwar terus belajar setiap hari dengan guru tersebut untuk mengasah
kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an. Setelah merasa mampu membaca Al- Qur’an braile, Azwar kembali ke kediaman Ahmad di Batu Bara. Setelah 3 bulan
berada disana, Azwar dihubungi oleh salah seorang temannya yang ia kenal ketika belajar membaca Al-Qur’an braile di Tebing Tinggi. Teman Azwar yang juga
merupakan seorang tunanetra tersebut menawarkan pekerjaan kepada Azwar. Pekerjaan tersebut ialah sebagai tukang pijat. Pada awalnya, Azwar menolak
tawaran tersebut dengan alasan tidak bisa memijat. Namun, temannya mengatakan bahwa Azwar terlebih dahulu akan diajari cara memijat sebelum melayani pasien.
Akhirnya Azwar menerima tawaran tersebut dan segera pergi menuju Medan, tepatnya di Kampung Keling. Azwar tiba di sana sekitar waktu sholat magrib.
Setelah sholat Isya, Azwar pun diajari cara memijat oleh pemilik panti pijat tersebut. Pada awalnya, pemilik panti pijat tersebut masih meragukan kemampuan
Azwar, namun Azwar memberanikan dirinya untuk menerima pasien. Tanpa
Universitas Sumatera Utara
disangka, Azwar tidak mendapatkan complain dari pasien, tetapi banyak pasien yang datang untuk pijat dengan dirinya.
“Udah bisa pulang ke Batu Bara lagi ke tempat abang yang tadi buatin pondok. Terus ada 3 bulan disitu, di telpon juga sama kawan yang ada
di Tembung kan kamu mau ngusuk katanya? tapi aku gak bisa ngusuk, gak apa-apa kau belajar aja disitu. Mau lah aku kalau gitu. Ya itu
teruslah disuruh ke Tebing di ongkosin sama abang itu kan terus dinaikkan mobil”.
S2.W4.29Jun14.B1919-1923.H77 “Iya di kampung keling, terus ngusuknya ya singkat juga sih. Magrib
nyampe terus abis isya diajarin ngusuk. Terus besok paginya abis sarapan ditanya nanti kalau ada pasien bisa?bisalah. Enggak
memalukan?mudah-mudahan enggak ku bilang gitu. Dinilai bapak itu ya masih 30 dia bisanya. Mungkin banyak complain katanya.
Setelah kusuk rupanya Alhamdulillah bukan banyak yang complain tapi banyak yang kusuk”.
S2.W4.29Jun14.B1931-1936.H77 Pada saat itu, Azwar ingin kembali ke Indrapura. Ia pun mengajak
temannya yang menawarkan pekerjaan kepadanya tersebut untuk pergi bersamanya ke Indrapura dan berencana untuk mengajak temannya tersebut ke
PT. Kapal Merah tempat saudara Azwar. Dua hari berada di Indrapura, asam urat teman Azwar kambuh. Karena merasa khawatir, Azwar pun segera membawa
temannya tersebut kembali ke Medan. Selama berada di Medan, teman Azwar tersebut memberikan nomor handphone kepada Azwar. Dari sinilah awal
perkenalan Azwar dengan wanita yang sekarang telah menjadi istri Azwar, sebut saja namanya Husna bukan nama sebenarnya. Sebelum menghubungi Husna,
Azwar terlebih dahulu menanyakan asal daerah Husna kepada temannya tersebut. Teman Azwar mengatakan bahwa Husna menetap di Jln.Bromo, Medan. Azwar
sendiri memang tidak menentukan asal daerah pasangannya Propinquity filter.
Universitas Sumatera Utara
“Ee ceritanya dulu, aku mau pulang ke Batu Bara dia ku ajak. Kita nanti ke Batu Bara satu minggu ya? iya katanya. Ku ajak lah ke PT.
Kapal Merah ke tempat famililah sampek disana dua hari rupanya asam uratnya kambuh haha. Kakinya bengkak jadi jalan pun
kepayahan jadi awak pun ketakutanlah. Langsung bawak pulang jadi sampe di rumahnya. Sampek di rumahnya itulah baru dikasinya”.
S2.W4.29Jun14.1974-1979.H78 “Ya gak ada nomor siapa ini? ada Homsah homsah. Orang mana ini?
orang Bromo. Jauh dari sini? kalau naik becak ongkosnya 20. Kamu telpon aja, udah gitu ku telpon lagi rame-rame kayaknya ntah dimana
rupanya di Pertuni”.
S2.W4.29Jun14.B1981-1984.H79 Sebelum Azwar bertemu secara langsung dengan Husna, ia telah
mengetahui informasi mengenai Husna dari temannya tersebut. Ia mengetahui bahwa Husna adalah seorang yang mau melaksanakan sholat dan dapat membaca
Al-Qur’an. Ia juga mengetahui bahwa profesi Husna adalah seorang qori’ah. Hal inilah yang membuat Azwar tertarik kepada Husna Attraction filter. Ketertarikan
tersebut membuat Azwar berkeinginan untuk menghubungi Husna. “….. enggak ini nomor cewek katanya. Oh iya gak apa-apa cocoklah
itu ku bilang. Cemana orangnya? orangnya ya dia mau sholat terus baca Qur’an kayak kamu jugalah”.
S2.W2.17Mei14.B820-825.H33 “Ya, sebetulnya apa dari kecantikkannya ya gak si kan gitu, cantik itu
kan tergantung dari kitanya, tertarik dengan dia mau sholat baca Qur’an bisa”.
S2.W1.27Mar14.B355-356.H15 Pada awal berkomunikasi dengan Husna, Azwar masih merasa biasa-biasa
saja. Husna yang kental dengan logat batak juga memberikan respon yang biasa- biasa saja kepada Azwar. Namun seiring berjalannya waktu, Azwar semakin
merasa tertarik dengan Husna yang tidak banyak bicara dan sifat Husna yang
Universitas Sumatera Utara
rendah diri. Ketertarikan Azwar kepada Husna juga semakin bertambah ketika ia mendengar secara langsung Husna membaca Al-Qur’an di acara pengajian yang
mereka ikuti bersama Attraction filter. “Kalau dia sifatnya pendiam gitukan. Kalau misalnya istilahnya ada
kesalahan gitu kan, nanti istilahnya kita ngomongnya agak menyentak gitu kan agak kasar gitu, dia gak mau membantah gitu
diam aja”.
S2.W2.17Mei14.B1550-1555.H63 “ Ya dari istilahnya dia merendah, terus istilahnya kalau ngomong
merendah gitu. Terus dari segi dia baca Qur’an itu tertarik juga”. S2.W4.29Jun14.B2004-2005.H79
Meskipun demikian, ada beberapa hal dari Husna yang tidak sesuai dengan harapan Azwar di antaranya usia dan suku Husna. Azwar berharap mendapatkan
pasangan yang usianya setara dan berasal dari satu suku yang sama dengan dirinya. Husna sendiri beretnis batak dan berusia 15 tahun lebih muda. Namun,
hal tersebut tidak menjadi penghalang ataupun beban bagi Azwar untuk melanjutkan hubungan dengan Husna. Sebaliknya, Azwar merasa bersyukur
mendapatkan pasangan yang berusia lebih muda karena ia beranggapan dengan usia pasangan yang lebih muda maka akan lebih mudah untuk di didik. Azwar
merasa yang utama ialah pendidikan agama yang Husna miliki dan kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an Homogamy filter.
“Ya istilahnya kalau harapannya gitu kan satu suku. Tapi pedomannnya kan bukan suku istilahnya keberadaan dia istilahnya
dia bisa baca Qur’an pendidikan agama nya lah”.
S2.W4.29Jun14.B2041-2043.H81 “Ya karena pengennya dapat yang sejajar usianya gitu kan, terus ya
kok dapatnya yang lebih muda ya Alhamdulillah kali”.
Universitas Sumatera Utara
S2.W4.29Jun14.B2108-2109.H84 “Ya karena dia itu kan bukan santri istilahnya kalau ada bambu yang
kecilkan itu lebih mudah di bentuk”. S2.W4.29Jun14.B2111-2112.H84
Azwar juga dapat menerima keadaan Husna yang tidak selesai sekolah dikarenakan ia menyadari Husna memutuskan untuk berhenti sekolah karena
ingin menikah dengan Azwar Homogamy filter. Azwar sendiri telah menanyakan pendapat Ahmad mengenai pasangannya tersebut. Ahmad juga
sepaham dengan Azwar bahwa meskipun pasanngannya bukan seorang santri dan tidak dapat berkitab tetapi minimal mau melaksanakan sholat, mau membaca Al-
Qur’an dan mau mengenakan jilbab. Bagi Azwar yang terutama dalam memilih pasangan ialah faktor agamanya. Meskipun Azwar tidak mengucapkan secara
langsung mengenai hal tersebut namun hal ini terlihat dari kriteria pasangan yang ditentukan oleh Azwar dan pedoman Azwar dalam memilih pasangan Pernikahan
antar agama. “Ya tau gak selesai tetap terus jugalah, orang gak selesainya karena
awak kan. hehe”. S2.W4.29Jun14.B2035-2036.H81
“… Terus kata dia, ya walaupun gak bisa bekitab walaupun dia gak bekitab minimalnya dia mau sholat, mau mengaji, mau tutup aurat
bejilbab lah gitu. Minimalnya itu gitu”.
S2.W4.29Jun14.B2095-2098.H83 “Ya berpedoman pada istilahnya bisa di bilang ya sama
ketaatannyalah gitu”. S2.W4.29Jun14.B2046-2047.H78-79
Tak hanya itu, Azwar juga dapat menerima kekurangan Husna yang tidak dapat bekerja Homogamy filter. Teman-teman Azwar sendiri telah memberikan
Universitas Sumatera Utara
saran kepada Azwar agar meminta Husna untuk belajar memijat sebelum menikah sehingga dapat membantu perekonomian mereka setelah menikah. Namun, Azwar
tidak sependapat dengan teman-temannya. Sejak awal, ia tidak menentukan kondisi ekonomi pasangannya dan juga tidak menentukan pasangannya harus
bekerja atau tidak Kelas sosioekonomi. Azwar menyadari kelebihan yang dimiliki Husna dalam bidang tarik suara dan kekurangan Husna yang tidak dapat
bekerja sehingga ia tidak menuntut Husna untuk bekerja. Sebaliknya, ia meminta Husna untuk mendalami kemampuannya di bidang tarik suara. Sebelum menikah,
Azwar telah membicarakan hal tersebut dengan Husna. Mereka pun telah sepakat bahwa Azwar yang bekerja dan Husna tetap berkecimpung di dunia tarik suara
Kesamaan sikap dan nilai. Azwar sendiri hanya mengharapkan do’a Husna saja Compatibility filter.
“Awalnya mau menikah dulu banyak juga kawan istilahnya yang menyarankan istilahnya jangan cepat-cepat nikah, suruh aja dia
belajar kusuk dulu gitu kan nanti kan kamu berat kali kamu berumah tangga gak ada yang bantu kamu sendiri yang kerja.
Prinsip saya gak seperti kawan-kawan, kalau pun dia gak bisa kerja, do’anya kan ada”.
S2.W2.17Mei14.B984-989.H40 “Ya, istilahnya kalau memang itu kelebihan eh itu memang
kekurangan dia ada juga kelebihan dia dari segi tarik suara gitu kan. Jadi yang saya harapkan disitu, yang penting dia mau sholat ya
paling kalau misalnya apa ya kita ya apa namanya berdo’alah dia gitu. Jadi sebagai ganti kerjanya do’a itu. Jadi, istilahnya kalau
syariatnya saya, yang do’anya dia”.
S2.W3.8Jun14.B1670-1676.H67
Universitas Sumatera Utara
Azwar juga merasa cocok dengan sikap Husna yang tidak membantah. Husna dapat memenuhi keinginan Azwar untuk berkomitmen dan mengenakan
jilbab. Azwar dan Husna juga sependapat mengenai pekerjaan dan tempat tinggal mereka setelah menikah nanti. Kesanggupan Husna inilah yang membuat Azwar
semakin merasa cocok dengan Husna. Kecocokan juga Azwar rasakan dengan Husna karena selama berkomunikasi dengannya, mereka tidak pernah saling
berkeras dan mempertahankan pendapat masing-masing ketika sedang bercerita Compatibility filter.
“ya dia lebih menurut gak ada istilahnya gak ada bantahanyannya. Terus kalau di luar dia begini begini dia bilang dulu…”.
S2.W4.29Jun14.B2330-2335.H92 “Ya ngerasa cocok mungkin karena kesanggupan dia itu tadilah
istilahnya mau kamu nanti berumah tangga apa yang menjadi keluh kesah mu di musyawarahkan iya katanya. Mau kamu bejilbab, gak kek
kamu sekarang ini kadang bejilbab kadang enggak, iya katanya”.
S2.W4.29Jun14.B2362-2365.H93 “Ya mungkin cerita di hp itu ulur tariknya itu cocok. Gak pernah
terjadi ini saling sama-sama keras, sama-sama pendapat masing- masing gitu kan”.
S2.W4.29Jun14.B2376-2377.H94 Pada akhirnya setelah berkenalan selama 2 bulan dengan Husna, Azwar
memutuskan untuk melamar Husna dan bermaksud untuk menikah dengan Husna Decision filter. Ia pun menyampaikan keinginannya tersebut kepada Husna.
Pada awalnya, Husna tidak secara langsung menerima lamaran Azwar tersebut. Namun, Azwar berhasil meluluhkan Husna dengan mengatakan bahwa Husna
tidak perlu mengkhawatirkan masalah rezeki setelah berumah tangga. Ia mengatakan bahwa setiap manusia memiliki rezekinya masing-masing meskipun
Universitas Sumatera Utara
mereka seorang penyandang tunanetra. Selain itu, Azwar juga mengatakan bahwa ia tidak akan meminta Husna untuk bekerja. Ia hanya meminta do’a Husna saja
dan ia yang bekerja. Akhirnya Husna pun menerima lamaran tersebut dan memberitahukan hal tersebut kepada orang tuanya. Tiga hari kemudian, Azwar
pun diminta oleh ibu Husna untuk datang ke rumah Husna dan menyampaikan maksudnya tersebut secara langsung. Setelah berkenalan dan menyampaikan
maksudnya tersebut, ibu Husna berjanji akan menyetujui hubungan mereka jika Azwar datang kembali dengan membawa keluarganya.
“Ya awalnya kan ya memang ya memang sebelum-sebelumnya memang kayaknya istri saya ini memang udah tau mamaknya gak
setuju kan. Terus cemana apa mau diteruskan ku bilang. Ya iyalah katanya kan hehe. Jadi sempat di panggillah wak ku yang di tebing itu
kan ee udah di panggil yang di tebing di suurh datang. Pertamanya aku disuruh datang kesitukan istilahnya nanyak gitu kan. Apa memang
betul-betul soalnya Homsah ini kan gak bisa apa-apa. Gitulah istilahnya. Terus aku datang, terus itu ya udah gak apa-apa ku bilang.
Memang sebelum datang kemari semua itu udah diceritakan sama dia udah tau. ya udahlah kalau gitu ajaklah keluargamu. Jadi, karena
mamak di Dumai, lagian pun mamak kalau di mobil mabuk, jadi saudara yang dekat ajalah jadi kakek di ajak kemari terus uwak yang
di Tebing, 3 orang. Ya udah 3 orang kemari kok semua ke belakang, siap salaman semua kok ke belakang gak ada yang ke depan. kami
tunggu jugalah, jadi istilahnya ada lah saudara orang itu yang tertua kan cemana bang? cemana pak katanya? karenakan si Homsah ini
masih sekolah., lagian pun usianya masih muda katanya. Dan lagi banyak yang belum istilahnya melangkahi banyaklah kami kan gitu, 3
orang lagi”.
S2.W4.29Jun14.B2383-2399.H94-95 Azwar pun menyanggupi keinginan ibu Husna tersebut. Ia datang kembali
ke rumah Husna bersama paman dan kakeknya. Namun, keluarga Husna tidak menyambut dengan baik kedatangan mereka. Setelah mereka tiba di rumah
Husna, keluarga Husna membawa Husna ke belakang dan tidak berunding
Universitas Sumatera Utara
bersama dengan keluarga Azwar. Hanya Husna dan keluarganya yang berunding di belakang dan menghiraukan keberadaan Azwar dan keluarganya. Setelah
selesai melakukan perundingan, juru bicara keluarga Husna keluar. Ia mengatakan kepada Azwar dan keluarganya, jika ingin menikah dengan Husna maka harus
menunggu abang Husna menikah terlebih dulu. Mendengar hal tersebut, Azwar merasa ada yang berbeda dari pernyataan ibu Husna sebelumnya. Namun, Azwar
tidak membantah ucapan juru bicara tersebut, ia menyetujui permohonan keluarga Husna dan kembali pulang.
“Iya yang nikah itu anak pertama sama anak yang paling kecil. Saudara orang itu 3 perempuan 1 laki-laki 4 orang. Eh, 5 orang orang
itu. Jadi keputusannya gimana kalau menunggu nanti abangnya sudah menikah kan gitu. Ya, ya ku bilang istilahnya juru bicara orang itulah.
Karena mungkin udah rembukan orang itu ku sanggupin. Ya udah ku sanggupin, tapi kan gak sesuai. Katanya kan kalau di musyawarahkan
kalau keluarga ku udah datang nanti macemana ceritanya kan jadi kan gitu. Rupanya nunggu abangnya ini, sementara abangnya ini nunggu
pacarnya itu selesai kuliah, mungkin kuliahnya sekitar 4 tahun lagi untuk ngambil title jadi dr kan?ya udah ku bilang gpp kan. Udah
pulang keluarga ku semua, baru dia ku telpon. Kok tapi ya ku tuntutlah cerita-ceritanya yang dulu kan, dulu begini begini kok
jadinya kek gini. Kalau gitu ya gak jadilah kita ya. Ku bilang gitu kan. Kayaknya keluargamu memang gak setujukan, udah tebaca awak
kan.Ah gak usahlah itu nanti biar aku yang berurusan. Udah gitu malam itu, ee kalau besok pagi gak ada keputusannya ya udah enceng
ajalah kita ku bilang gitu. Ee udah itu jam 7 ntah setengah 8 barulah ada kabar dari dia kan, nantilah bulan 6 tanggal 3 katanya gitu.
Nikahnya jadi lamarannya? lamarannya seminggu seminggu lagi atau sepuluh hari lagi. Terus apa kata keluargamu? ya kalau memang itu
udah menjadi pilihanmu itu kami ikut ajalah. Cuman nanti kalau ada gini-gini jangan ada penyesalanmu ya”.
S2.W4.29Jun14.B2401-2420.H95 Sekembalinya dari rumah Husna, Azwar pun menghubungi Husna. Ia
menanyakan mengenai keadaan yang terjadi di rumah Husna. Ia juga menagih janji ibu Husna yang akan menyetujui hubungan mereka jika ia datang bersama
Universitas Sumatera Utara
keluarganya. Azwar pun segera mengambil sikap, ia mengatakan pada Husna untuk mengakhiri hubungan mereka jika memang keluarga Husna tidak
menyetujui hubungan mereka. Azwar sendiri tidak mengetahui secara jelas penyebab dari ketidaksetujuan keluarga Husna. Menurutnya, kondisi ekonomi
yang berbeda dan usia Husna yang masih terlalu muda sebagai penyebab ketidaksetujuan keluarga Husna. Namun, Husna tidak setuju dengan keinginan
Azwar yang ingin mengakhiri hubungan. Husna pun berusaha memohon kepada ibunya untuk diizinkan menikah dengan Azwar. Pada akhirnya, setelah dilakukan
perundingan kembali keluarga Husna menyetujui keinginan mereka untuk menikah.
Pernikahan Husna dan Azwar diselenggarakan di kediaman orang tua Husna yang berlokasi di Jln. Bromo, Medan. Mereka juga melaksanakan
serangkaian adat batak dalam proses pernikahannya. Setelah menikah, Azwar dan Husna tinggal di sebuah rumah kontrakan. Sebelumnya, Azwar dan Husna tinggal
bersama kakak Husna di Jln. Utama. Setelah menikah, Azwar beberapa kali berselisih paham dengan keluarga Husna. Awal munculnya permasalahan antara
Azwar dan keluarga Husna ialah ketika Husna melahirkan, ibunya memotong pendek rambut Husna tanpa sepengetahuan Azwar. Azwar merasa tidak terima
dengan hal tersebut, ia pun menghubungi ibu Husna dan menyatakan keberatannya tersebut. Dari sinilah awal munculnya perselisihan antara Azwar
dan keluarga Husna. Selain itu, ketika Azwar tinggal bersama dengan kakak iparnya mereka
juga berselisih paham. Azwar tidak menyukai sikap kakak iparnya yang selalu
Universitas Sumatera Utara
ikut campur urusan rumah tangga Azwar dan Husna. Tidak hanya mengatur keuangan mereka, kakak ipar Azwar juga selalu membatasi Azwar dan Husna jika
ingin membawa anak mereka pergi. Hingga akhirnya Azwar memutuskan untuk tinggal sendiri dan berpisah dari kakak iparnya. Meskipun mengalami perselisihan
dengan keluarga Husna, namun Azwar tidak merasa menyesal tidak mencari tahu mengenai latar belakang keluarga Husna sebelumnya. Ia merasa yang terpenting
bagi dirinya adalah istrinya bukan keluarga istrinya. Baginya, keluarga hanyalah orang ketiga dalam rumah tangga.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
a. Latar Belakang Keluarga
Azwar tidak pernah mencari tahu mengenai keluarga Husna. Azwar juga tidak pernah melakukan pendekatan dengan keluarga Husna. Ia baru
mengenal keluarga Husna ketika datang untuk menyampaikan keinginannya menikah dengan Husna. Bagi Azwar, mengetahui latar belakang keluarga
pasangannya bukanlah hal yang utama dalam memilih pasangan. Ia merasa jika ia mencari tahu hanya akan menimbulkan gossip saja. Ia juga merasa tidak
perlu mencari tahu karena juga akan saling mengenal setelah menikah Latar belakang keluarga.
“Ya tergantung dengan orangnya, kalau aku ya kalau saya ya penting, tapi gak penting kali lah”.
S2.W4.29Jun14.B2458-2459.H97 “Karena yang menjalani keluarga itu kan istilahnya kita. Baik dan
buruknya itu kan kita yang tau”. S2.W4.29Jun14.B2461-2462.H97
Universitas Sumatera Utara
“Ya waktu itulah, waktu yang disuruh datang ke rumah itu aja. Ya gak ada berusaha dekat enggak juga , terus dia pun gak ada cerita sama
orang tuanya. Jadi, istilahnya pas ada kabar mau dilamar itu jadi terkejut itu mungkin”.
S2.W4.29Jun14.B2468-2471.H97 1.
Kelas Sosioekonomi
Meskipun teman-teman Azwar telah memberikan saran kepada Azwar agar meminta Husna untuk belajar memijat sebelum menikah
sehingga dapat membantu perekonomian mereka setelah menikah. Namun, Azwar tidak sependapat dengan teman-temannya. Sejak awal, ia tidak
menentukan kondisi ekonomi pasangannya dan juga tidak menentukan pasangannya harus bekerja atau tidak Kelas sosioekonomi.
“Awalnya mau menikah dulu banyak juga kawan istilahnya yang menyarankan istilahnya jangan cepat-cepat nikah, suruh
aja dia belajar kusuk dulu gitu kan nanti kan kamu berat kali kamu berumah tangga gak ada yang bantu kamu sendiri yang
kerja. Prinsip saya gak seperti kawan-kawan, kalau pun dia gak bisa kerja, do’anya kan ada”.
S2.W2.17Mei14.B984-989.H40 2.
Pendidikan dan Inteligensi
Dari segi pendidikan, Azwar berharap mendapatkan pasangan yang merupakan seorang santri dan bisa berkitab Pendidikan dan inteligensi.
Azwar berharap pasangannya tidak hanya bisa membaca Al-Qur’an, namun juga bisa menguasai kitab-kitab Islam lainnya. Hal ini disebabkan
oleh Ahmad teman subjek yang memberikan saran kepada Azwar untuk mencari pasangan hidup yang sholeha. Hal ini membuat Azwar berharap
mendapatkan pasangan seorang santri dan dapat berkitab.
Universitas Sumatera Utara
“…Misalkan dia itu istilahnya berpengalaman istilahnya lebih berpengalaman lah gitu istilahnya. Kalau kita mendapat santri
istilahnya kalau mendapat istri yang santri katanyakan yang taat beragama itu membantu kita untuk di akhirat katanya.
Kalau kita tidak, istri kita tidak apa namanya tidak enggak seakidah istilahnya katakanlah yang enggak sholeh gitu kan
enggak sholeha gitu kan. Jadi itu akan menambah hitung- hitungan di akhirat nanti. Jadi ku tanya contohnya apa bang?
contohnya istri mugak bejilbab misalnya, jadi itu nanti yang jadi tuntutanmu katanya. Istri mu gak sembahyang itu jadi
tuntutanmu karena kamu yang mengatur semua”.
S2.W4.29Jun14.B2073-2082.H82 Namun, Azwar merasa kesulitan untuk mendapatkan pasangan
yang merupakan seorang santri. Hal ini dikarenakan dirinya sendiri tidak berada di lingkungan yang memungkinkan untuk mendapatkan pasangan
seorang santri. Selain itu, Azwar yang tidak selesai bersekolah juga berharap mendapatkan pasangan yang telah menyelesaikan sekolahnya
dengan harapan ia dapat belajar dari pasangannya tersebut mengenai hal yang tidak ia ketahui Pendidikan dan inteligensi.
“Santri itu yang pendididikan yang keluaran dari pesantren, tamatan dari pesantren”.
S2.W4.29Jun14.B2055-2056.H82 “Kitab itu kan istilahnya kayak, kalau kitab kan bukan kitab
Al-Qur’an aja. Istilahnya kalau macam kitab itu kan ada juga yang namanya Bullabuhmahrom”.
S2.W4.29Jun14.B2059.H82 “Ya enggaklah, sebetulnya kalau ya sebetulnya ya cemanalah
ya yang udah selesai sekolah”. S2.W4.29Jun14.B2026-2027.H80
“Ya istilahnya paling enggak, kalau udah nguasai semua mata pelajaran kan paling enggak ya apa yang jadi kekurangan kita
ya bisa belajar juga”
Universitas Sumatera Utara
S2.W4.29Jun14.B2032-2033.H81 3.
Pernikahan Antar Ras atau Suku Dari faktor suku, Azwar berharap mendapatkan pasangan yang
berasal dari satu suku yang sama dengan dirinya yaitu Jawa. Azwar beranggapan dengan menikah dengan pasangan yang satu suku dengan
dirinya, maka ia tidak akan merasa asing dan tidak perlu mempelajari bahasa daerah pasangannya lagi Pernikahan antar ras atau suku.
“Ya, cemana ya dibilang. Ya sama suku Jawa istilahnya sama sukunya sendiri istilahnya enggak enggak asing gitu”.
S2.W3.8Jun14.B1487-1488.H60 “Asingnya, maksudnya enggak perlu mempelajari bahasa-
bahasa daerah gitu”. S2.W3.8Jun14.B1490-1491.H60
b. Karakteristik Personal
1. Sikap dan Perilaku
Sebagai seorang tunanetra, Azwar berharap mendapatkan pasangan yang dapat melihat. Ia beranggapan bahwa pasangan yang normal dapat
membantu dan meringankan pekerjaan Azwar Sikap dan perilaku. Meskipun demikian, keinginan Azwar tersebut tidak menutup
kemungkinan bagi Azwar untuk mendapatkan pasangan yang juga penyandang tunanetra. Bagi Azwar, ia hanya bisa berharap, namun yang
menentukan segala sesuatunya ialah Yang Maha Kuasa. Selain itu, Azwar juga berharap mendapatkan pasangan yang mengenakan jilbab sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan saran yang telah diberikan Ahmad sebelumnya Sikap dan perilaku.
“Enggak, ya yang seperti saya bilang maunya dapat yang santri bisa berkitab, kalau pun gak berkitab ya dia Hafidzho,
kalau pun memang gak ada ya minimal dia mau sembahyang terus bisa baca Qur’anlah gitu…”.
S2.W2.17Mei14.B976-981.H40 “Mau orangnya yang berjilbab, terus ee ya salah satunya itu
berjilbab, santri mau berkitab gitu kan”. S2.W2.17Mei14.B1100-1101.H45
“Ee, kalau dulu yak maunya sama orang melihat”. S2.W3.8Jun14.B1459.H59
“Ya istilahnya, supaya ada yang membantu, keringanan, ada keringananlah, tapi kan kita hanya berangan-angan aja,
yang menentukan itu yang Kuasa”.
S2.W3.8Jun14.B1461-1463.H59 Sebagai seorang tunanetra yang kehilangan penglihatan sejak kecil,
Azwar tidak memiliki gambaran mengenai bentuk wajah. Ia tidak mengetahui karakteristik bentuk wajah yang cantik atau tidak cantik. Hal
ini membuat Azwar tidak memiliki kriteria karakteristik wajah dan penampilan fisik pasangannya. Menurut penuturannya, pada umumnya
tunanetra mengandalkan pendengaran dalam memberikan penilaian kepada pasangannya, misalnya dari suara yang merdu. Tunanetra berasumsi
wanita yang suaranya merdu maka parasnya juga cantik. Namun, Azwar tidak sepenuhnya berpedoman pada suara. Melihat pengalaman teman
Azwar yang pernah salah dalam menilai pasangan berdasarkan suara,
Universitas Sumatera Utara
Azwar lebih memilih untuk menilai pasangannya dari segi perilaku daripada penampilan fisik. Bagi Azwar kecantikan itu bersifat relative.
“Enggak memilih pasangan yang istilahnya yang tinggi atau langsing atau macemana”.
S2.W3.8Jun14.B1432-1433.H58 “Ya kalau wajah yang ditanyakan yang macemana yang cantik
itu ya gak tau awak”. S2.W4.29Jun14.B2195-2196.H87
“Cuman makanya awak berpedoman dengan ee perilaku dia”. S2.W4.29Jun14.B2198.H87
“Ya cantik itukan istilahnya tergantung kalau orang misalnya disukai istilahnya kalau memang udah suka sama dia betul
kayaknya dialah yang cantik”.
S2.W4.29Jun14.B2190-2192.H87 “Itu gak tau orang-orang yang hobi suaralah. Kalau tunanetra
itu biasanya kalau biarpun orangnya jelek kalau suaranya merdu nanti kalau jumpa cantik kakak bilang gitu kan percaya
orang itu”
S2.W4.29Jun14.B2159-2161.H86 2.
Perbedaan Usia
Azwar juga berharap mendapatkan pasangan yang usianya setara dengan dirinya Perbedaan usia. Azwar beranggapan pasangan yang
usianya setara tidak akan merasa rendah diri jika berpasangan dengan dirinya.
“Ya enggak, awalnya pengen yang sejajar”. S1.W2.17Mei14.B1377.H55
“Ya perempuannya biar jangan minder gitu kan mungkin dia muda”
Universitas Sumatera Utara
S1.W2.17Mei14.B1381.H56 3.
Kesamaan Sikap dan Nilai
Azwar memiliki keinginan untuk mengajak pasangannya kelak tinggal di kampungnya yang berada di Indrapura setelah memiliki cukup
modal. Ia bermaksud untuk memelihara ternak di kampung. Selain itu Azwar juga memiliki sawah di kampungnya. Selain itu, Azwar juga
berharap agar ia dan pasangannya saling terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Sekecil apapun masalah yang dihadapi, Azwar berharap agar
pasangannya bermusyawarah dengan dirinya Azwar juga berharap mendapatkan pasangan yang mengenakan jilbab.
“….Kan waktu dulu kan sebelum menikah, aku mau menikah istilahnya dengan syarat sekecil apapun yang kamu perbuat di
luar atau apapun itu kamu harus bilang gitu kan. Sekecil apapun permasalahan di rumah tangga nanti ya itu harus
istilahnya musyawarah gitu kan”.
S2.W4.29Jun14.B2330-2335.H92 “Cuman saya kalau menikah punya istri saya pengen istrinya
yang bejilbab….”. S2.W4.29Jun14.B2356-2358.H93
“Sempat, ya sebetulnya ku ceritakanlah sebetulnya aku memang di Medan ini gak selamanya gitu kan. Istilahnya
suatu saat aku pergi juga ke kampung. Istilahnya kalau di kampung kan ada juga ladang kita kan disitu istilahnya lebih
melihara bebek”.
S2.W3.8Jun14.B1144-1147.H47 4.
Peran Gender dan Kebiasaan Personal
Bagi Azwar, keluarga yang akan dibangunnya adalah keluarga yang sesuai dengan tuntunan Islam. Hal ini membuat Azwar ingin mencari
Universitas Sumatera Utara
seorang istri yang tidak hanya dapat dijadikan sebagai pasangan hidup di dunia namun juga dapat menjadi pasangan di akhirat Peran gender dan
kebiasaan personal. Seorang istri yang baik dapat membantu suaminya tidak hanya untuk di dunia namun juga untuk di akhirat.
“Ya pentingnya itu supaya keluarganya itu istilahnya menjadi keluarga istilahnya keluarga yang sesuai tuntunan Islam,
bahagia gitu, terlebih-lebih istri itu bisa diajak memenuhi memenuhi istilahnya sampai ke hari kemudian gitu,
berkeluarga itu gak sebatas hanya disini gitu”.
S2.W3.8Jun14.B1413-1418.H57 “Ya alasannya memilih pasangan itu penting ya membantu gitu
kan istilahnya kan membantu, ya kalau gak bisa membantu di dunia ya paling gak membantu di akhirat kan gitu”.
S2.W2.17Mei14.B957-959.H39
Tabel 8. Rekapitulasi Analisa Proses Pemilihan Pasangan Pada Tunanetra Dewasa Awal
Subjek II : Azwar
No Faktor
Gambaran
1 Field of eligible
− Dalam memilih pasangan subjek berpedoman pada petunjuk Allah dan Nabi yang ada di dalam Al-Qur’an
− Subjek memiliki keinginan untuk mendapatkan pasangan seorang santri, mampu berkitab dan
mengenakan jilbab. Namun, subjek menyadari keadaannya sebagai seorang tunanetra sehingga ia
memiliki kriteria minimum pasangannya yaitu mau melaksanakan sholat dan dapat membaca Al-Qur’an.
− Subjek juga memiliki keinginan mendapatkan pasangan yang berasal dari suku yang sama dengan dirinya dan
berusia setara dengan dirinya. Subjek tidak menentukan
Universitas Sumatera Utara
penampilan fisik pasangannya dan tidak menentukan pasangannya dapat melihat atau tidak
2 Propinquity filter
− Hubungan subjek dengan pasangannya diawali dengan berkomunikasi melalui handphone.
Subjek mendapatkan nomor handphone pasangannya dari
temannya yang juga seorang penyandang tunanetra − Subjek juga telah mengetahui tempat tinggal
pasangannya. Meskipun subjek kelahiran Indrapura namun ia tidak menentukan asal daerah pasangannya
dan tidak mempermasalahkan tempat tinggal pasangannya yang berbeda dengan dirinya
3 Attraction filter
− Ketertarikan subjek terhadap pasangannya lebih mengarah pada karakteristik personal daripada
penampilan fisik. Keterbatas penglihatan yang dialami subjek membuat subjek tidak menentukan kriteria
penampilan fisik pasangannya. − Subjek sudah tertarik dengan pasangannya ketika teman
subjek mengatakan bahwa pasangan subjek dapat membaca Al-Qur’an dan merupakan seorang qori’ah
− Ketertarikan subjek semakin bertambah ketika subjek mendengar langsung pasangannya tersebut membaca
Al-Qur’an di acara pengajian yang mereka ikuti bersama
− Selama berkenalan, subjek juga tertarik dengan sikap pasangannya yang pendiam, tidak suka berpergian dan
patuh. 4
Homogamy filter − Dari faktor agama, suku, dan usia subjek cenderung
homogamy. Dalam proses pemilihan pasangan yang dilaluinya, subjek mendapatkan pasangan yang berbeda
dengan harapannya. Pasangan subjek berusia lebih
Universitas Sumatera Utara
muda dan beretnis batak. Meskipun berbeda dari yang ia harapkan, namun hal tersebut tidak menjadi
penghalang bagi subjek untuk melanjutkan hubungan dengan pasangannya. Hal ini dikarenakan subjek tidak
menjadikan hal tersebut sebagai beban, ia bahkan bersyukur mendapatkan pasangan yang berusia lebih
muda dengan anggapan akan lebih mudah di didik. Ia juga tidak mempermasalahkan mengenai suku
pasangannya karena yang terutama bagi subjek ada ketaatan pasangannya dalam beribadah.
− Selain itu, subjek juga tidak mempermasalahkan keadaan pasangannya yang tidak dapat bekerja dan
bukan seorang santri. Subjek menyadari kelebihan pasangan subjek di bidang tarik suara sebagai seorang
qori’ah sehingga subjek meminta pasangannya untuk mendalami hal tersebut dan tidak menuntut
pasangannya untuk bekerja. 5
Compatibility filter − Kesamaan sikap dan perilaku mempengaruhi subjek
dalam memilih pasangan. Kesanggupan pasangan subjek untuk bersikap saling terbuka dan mengenakan
jilbab membuat subjek merasa cocok dengan pasangannya.
− Selain itu pasangan subjek juga sejalan dengan subjek mengenai pekerjaan dan tempat tinggal juga membuat
subjek semakin merasa cocok dengan pasangannya. − Kecocokan juga subjek rasakan ketika berkomunikasi
dengan pasangannya. 6
Trial Filter Subjek tidak menjalani proses pertunangan
7 Decision filter
Subjek memutuskan untuk menikah dengan pasangannya
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9. Rekapitulasi Analisa Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pemilihan Pasangan Pada Tunanetra Dewasa Awal
Subjek II : Azwar
No Faktor
Gambaran
1 Latar belakang keluarga
− Pada proses pemilihan pasangan yang dilalui oleh subjek, subjek tidak mencari tahu latar belakang
keluarga pasangannya − Bagi subjek, mencari tahu latar belakang keluarga
bukanlah hal yang utama dalam proses pemilihan pasangan. Hal ini dikarenakan subjek beranggapan
setelah menikah ia juga akan dapat mengenal keluarga pasangannya tersebut
− Selama menjalin hubungan dengan pasangannya, subjek juga tidak pernah melakukan pendekatan
dengan keluarga pasangannya. Subjek juga beranggapan bahwa keluarga merupakan orang
ketiga dalam rumah tangga 2
Kelas Sosioekonomi − Faktor kelas sosioekonomi tidak mempengaruhi
subjek dalam memilih pasangan. Subjek tidak memiliki kriteria pasangan tertentu dari faktor
kelas sosioekonomi. Subjek juga tidak menentukan pasangannya harus bekerja atau tidak.
3 Pendidikan dan inteligensi
− Dari faktor pendidikan dan inteligensi, subjek lebih berharap memiliki pasangan yang berpendidikan
agama tinggi daripada pendidikan formal − Subjek berharap memiliki pasangan seorang santri
yang dapat membaca Al-Qur’an dan berkitab − Subjek juga berharap memiliki pasangan yang
menyelesaikan sekolah formal namun hal ini bukan
Universitas Sumatera Utara
faktor yang diutamakan oleh subjek 4
Pernikahan antar ras atau suku
− Subjek berharap mendapatkan pasangan yang berasal dari suku yang sama dengan dirinya
− Subjek merasa tidak asing jika menikah dengan pasangan yang berasal dari satu suku dan subjek
tidak perlu mempelajari bahasa daerah pasangannya. Namun, hal ini tidak menjadi faktor
utama subjek dalam memilih pasangan 5
Pernikahan antar agama − Faktor agama merupakan faktor utama yang
mempengaruhi subjek dalam memilih pasangan. Meskipun subjek tidak mengucapkan secara
langsung, namun hal ini terlihat dari kriteria pasangan subjek yang mengutamakan pasangan
yang dapat mau melaksanakan sholat dan dapat membaca Al-Qur’an serta pedoman yang subjek
gunakan dalam memilih pasangan 6
Karakteristik Personal : Sikap dan perilaku
individu − Subjek tidak memiliki kriteria pasangan tertentu
dari segi penampilan fisik dan karakteristik wajah − Meskipun subjek berharap mendapatkan pasangan
yang dapat melihat, namun subjek tidak mengutamakan hal tersebut. Yang utama bagi
subjek ialah mendapatkan pasangan yang mau melaksanakan sholat, mau membaca Al-Qur’an
dan mengenakan jilbab 7
Perbedaan usia − Subjek berharap mendapatkan pasangan yang
usianya setara dengan dirinya. Subjek beranggapan yang usianya setara tidak akan merasa rendah diri
jika berpasangan dengan dirinya. Namun, faktor usia ini bukanlah faktor utama bagi subjek dalam
memilih pasangan
Universitas Sumatera Utara
8 Memiliki kesamaan sikap
dan nilai − Subjek berharap mendapatkan pasangan yang mau
saling terbuka dalam hal sekecil apapun dalam berumah tangga. Selain itu, subjek juga ingin
mendapatkan pasangan yang sejalan dengan dirinya dalam hal pekerjaan dan tempat tinggal
9 Peran gender dan
kebiasaan personal − Subjek berharap mendapatkan pasangan yang
sesuai dengan keinginannya untuk memiliki pasangan yang mau melaksanakan sholat,
membaca Al-Qur’an dan mengenakan jilbab. − Hal ini dikarenakan subjek menginginkan
pasangan yang tidak hanya dapat membantunya di dunia namun juga di akhirat sehingga ia menuntut
pasangannya untuk memenuhi kriteria tersebut karena subjek merasa dirinyalah yang bertanggung
jawab atas istrinya kelak.
Universitas Sumatera Utara
Pohon Masalah Subjek II Azwar
→ Berpedoman pada
petunjuk Nabi dan Allah SWT mengenai memilih
pasangan
→ Berhrap mendpatkan
pasangan seorang santri, berkitab atau minimal
Hafidzo dan mengenakan jilbab
→ Berhrap mendaptkn
psngan yg satu suku, berusia setara dengan
dirinya →
Menjalin komunikasi melalui hp
→ Pasngn berasal dri Medan
→ Tdk mempermsalahkan
daerah pasangan →
Tertarik dgn pasangannya yg dapat mengaji dan
mau melaksnakan sholat, sikap pasangan yg rendah
diri dan tidk banyak berbicara
→ tidak menentukan
penampilan fisik
→ Mendapatkan pasangan
yg seagama, usianya lebih muda dan berbeda
suku
→ Menerima keadaan
pasangannya yg tidak selesai sekolah dan tidak
dapat bekerja
→ Merasa cocok dgan
pasangannya yg mau melaksanakan sholat dan
mengaji. Sejalan dlm hal pekerjaan, tmpat tinggal.
→ Memutuskan untuk
menikah dengan pasangannya
Proses Pemilihan Pasangan Pada Tunanetra
Field of eligibles Propinquity filter
Homogamy filter Perbedaan usia, ingin mndpatkn psngan
yg seusia Pernikahan antar rasa tau suku, ingin
mendapatkan pasangan yang satu suku
Pendidikan, berharap mendpatkan pasangan yg dapat berkitab, menyelesaikan sekolah dan
seorang santri
Pernikahan antar agama, berhrap mndpatkan psngan yang seagama
Kelas Sosioekonomi, tidak menentukan Attractiveness filter
Informasi dari teman- teman dan kondisi
penglihatan subjek.
Compatibility filter Sikap dan perilaku, berhrap mndpatkan
pasangan yg mau mengaji dan taat beribadah dan mengenakan jilbab
Kesamaan sikap dan perilaku, dalam hal tempat tinggal, pekerjaan, dan
keterbukaan dalam rumah tangga
Peran Gender dan kebiasaan personal, berhrap mendpatkan psangan yng dapt
membantunya kelak di akhirat Saran dari teman
Decision Filter Saran dari teman
subjek
Universitas Sumatera Utara
3. SUBJEK III a. Hasil Observasi