SUBJEK III PEMBAHASAN 1. SUBJEK I

harmonis. Dalam memilih pasangan individu juga akan berusaha untuk mendapatkan pasangan yang sesuai atau cocok dengan dirinya di beberapa area tertentu sebagai bagian dari kesetujuan dan ketidaksetujuan mengenai hal-hal, seperti pekerjaan, tempat tinggal, uang, hubungan dengan orang tua, kehidupan sosial, agama, sex, kebiasaan dan peran gender DeGenova, 2008. Pada faktor ini Azwar berharap mendapatkan pasangan yang memiliki penilaian yang sama dalam hal pembagian tugas dan tempat tinggal. Azwar juga berharap pasangannya dapat menyetujui komitmen- komitmen yang telah ia tentukan sebelumnya. d. Peran Gender dan Kebiasaan Personal DeGenova 2008 mengatakan bahwa pasangan akan merasa lebih puas jika pasangan mereka berbagi harapan yang sama mengenai peran gender dan jika mereka dapat saling bertoleransi tentang kebiasaan personal satu sama lain. Hal ini sejalan dengan Azwar yang berharap mendapatkan pasangan yang dapat menjadi pasangan hidupnya tidak hanya di dunia namun juga di akhirat. Hal tersebut diwujudkan Azwar dengan mencari calon pasangan yang mau melaksanakan sholat, dapat membaca Al-Qur’an dan mau mengenakan jilbab.

3. SUBJEK III

a. Proses Pemilihan Pasangan Sama halnya dengan subjek lainnya, Husna seorang wanita penyandang tunanetra yang berusia 20 tahun juga melalui suatu proses pemilihan pasangan Universitas Sumatera Utara sebelum memutuskan untuk menikah. Bagi Husna, memilih pasangan merupakan suatu hal yang penting dilakukan sebelum menikah agar mendapatkan pasangan yang taat beribadah dan dapat menerima keadaan dirinya sebagai seorang tunanetra. Development Process Theories DeGenova, 2008, menjelaskan bahwa pemilihan pasangan merupakan suatu proses penyaringan dan penyisihan orang-orang yang dianggap tidak sesuai dan tidak memenuhi syarat hingga akhirnya terpilih seseorang yang tepat. Tahap awal dari suatu proses pemilihan pasangan ialah menentukan kriteria pasangan. Tahap ini disebut dengan field of eligible. Pada tahap ini individu akan menentukan kriteria pasangan yang paling sesuai dengan individu tersebut DeGenova, 2008. Sebagai seorang tunanetra, Husna juga memiliki kriteria pasangan. Husna berharap mendapatkan pasangan yang juga merupakan seorang penyandang tunanetra Sikap dan perilaku. Dari faktor usia, Husna berharap mendapatkan pasangan yang berusia lebih tua dari dirinya Perbedaan usia. Sebagai umat beragama Muslim dan terlahir dari keluarga yang memeluk agama Islam, Husna mengutamakan faktor agama dalam memilih pasangan Pernikahan antar agama. Setelah menentukan kriteria, penyeleksian calon pasangannya berikutnya didasarkan pada kedekatan geografis yang disebut dengan propinquity filter. Lemme 1995, mengemukakan bahwa individu cenderung bertemu dengan individu lain yang tinggal di sekitarnya, bekerja di tempat yang sama, atau individu yang duduk di dekatnya. Hubungan Husna dan pasangannya diawali dengan berkomunikasi melalui handphone. Husna Universitas Sumatera Utara dihubungi terlebih dahulu oleh pasangannya melalui handphone. Sejak awal perkenalan, Husna telah mengetahui bahwa pasangannya tersebut menetap di kota Medan dan berasal dari Indrapura. Perbedaan asal daerah tersebut tidak menjadi masalah bagi Husna. Ia memang tidak menentukan kriteria pasangan berdasarkan asal daerah Propinquity filter. Dalam proses pemilihan pasangan, pada umunya individu akan menyeleksi calon pasangannya berdasarkan attraction filter setelah melalui tahap propinquity filter. Namun, hal ini berbeda dengan Husna. Setelah melakukan penyeleksian pada tahap propinquity filter, Husna menyeleksi calon pasangannya berdasarkan tahap homogamy filter. Hal ini disebabkan hubungan Husna dengan pasangannya terjalin terlebih dahulu dengan berkomunikasi melalui handphone sebelum akhirnya bertemu. Hal ini menyebabkan Husna mencari tahu terlebih dahulu mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dalam homogamy filter, seperti faktor agama, usia, etnis, pendidikan, dan kelas sosioekonomi. Berdasarkan faktor-faktor di atas, terdapat kesesuaian antara diri pasangan Husna dengan kriteria yang telah ia tentukan sebelumnya. Pasangan Husna merupakan seorang pria penyandang tunanetra yang berusia 15 tahun lebih tua dari dirinya. Ia berprofesi sebagai tukang pijat dan merupakan seorang hafidz Qur’an. Ia beretnis Jawa. Meskipun tidak seprofesi dengan Husna, namun perbedaan tersebut dapat diterima Husna. Hal ini dikarenakan pasangannya tersebut meski tidak seorang qori namun seorang hafidz Qur’an. Dari segi etnis dan sosioekonomi, Husna dapat menerima keadaan Universitas Sumatera Utara pasangannya dikarenakan Husna memang tidak menentukan kriteria pasangan berdasarkan faktor ekonomi dan etnis Homogamy filter Tahap berikutnya yang juga memainkan peranan penting dalam penyeleksian pasangan ialah ketertarikan. Ketertarikan tersebut merupakan ketertarikan fisik yang kemudian diikuti dengan ketertarikan berdasarkan kepribadian calon pasangan. Individu cenderung tertarik dengan seseorang yang good-looking dan memiliki tubuh yang bagus dan proporsional DeGenova, 2008. Sebagai penyandang tunanetra, Husna mengabaikan penampilan fisik pasangannya dalam proses pemilihan pasangan. Buss dan Schmitt dalam Trelfa, 2006, mengemukakan bahwa ketertarikan fisik merupakan bagian penting dalam memilih pasangan bagi individu yang normal, namun hal tersebut tidak berlaku pada individu dengan hambatan penglihatan. Kehilangan penglihatan menyebabkan para penyandang tunanetra kehilangan kemampuan untuk memberikan penilaian secara visual. Bagi Husna, seperti apapun keadaan fisik pasangannya namun ia tidak dapat melihatnya. Keadaan yang sedemikian rupa akhirnya mengharuskan tunanetra menggunakan indra lain dalam mengumpulkan informasi, salah satu indra yang dapat digunakan dalam memperoleh informasi ialah pendengaran Efendi, 2006. Hal ini merupakan salah satu penyebab ketertarikan Husna dengan pasangannya didasarkan oleh suara. Trelfa 2006, menyatakan suara merupakan salah satu alternatif bagi individu dengan hambatan penglihatan dalam mengidentifikasi calon pasangannya. Selama berkomunikasi dengan Universitas Sumatera Utara pasangannya, Husna memberikan penilaian bahwa dari cara bicaranya pasangan Husna tersebut merupakan pria yang dewasa. Ia juga merasa pasangannya berbeda dari tunanetra-tunanetra yang lain hal ini dikarenakan pasangannya tersebut tidak banyak berbicara. Hal inilah yang membuat Husna merasa tertarik dengan pasangannya tersebut attraction filter. Dalam memilih pasangan individu akan berusaha untuk mendapatkan pasangan yang sesuai atau cocok dengan dirinya. Kecocokan mengarah kepada kemampuan individu untuk tinggal bersama dengan pasangannya dalam keadaan yang harmonis DeGenova, 2008. Pada proses pemilihan pasangan yang dilalui oleh Husna, kecocokan yang ia rasakan dengan pasangannya terletak pada pasangannya yang bersikap dewasa dan tidak banyak berbicara. Selain itu, pasangannya yang rajin beribadah dan dapat membaca Al-Qur’an juga sesuai dengan kriteria pasangan Husna Sikap dan perilaku Kecocokan pernikahan juga akan meningkat jika pasangan memiliki kesamaan sikap dan nilai mengenai hal yang penting bagi mereka. Dari sudut pandang ini, kecocokan dinilai sebagai bagian dari kesetujuan dan ketidaksetujuan mengenai hal-hal, seperti pekerjaan, tempat tinggal, uang, hubungan dengan orang tua, kehidupan sosial, agama, sex, kebiasaan dari peran gender DeGenova, 2008. Dalam hal tempat tinggal dan pekerjaan, Husna merasakan kesesuaian pendapat dengan pasangannya. Pasangan Husna dapat menerima kekurangan Husna yang tidak mampu bekerja dan menerima keadaan Husna yang tidak dapat melakukan pekerjaan rumah tangga. Selain itu, Husna merasakan kecocokan dengan pasangannya yang mampu Universitas Sumatera Utara bertoleransi dengan rutinitas Husna sebagai seorang qori’ah Compatibility filter. Kecocokan tidak hanya didasarkan pada kesamaan nilai dan sikap, tetapi juga melibatkan perilaku. Pasangan akan merasa lebih puas jika pasangan mereka berbagi harapan yang sama mengenai peran gender dan jika mereka dapat saling bertoleransi tentang kebiasaan personal satu sama lain DeGenova, 2008. Harapan Husna untuk mendapatkan pasangan yang dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya juga ia temukan pada diri pasangannya Peran Gender dan kebiasaan personal. Berdasarkan penilaiannya, Husna merasa pasangannya tersebut dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya kelak. Tahap akhir dari proses pemilihan pasangan adalah diambilnya suatu keputusan yaitu menikah Decision filter. Hal ini juga dilakukan oleh Husna yang pada akhirnya memutuskan untuk menikah dengan pasangannya tanpa melalui proses pertunangan. Proses pemilihan pasangan yang dilalui Husna cukup singkat. Dalam waktu masa perkenalan selama lima bulan, Husna merasa yakin terhadap pasangannya dan memutuskan untuk menikah. Pernikahan Husna dengan pasangannya dilaksanakan di kediaman orang tua Husna yang terletak di Jln. Bromo, Medan. b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pemilihan Pasangan 1. Latar belakang keluarga Latar belakang keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses pemilihan pasangan. Latar belakang keluarga Universitas Sumatera Utara mempengaruhi semua hal yang ada pada individu, baik keinginannya atau apa yang dilakukannya. Dengan mengetahui latar belakang keluarga akan membantu individu mengetahui mengenai calon pasangannya tersebut DeGenova, 2008. Namun hal ini berbeda dengan Husna. Ia tidak mencari tahu mengenai latar belakang keluarga pasangannya. Husna hanya mengetahui mengenai keadaan keluarga pasangannya melalui cerita-cerita yang disampaikan oleh pasangan Husna. a. Kelas Sosioekonomi DeGenova 2008, mengatakan bahwa kesempatan untuk mendapatkan kepuasan pernikahan akan lebih besar jika individu menikah dengan pasangan yang berasal dari kelas sosioekonomi yang sama. Namun, hal ini berbeda dengan Husna. Sebagai seorang tunanetra, Husna menyadari kekurangan yang ia miliki. Hal ini membuat Husna tidak menentukan kriteria pasangan dari faktor ekonomi. Ia hanya berharap pasangannya memiliki pekerjaan dan pekerjaan tersebut merupakan pekerjaa yang halal. b. Pendidikan dan Inteligensi DeGenova 2008, juga mengemukakan bahwa terdapat kecenderungan individu untuk memilih pasangan yang peduli dengan pendidikan. Husna juga tidak menentukan kriteria pasangan dari faktor pendidikan. Husna menyadari akan kondisi dirinya yang tidak berpendidikan tinggi. Hal ini yang menyebabkan Husna tidak berharap Universitas Sumatera Utara mendapatkan pasangan yang berpendidikan lebih tinggi. Husna lebih mengutamakan pendidikan agama pasangannya Pendidikan dan inteligensi. c. Pernikahan Antar Ras atau Suku Husna tidak memiliki kriteria pasangan berdasarkan faktor etnis. Olofson dalam DeGenova, 2008 mengatakan bahwa individu cenderung menikahi pasangan yang berasal dari etnis yang sama untuk menghindari permasalahan yang dapat muncul dari reaksi keluarga, teman, dan lingkungan sosial dari pasangan tersebut. Namun, hal ini berbeda dengan Husna. Meskipun Husna seorang yang beretnis Batak, namun Husna tidak menentukan etnis pasangannya. Bagi Husna, kepribadian dari pasangannya tidak ditentukan oleh latar belakang etnisnya. d. Pernikahan Antar Agama Sebagai umat beragama Muslim dan terlahir dari keluarga yang memeluk agama Islam, Husna mengutamakan faktor agama dalam memilih pasangan Pernikahan antar agama. Husna menentukan bahwa pasangannya harus memeluk agama yang sama dengan dirinya. Meskipun Husna tidak menyatakan secara jelas mengenai faktor agama tersebut, namun hal ini terlihat dari kriteria pasangan Husna yang berharap mendapatkan pasangan yang mau melaksanakan sholat dan dapat membaca Al-Qur’an. DeGenova 2008, menyatakan bahwa tingkat religiusitas yang tinggi dan tekanan dari keluarga merupakan faktor utama yang Universitas Sumatera Utara mempengaruhi individu memilih pasangan yang memeluk agama yang sama. 2. Karakteristik Personal a. Sikap dan Perilaku Individu Sebagai seorang tunanetra, Husna juga memiliki kriteria pasangan. Husna berharap mendapatkan pasangan yang juga merupakan seorang penyandang tunanetra Sikap dan perilaku. Menurutnya, pasangan yang juga seorang tunanetra dapat lebih mengerti dan memahami keadaan sebagai seorang tunanetra. Sebagai seorang qori’ah, Husna juga berharap mendapatkan pasangan yang seprofesi dengan dirinya. Murstein dalam Duvall Miller, 1985 menunjukkan hasil penelitian bahwa seseorang menikah dengan pasangan yang sama dengan dirinya dalam hal fisik, sosial, dan psikologi. Kecenderungan seseorang untuk menikah dengan pasangan yang memiliki karakteristik yang sama disebut dengan assortative mating Duvall Miller, 1985. b. Perbedaan Usia Dari faktor usia, Husna berharap mendapatkan pasangan yang berusia lebih tua dari dirinya Perbedaan usia. Husna berpendapat bahwa pasangan yang berusia lebih tua dapat mengarahkan dan membimbing dirinya. Hal ini sejalan dengan Kenrick Keefe dalam Bhrem, 1992 yang mengemukakan bahwa wanita cenderung menikah dengan pria yang berusia beberapa tahun lebih tua dari dirinya. Satu studi yang dilakukan Universitas Sumatera Utara oleh Kelley pada tahun 2013 mengenai age differential effect pada pemilihan pasangan juga menunjukkan bahwa wanita cenderung memilih pasangan yang berusia lebih tua dan pria cenderung memilih pasangan yang berusia lebih muda. c. Memiliki Kesamaan Sikap dan Nilai DeGenova 2008, menyatakan bahwa kecocokan mengarah kepada kemampuan individu untuk tinggal bersama pasangannya dengan harmonis. Dalam memilih pasangan individu juga akan berusaha untuk mendapatkan pasangan yang sesuai atau cocok dengan dirinya di beberapa area tertentu sebagai bagian dari kesetujuan dan ketidaksetujuan mengenai hal-hal, seperti pekerjaan, tempat tinggal, uang, hubungan dengan orang tua, kehidupan sosial, agama, sex, kebiasaan dan peran gender DeGenova, 2008. Pada faktor ini Husna berharap mendapatkan pasangan yang dapat memiliki penilaian yang sama dengan dirinya mengenai keadaan seorang tunanetra dan menerima keadaan dirinya yang tidak dapat bekerja. d. Peran Gender dan Kebiasaan Personal DeGenova 2008 mengatakan bahwa pasangan akan merasa lebih puas jika pasangan mereka berbagi harapan yang sama mengenai peran gender dan jika mereka dapat saling bertoleransi tentang kebiasaan personal satu sama lain. Hal ini sejalan dengan Husna yang berharap pasangannya dapat berperan sebagai imam yang baik dalam rumah tangganya. Selain itu, profesi Husna sebagai tunanetra membuat Husna Universitas Sumatera Utara berharap mendapatkan pasangan yang dapat bertoleransi dengan keadaan dirinya yang sering berpergian untuk mengikuti lomba. Tabel 13. Analisa Banding Antar Subjek Subjek 1 Fifi Subjek 2 Azwar Subjek 3 Husna Field of eligible Memiliki kriteria pasangan Propinquity Filter Berkomunikasi melalui handphone Homogamy Filter Agama, usia, suku, kelas sosioekonomi Attraction FIlter Mengabaikan penampilan fisik Compatibility Filter Sikap dan perilaku, kesamaan sikap dan nilai Decision Filter Menikah Field of eligible Memiliki kriteria pasangan Propinquity Filter Berkomunikasi melalui handphone Attraction Filter Mengabaikan penampilan fisik Homogamy FIlter Agama, suku, usia, pendidikan Compatibility Filter Sikap dan Perilaku, peran gender dan kebiasaan personal Decision Filter Menikah Field of eligible Memiliki kriteria pasangan Propinquity Filter Berkomunikasi melalui handphone Homogamy Filter Agama, usia Attraction Filter Mengabaikan penampilan fisik Compatibility Filter Sikap dan perilaku, peran gender dan kebiasaan personal Decision Filter Menikah Tabel analisa banding tersebut menunjukkan gambaran sebagai berikut: a. Secara umum terdapat kesamaan diantara ketiga subjek dalam proses pemilihan pasangan yaitu setiap subjek melewati setiap tahapan dalam menyeleksi calon pasangannya hingga akhirnya memutuskan untuk menikah meskipun urutan tahapan subjek 2 berbeda dengan subjek 1 dan 3. Universitas Sumatera Utara b. Ketiga subjek memiliki persamaan yaitu memiliki kriteria pasangan, mengawali hubungan dengan pasangannya dengan berkomunikasi melalui handphone, mengabaikan faktor pemapilan fisik dalam memilih pasangan dan mengutamakan faktor agama dalam proses pemillihan pasangannya. c. Meskipun terdapat persamaan pada ketiga subjek pada faktor agama, namun setiap subjek memiliki kekhususan tersendiri. Kekhususan antar subjek yang membedakan diantara ketiganya terletak pada urutan dari tahap dari yang mereka alami. Perbedaan antar subjek juga terlihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemilihan pasangan yang dilalui oleh setiap subjek. Misalnya, faktor suku berpengaruh pada proses pemilihan pasangan pada subjek 1 dan subjek 2 namun tidak berpengaruh pada subjek. Universitas Sumatera Utara Tabel 14. Analisa Intrasubjek SUBJEK I : FIFI No Dimensi Hasil Konfirmasi Teoritis 1 Field of eligible Subjek I memiliki kriteria pasangan. Ia berharap mendapatkan pasangan yang dapat bersabar, pengertian, dan bertanggung jawab atas dirinya. Selain itu, subjek 1 juga berharap mendapatkan pasangan yang beretnis batak, berusia lebih tua, dan tidak berasal dari daerah yang sama dengan dirinya. DeGenova 2008, menyatakan tahap awal dari suatu proses pemilihan pasangan ialah menentukan kriteria pasangan yang dianggap paling sesuai dengan diri individu tersebut. Hal ini sejalan dengan subjek I yang juga menentukan kriteria pasangan. 2 Propinquity filter Hubungan subjek I dengan pasangannya diawali dengan berkomunikasi melalui handphone. Pada awal membina hubungan dengan pasangannya, subjek berada di Medan dan pasangannya berada di Jambi. Subjek telah mengetahui bahwa pasangannya tersebut berasal dari Kisaran, namun bekerja dan menetap di Jambi. Subjek sendiri memiliki harapan untuk mendapatkan pasangan yang tidak berasal dari daerah yang sama dengan dirinya. Propinquity filter merupakan tahap kedua dari suatu proses pemilihan pasangan. Penyaringan pada tahap ini didasarkan pada kedekatan geografis di mana individu cenderung menyukai calon pasangan yang sering ia temui di lingkungan sekitarnya DeGenova, 2008. Hal ini berbeda dengan subjek 1 yang menjalin hubungan jarak jauh dengan pasangannya. Perbedaan jarak tersebut tidak menjadi faktor penghalang bagi subjek I untuk membina hubungan dengan pasangannya tersebut. 3 Attraction filter Hal yang membuat subjek I tertarik dengan Attraction filter merupakan tahap ketiga dalam proses pemilihan Universitas Sumatera Utara pasangannya ialah dikarenakan pasangannya tersebut tidak merasa malu ataupun menunjukkan sikap rendah diri ketika menuntun subjek ketika pergi bersama. pasangan. Ketertarikan ini berasal dari penampilan fisik yang kemudian diikuti dengan ketertarikan berdasarkan kepribadian dari calon pasangan. Individu cenderung tertarik dengan seseorang yang good-looking dan memiliki tubuh yang bagus dan proporsional DeGenova, 2008. Namun, hal ini berbeda dengan subjek I yang mengabaikan penampilan fisik pasangannya. Hal ini dikarenaka kondisi penglihatan subjek yang tidak memungkinkan untuk mengevaluasi pasangan secara fisik. 4 Homogamy filter Subjek I mendapatkan pasangan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan faktor usia, agama, pendidikan, etnis, dan kelas sosioekonomi. Pasangan subjek berusia 10 tahun lebih tua, beretnis batak, memeluk agama Islam, kelas sosioekonomi setara dan lulusan dari STM. Homogamy filter merupakan tahap keempat dari suatu proses pemilihan pasangan DeGenova, 2008. Pada tahap ini, individu akan menyeleksi calon pasangannya berdasarkan usia, etnis, pendidikan, kelas sosioekonomi, dan agama. Subjek I cenderung heterogamy pada faktor usia dan etnis dan homogamy pada agama dan kelas sosioekonomi. Pada tahap penyeleksian ini, subjek mendapatkan pasangan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya 5 Compatibility filter Subjek I merasakan kecocokan antara dirinya dengan pasangannya. Subjek merasa sejalan dengan pasangannya yang juga menentang kedua orang tuanya untuk menikah. Subjek juga merasa DeGenova 2008, menyatakan bahwa kecocokan mengarah kepada kemampuan individu untuk tinggal bersama pasangannya dengan harmonis. Dalam memilih pasangan individu juga akan berusaha untuk mendapatkan pasangan yang sesuai atau cocok Universitas Sumatera Utara pasangannya merupakan pria yang paling sesuai untuk dirinya. Hal ini dikarenakan pasangannya tidak pernah menunjukkan rasa malu atau rendah diri ketika berjalan bersama sehingga subjek merasa pasangannya benar-benar dapat menerima kekurangan subjek. Kecocokan juga subjek rasakan dengan pasangannya yang sependapat dengan dirinya mengenai pekerjaan dan tempat tinggal. Selain itu, pasangan subjek juga memiliki hobi yang sama dengan subjek. Keseriusan yang ditunjukkan oleh subjek selama masa perkenalan membuat subjek merasa semakin yakin dengan pasangannya tersebut. dengan dirinya di beberapa area tertentu. Kecocokan pernikahan juga akan meningkat jika pasangan memiliki kesamaan sikap dan nilai mengenai hal yang penting bagi mereka. Dari sudut pandang ini, kecocokan dinilai sebagai bagian dari kesetujuan dan ketidaksetujuan mengenai hal-hal, seperti pekerjaan, tempat tinggal, uang, hubungan dengan orang tua, kehidupan sosial, agama, sex, kebiasaan dari peran gender DeGenova, 2008. Subjek I merasakan kecocokan dengan pasangannya dalam hal pekerjaan dan tempat tinggal. 6 Decision filter Keputusan akhir dari proses pemilihan pasangan yang dilalui oleh subjek I ialah menikah. Decision filter merupakan tahap akhir dari proses pemilihan pasangan yaitu diambilnya suatu keputusan akhir yaitu menikah DeGenova, 2008. Subjek I memutuskan untuk menikah setelah melalui serangkaian proses pemilihan pasangan. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi 1 Latar belakang keluarga Bagi subjek I mengetahui latar belakang keluarga pasangan merupakan hal yang penting. Ia DeGenova 2008, menyatakan bahwa mengetahui latar belakang keluarga membantu kita mengetahui seseorang yang tumbuh Universitas Sumatera Utara beranggapan dengan mengetahui latar belakang keluarga pasangannya sebelum menikah, maka kita tidak akan menyesali akibat dari keputusan yang telah kita ambil mengenai pasangan kita tersebut. dalam keluarga tersebut. Latar belakang keluarga mempengaruhi semua hal yang ada pada individu. Dalam proses pemilihan pasangan yang dilalui oleh subjek, ia tidak mencari tahu mengenai latar belakang keluarga pasangannya. Subjek hanya mengenal keluarga pasangannya melalui cerita-cerita yang disampaikan oleh pasangannya yang disampaikan kepadanya melalui handphone. Subjek juga mengabaikan ketidaksetujuan ibu dan kakak pasangannya mengenai hubungan mereka. Bagi subjek yang terutama adalah pasangannya bukan keluarga pasangannya. 1.1 Kelas sosioekonomi Subjek 1 berharap mendapatkan pasangan yang kelas sosioekonominya setara dengan dirinya. DeGenova 2008, mengatakan bahwa kesempatan untuk mendapatkan kepuasan pernikahan akan lebih besar jika individu menikah dengan pasangan yang berasal dari kelas sosioekonomi yang sama. Hal ini sejalan dengan subjek 1 yang berharap mendapatkan pasangan yang berusia setara dengan dirinya. Hal ini dikarenakan Ia merasa rendah diri jika memiliki pasangan yang tingkat kelas sosioekonominya lebih tinggi. Subjek 1 juga beranggapan dirinya akan lebih bahagia jika dapat memulai usaha bersama dengan pasangannya sehingga ia dan pasangannya dapat merasakan Universitas Sumatera Utara perasan susah dan senang bersama-sama 1.2 Pendidikan dan inteligensi Latar belakang pendidikan tidak mempengaruhi subjek dalam memilih pasangan. Subjek tidak memiliki kriteria tertentu bagi pasangannya dari faktor pendidikan. DeGenova 2008, juga mengemukakan bahwa terdapat kecenderungan individu untuk memilih pasangan yang memiliki kepedulian yang sama mengenai pendidikan. Hal ini berbeda dengan subjek 1 yang tidak menentukan latar belakang pendidikan calon pasangannya. Ia hanya berharap pasangannya dapat membaca jika ia merupakan seorang yang dapat melihat. 1.3 Pernikahan antar ras atau suku Subjek I memiliki kriteria pasangan dari faktor etnis. Ia berharap memiliki pasangan yang beretnis batak. Menurut subjek, pria beretnis meski sifatnya keras namun hatinya baik. Individu cenderung menikahi pasangan yang berasal dari etnis yang sama untuk menghindari permasalahan yang dapat muncul dari reaksi keluarga, teman, dan lingkungan sosial dari pasangan tersebut Olofsson, dalam DeGenova, 2008. Meskipun Subjek 1 merupakan wanita berdarah Minang dan berasal dari desa yang masih memegang teguh budaya minang, namun mereka sudah dapat menerima pernikahan antar etnis. Sehingga reaksi dari keluarga dan lingkungan tidak menjadi penghambat bagi subjek 1 untuk melakukan pernikahan antar etnis. 1.4 Pernikahan antar agama Faktor agama merupakan salah satu faktor yang diutamakan subjek dalam memilih pasangan. Subjek 1 berharap mendapatkan pasangan yang satu akidah dengan dirinya. Ia beranggapan, lebih Tingkat religiusitas yang tinggi dan tekanan dari keluarga merupakan faktor utama yang mempengaruhi individu memilih pasangan yang memeluk agama yang sama DeGenova, 2008. Meski tidak memberikan penjelasan secara jelas, namun Universitas Sumatera Utara baik hidup sederhana namun dengan pasangan yang satu akidah dengan dirinya. perbedaan agama tersebut merupakan faktor utama bagi subjek 1 untuk menolak pasangannya tersebut. Bagi subjek 1 pernikahan beda agama secara tidak langsung akan mempengaruhi keberagamaannya. Saxton dalam Duvall Miller, 1985 mengemukakan dua alasan individu menghindari pernikahan antar agama, yaitu 1 hubungan keluarga dari pasangan dapat terputus jika suami dan istri tidak memeluk agama yang sama, dan 2 keberagamaan seseorang dapat melemah atau hilang akibat dari pernikahan antar agama. 2 Karakteristik personal : Sikap dan perilaku Subjek 1 menyadari kekurangannya sebagai tunanetra sehingga ia berharap mendapatkan pasangan yang dapat menerima kekurangan yang dimilikinya dan mengerti dengan keadaan dirinya tersebut. Sebagai seorang tunanetra, ia membutuhkan bantuan dalam melakukan berbagai hal sehingga ia membutuhkan pasangan yang dapat bersabar menghadapi dirinya dengan segala kekurangannya. Subjek tidak menentukan kondisi pasangannya harus seorang tunanetra atau dapat melihat. Penelitian mengenai sikap dan perilaku individu mengarah pada fisik, kepribadian, dan kesehatan mental DeGenova, 2008. Secara fisik, subjek 1 tidak menentukan calon pasangannya harus dapat melihat atau tidak. Subjek 1 lebih mengutamakan pasangan yang dapat mengerti keadaan subjek 1 sebagai seorang tunanetra. 2.2 Perbedaan usia Dari faktor usia, subjek 1 berharap mendapatkan DeGenova 2008, mengemukakan bahwa faktor usia merupakan Universitas Sumatera Utara pasangan yang berusia lebih tua dari dirinya. Subjek beranggapan pasangan yang berusia lebih tua dapat mengarahkan dan membimbing dirinya. salah satu faktor yang mempengaruhi proses pemilihan pasangan. Rata-rata perbedaan usia pasangan sekitar 2 tahun. Hal ini berbeda dengan subjek 1 yang berharap mendapatkan pasangan yang berusia lebih tua dari dirinya 2.3 Kesamaan sikap dan nilai Subjek berharap pasangannya memiliki pandangan yang sama dengan dirinya dalam hal seperti tempat tinggal dan pekerjaan. Subjek berharap setelah menikah subjek tetap bisa menetap di Medan. Subjek juga berharap mendapatkan pasangan yang dapat memiliki hobi yang sama dengan dirinya. Kesamaan sikap dan nilai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses memilih pasangan. Dari sudut pandang ini, kecocokan dinilai sebagai bagian dari kesetujuan dan ketidaksetujuan mengenai hal-hal, seperti pekerjaan, tempat tinggal, uang, hubungan dengan orang tua, kehidupan sosial, agama, sex, kebiasaan dari peran gender DeGenova, 2008. Subjek 1 memiliki kesamaan sikap dan nilai dengan pasangannya dalam hal tempat tinggal dan pekerjaan 2.4 Peran gender dan kebiasaan personal Subjek berharap mendapatkan pasangan yang dapat bertanggung jawab dan berperan sebagai pencari nafkah dalam rumah tangga. Subjek juga berharap mendapatkan pasangan yang dapat mengerti dengan dirinya yang memiliki hobi berjalan-jalan. Kecocokan tidak hanya didasarkan pada kesamaan nilai dan sikap, tetapi juga melibatkan perilaku. Pasangan akan merasa lebih puas jika pasangan mereka berbagi harapan yang sama mengenai peran gender dan jika mereka dapat saling bertoleransi tentang kebiasaan personal satu sama lain DeGenova, 2008. Subjek 1 berharap mendapatkan pasangan yang dapat bertanggung jawab atas dirinya Kecocokan juga subjek 1 rasakan dengan pasangannya dalam hal bertanggung jawab. Subjek 1 menilai pasangannya yang mau membantu kondisi Universitas Sumatera Utara perekonomiannya dan ibunya meski belum resmi menjadi suami istri sebagai suatu bentuk tanggung jawab. SUBJEK II : AZWAR No Dimensi Hasil Konfirmasi Teoritis 1 Field of eligible Dalam memilih pasangan subjek berpedoman pada petunjuk Allah dan Nabi yang ada di dalam Al-Qur’an. Subjek memiliki keinginan untuk mendapatkan pasangan seorang santri, mampu berkitab dan mengenakan jilbab. Namun, subjek menyadari keadaannya sebagai seorang tunanetra sehingga ia memiliki kriteria minimum pasangannya yaitu mau melaksanakan sholat dan dapat membaca Al-Qur’an. Subjek juga memiliki keinginan mendapatkan pasangan yang berasal dari suku yang sama dengan dirinya dan berusia setara dengan dirinya. Subjek tidak menentukan penampilan fisik pasangannya dan tidak menentukan pasangannya dapat melihat atau tidak DeGenova 2008, menyatakan tahap awal dari suatu proses pemilihan pasangan ialah menentukan kriteria pasangan yang dianggap paling sesuai dengan diri individu tersebut. Subjek 2 juga menentukan kriteria pasangan sebelum memutuskan untuk menikah. 2 Propinquity filter Hubungan subjek dengan pasangannya diawali dengan Propinquity filter merupakan tahap kedua dari suatu Universitas Sumatera Utara berkomunikasi melalui handphone. Subjek mendapatkan nomor handphone pasangannya dari temannya yang juga seorang penyandang tunanetra. Subjek juga telah mengetahui tempat tinggal pasangannya. Meskipun subjek kelahiran Indrapura namun ia tidak menentukan asal daerah pasangannya dan tidak mempermasalahkan tempat tinggal pasangannya yang berbeda dengan dirinya proses pemilihan pasangan. Penyaringan pada tahap ini didasarkan pada kedekatan geografis di mana individu cenderung menyukai calon pasangan yang sering ia temui di lingkungan sekitarnya DeGenova, 2008. Hubungan subjek 2 dengan pasangannya di awali dengan berkomunikasi melalui handphone. Meskipun Azwar berasal dari Indrapura namun ia tidak berharap mendapatkan pasangan yang berasal dari daerah yang sama dengan dirinya. Ia tidak menentukan kriteria pasangan berdasarkan asal daerah 3 Attraction filter Ketertarikan subjek terhadap pasangannya lebih mengarah pada karakteristik personal daripada penampilan fisik. Keterbatas penglihatan yang dialami subjek membuat subjek tidak menentukan kriteria penampilan fisik pasangannya. Subjek sudah tertarik dengan pasangannya ketika teman subjek mengatakan bahwa pasangan subjek dapat membaca Al-Qur’an dan merupakan seorang qori’ah. Ketertarikan subjek semakin bertambah ketika subjek mendengar langsung pasangannya tersebut membaca Al-Qur’an di acara pengajian yang mereka ikuti bersama. Selama Attraction filter merupakan tahap ketiga dalam proses pemilihan pasangan. Ketertarikan ini berasal dari penampilan fisik yang kemudian diikuti dengan ketertarikan berdasarkan kepribadian dari calon pasangan. Individu cenderung tertarik dengan seseorang yang good-looking dan memiliki tubuh yang bagus dan proporsional DeGenova, 2008. Hal ini berbeda dengan subjek 2 yang mengabaikan penampilan fisik pasangannya dan tertarik dengan kemampuan pasangannya melantukan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Universitas Sumatera Utara berkenalan, subjek juga tertarik dengan sikap pasangannya yang pendiam, tidak suka berpergian dan patuh. 4 Homogamy filter Dalam proses pemilihan pasangan yang dilaluinya, subjek 2 mendapatkan pasangan yang berbeda dengan harapannya. Pasangan subjek berusia lebih muda dan beretnis batak. Meskipun berbeda dari yang ia harapkan, namun hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi subjek 2 untuk melanjutkan hubungan dengan pasangannya. Hal ini dikarenakan subjek tidak menjadikan hal tersebut sebagai beban, ia bahkan bersyukur mendapatkan pasangan yang berusia lebih muda dengan anggapan akan lebih mudah di didik. Ia juga tidak mempermasalahkan mengenai suku pasangannya karena yang terutama bagi subjek ada ketaatan pasangannya dalam beribadah. Homogamy filter merupakan tahap keempat dari suatu proses pemilihan pasangan DeGenova, 2008. Pada tahap ini, individu akan menyeleksi calon pasangannya berdasarkan usia, etnis, pendidikan, kelas sosioekonomi, dan agama. Homogamy mengarah pada kecenderungan seorang individu untuk memilih pasangan yang sama seperti dirinya dan heterogamy mengarah pada kecenderungan seorang individu untuk memilih pasangan yang berbeda dengan dirinya. Subjek 2 homogamy pada faktor agama, usia, dan etnis. Pada tahap penyeleksian ini, subjek mendapatkan pasangan yang berbeda dengan kriteria yang telah ditentukan. Namun, subjek 2 dapat menerima hal tersebut dikarenakan lebih mengutamakan faktor agama. 5 Compatibility filter Kesamaan sikap dan perilaku mempengaruhi subjek 2 dalam memilih pasangan. Kesanggupan pasangan subjek 2 untuk bersikap saling terbuka dan mengenakan jilbab membuat subjek merasa cocok DeGenova 2008, menyatakan bahwa kecocokan mengarah kepada kemampuan individu untuk tinggal bersama pasangannya dengan harmonis. Dalam memilih pasangan individu juga akan berusaha untuk Universitas Sumatera Utara dengan pasangannya. Selain itu pasangan subjek 2 juga sejalan dengan subjek 2 mengenai pekerjaan dan tempat tinggal juga membuat subjek 2 semakin merasa cocok dengan pasangannya. Subjek 2 juga merasakan kecocokan ketika berkomunikasi dengan pasangannya. mendapatkan pasangan yang sesuai atau cocok dengan dirinya di beberapa area tertentu DeGenova, 2008. Subjek 2 merasakan kecocokan dengan pasangannya. Hal ini dikarenakan ia dan pasangannya memiliki penilaian yang sama dalam hal pekerjaan dan tempat tinggal. Pasangan subjek 2 juga setuju untuk menuruti permintaan subjek 2. 6 Decision filter Keputusan akhir yang dibuat oleh subjek 2 ialah menikah Decision filter merupakan tahap akhir dari proses pemilihan pasangan yaitu diambilnya suatu keputusan akhir yaitu menikah DeGenova, 2008. Subjek 2 memutuskan untuk menikah setelah melalui serangkaian proses pemilihan pasangan. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi 1 Latar belakang keluarga Pada proses pemilihan pasangan yang dilalui oleh subjek 2, subjek 2 tidak mencari tahu latar belakang keluarga pasangannya. Bagi subjek 2, mencari tahu latar belakang keluarga bukanlah hal yang utama dalam proses pemilihan pasangan. DeGenova 2008, menyatakan bahwa mengetahui latar belakang keluarga membantu kita mengetahui seseorang yang tumbuh dalam keluarga tersebut. Latar belakang keluarga mempengaruhi semua hal yang ada pada individu. Dalam proses pemilihan pasangan yang dilalui oleh subjek 2, ia tidak mencari tahu mengenai latar belakang keluarga pasangannya. Hal ini dikarenakan subjek 2 beranggapan setelah menikah ia juga akan Universitas Sumatera Utara dapat mengenal keluarga pasangannya tersebut. Selama menjalin hubungan dengan pasangannya, subjek 2 juga tidak pernah melakukan pendekatan dengan keluarga pasangannya. Subjek 2 juga beranggapan bahwa keluarga merupakan orang ketiga dalam rumah tangga 1.1 Kelas sosioekonomi Faktor kelas sosioekonomi tidak mempengaruhi subjek 2 dalam memilih pasangan. Subjek 2 tidak memiliki kriteria pasangan tertentu dari faktor kelas sosioekonomi. Subjek 2 juga tidak menentukan pasangannya harus bekerja atau tidak. DeGenova 2008, mengatakan bahwa kesempatan untuk mendapatkan kepuasan pernikahan akan lebih besar jika individu menikah dengan pasangan yang berasal dari kelas sosioekonomi yang sama. Subjek 2 tidak menentukan kriteria pasangan berdasarkan faktor kelas sosioekonomi. 1.2 Pendidikan dan inteligensi Dari faktor pendidikan dan inteligensi, subjek 2 lebih berharap memiliki pasangan yang berpendidikan agama tinggi daripada pendidikan formal. Subjek berharap memiliki pasangan seorang santri yang dapat membaca Al-Qur’an dan berkitab. Subjek juga berharap memiliki pasangan yang menyelesaikan sekolah formal namun hal ini bukan faktor yang diutamakan oleh subjek dalam memilih pasangan DeGenova 2008, juga mengemukakan bahwa terdapat kecenderungan individu untuk memilih pasangan yang memiliki kepedulian yang sama mengenai pendidikan. Subjek 2 lebih mengutamakan pendidikan agama pasangannya daripada pendidikan formal. 1.3 Pernikahan antar ras atau suku Subjek berharap mendapatkan pasangan yang berasal dari suku yang sama dengan dirinya. Alasan utama individu untuk menikah dengan pasangan yang sama dengan dirinya ialah karena individu tersebut Universitas Sumatera Utara merasa nyaman berada dengan pasangan yang sama dengan dirinya DeGenova, 2008. Subjek 2 berpendapat bahwa dengan menikah dengan pasangan yang satu suku maka tidak akan ada perbedaan dan perasaan asing ketika bersama. 1.4 Pernikahan antar agama Faktor agama merupakan faktor utama yang mempengaruhi subjek dalam memilih pasangan. Tingkat religiusitas yang tinggi dan tekanan dari keluarga merupakan faktor utama yang mempengaruhi individu memilih pasangan yang memeluk agama yang sama DeGenova, 2008. Meskipun subjek tidak mengucapkan secara langsung, namun hal ini terlihat dari kriteria pasangan subjek yang mengutamakan pasangan yang dapat mau melaksanakan sholat dan dapat membaca Al-Qur’an serta pedoman yang subjek gunakan dalam memilih pasangan 2 Karakteristik personal : Sikap dan perilaku Subjek 2 tidak memiliki kriteria pasangan tertentu dari segi penampilan fisik dan karakteristik wajah Meskipun subjek berharap mendapatkan pasangan yang dapat melihat, namun subjek tidak mengutamakan hal tersebut. Yang utama bagi subjek ialah mendapatkan pasangan yang mau melaksanakan sholat, mau membaca Al-Qur’an dan mengenakan Penelitian mengenai sikap dan perilaku individu mengarah pada fisik, kepribadian, dan kesehatan mental DeGenova, 2008. Secara fisik, subjek 2 tidak menentukan penampilan fisik dan karakteristik wajah calon pasangannya. Subjek 1 lebih mengutamakan pasangan yang mau melaksanakan sholat, mau membaca Al-Qur’an dan mengenakan jilbab. Universitas Sumatera Utara jilbab. 2.2 Perbedaan usia Subjek 2 berharap mendapatkan pasangan yang usianya setara dengan dirinya. DeGenova 2008, mengemukakan bahwa faktor usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pemilihan pasangan. Rata-rata perbedaan usia pasangan sekitar 2 tahun. Hal ini sejalan dengan subjek 2 yang berharap mendapatkan pasangan yang berusia setara dengan dirinya. Subjek 2 beranggapan yang usianya setara tidak akan merasa rendah diri jika berpasangan dengan dirinya. Namun, faktor usia ini bukanlah faktor utama bagi subjek dalam memilih pasangan 2.3 Kesamaan sikap dan nilai Subjek berharap mendapatkan pasangan yang mau saling terbuka dalam hal sekecil apapun dalam berumah tangga. Selain itu, subjek juga ingin mendapatkan pasangan yang sejalan dengan dirinya dalam hal pekerjaan dan tempat tinggal Kesamaan sikap dan nilai juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi subjek 2 dalam merasakan kecocokan dengan pasangannya. Subjek 2 dan pasangannya memiliki kesesuaian pendapat dalam hal tempat tinggal dan pekerjaan. Subjek 2 dan pasangannya sependapat untuk kembali ke kampung halaman subjek dan memelihara ternak jika modal mereka sudah mencukupi. Selain itu, kecocokan juga subjek rasakan ketika pasangannya setuju untuk memenuhi keinginan subjek untuk mengenakan jilbab. Pasangan subjek juga Universitas Sumatera Utara menyetujui komitmen yang diajukan subjek agar selalu terbuka dalam berumah tangga ketika menghapi masalah meski sekecil apapun masalah tersebut 2.4 Peran gender dan kebiasaan personal Subjek 2 berharap mendapatkan pasangan yang sesuai dengan keinginannya untuk memiliki pasangan yang mau melaksanakan sholat, membaca Al-Qur’an dan mengenakan jilbab. Hal ini dikarenakan subjek menginginkan pasangan yang tidak hanya dapat membantunya di dunia namun juga di akhirat sehingga ia menuntut pasangannya untuk memenuhi kriteria tersebut karena subjek merasa dirinyalah yang bertanggung jawab atas istrinya kelak. Kecocokan tidak hanya didasarkan pada kesamaan nilai dan sikap, tetapi juga melibatkan perilaku. Pasangan akan merasa lebih puas jika pasangan mereka berbagi harapan yang sama mengenai peran gender dan jika mereka dapat saling bertoleransi tentang kebiasaan personal satu sama lain DeGenova, 2008. Subjek 2 merasakan kecocokan dengan pasangannya. Hal ini dikarenakan subjek 2 merasa bahwa pasangannya dapat menwujudkan keinginannya untuk memiliki istri yang dapat membantunya di dunia dan di akhirat. SUBJEK III : HUSNA No Dimensi Hasil Konfirmasi Teoritis 1 Field of eligible Subjek berharap mendapatkan pasangan yang juga merupakan seorang penyandang tunanetra. Subjek juga berharap mendapatkan pasangan yang seprofesi dengan dirinya atau minimal seorang hafidz Qur’an. Ia berharap mendapatkan pasangan yang taat beribadah DeGenova 2008, menyatakan tahap awal dari suatu proses pemilihan pasangan ialah menentukan kriteria pasangan yang dianggap paling sesuai dengan diri individu tersebut. Subjek 3 juga menentukan kriteria pasangan sebelum Universitas Sumatera Utara dan dapat membaca Al-Qur’an. memutuskan untuk menikah. 2 Propinquity filter Subjek berkenalan dengan pasangannya dengan berkomunikasi melalui handphone. Subjek sendiri tidak menentukan asal daerah pasangannya. Propinquity filter merupakan tahap kedua dari suatu proses pemilihan pasangan. Penyaringan pada tahap ini didasarkan pada kedekatan geografis di mana individu cenderung menyukai calon pasangan yang sering ia temui di lingkungan sekitarnya DeGenova, 2008. Hubungan subjek 3 dengan pasangannya di awali dengan berkomunikasi melalui handphone. Pasangan subjek berasal dari Indrapura. Subjek sendiri tidak menentukan asal daerah pasangannya. 3 Attraction filter Subjek tertarik kepada pasangannya dikarenakan pasangannya subjek taat beribadah dan dapat membaca Al-Qur’an. Subjek merasa pasangannya berbeda dengan tunanetra lainnya karena pasangannya bersifat dewasa, tidak banyak berbicara dan tidak sering berkomunikasi dengan tunanetra-tunanetra lainnya melalui handphone. Attraction filter merupakan tahap ketiga dalam proses pemilihan pasangan. Ketertarikan ini berasal dari penampilan fisik yang kemudian diikuti dengan ketertarikan berdasarkan kepribadian dari calon pasangan. Individu cenderung tertarik dengan seseorang yang good-looking dan memiliki tubuh yang bagus dan proporsional DeGenova, 2008. Hal ini berbeda dengan Subjek 3 tidak menentukan kriteria penampilan fisik pasangannya. Bagi subjek, penampilan fisik bukanlah hal yang utama dalam memilih pasangan. Subjek merasa seperti apapun keadaan penampilan fisik pasangannya Universitas Sumatera Utara subjek tetap tidak dapat melihatnya. 4 Homogamy filter Subjek 3 mendapatkan pasangan yang sesuai dengan dirinya dari faktor usia dan agama. Subjek menerima semua kondisi pasangannya baik dari faktor ekonomi,pendidikan, dan etnis. Hal ini dikarenakan subjek 3 tidak menentukan kriteria pasangan berdasarkan faktor-faktor tersebut. Homogamy filter merupakan tahap keempat dari suatu proses pemilihan pasangan DeGenova, 2008. Pada tahap ini, individu akan menyeleksi calon pasangannya berdasarkan usia, etnis, pendidikan, kelas sosioekonomi, dan agama. Subjek 3 tidak menentukan kriteria pasangan dari faktor etnis, kelas sosioekonomi, dan pendidikan sehingga subjek merasa sesuai dengan suku, kelas sosioekonomi, dan pendidikan pasangannya. 5 Compatibility filter Subjek merasa cocok dengan pasangannya. Kecocokan yang subjek rasakan dengan pasangannya dikarenakan sikap pasangannya yang dewasa. Subjek juga merasa pasangannya bisa menerima kekurangan subjek yang tidak bekerja dan tidak dapat melakukan pekerjaan rumah apapun. Pasangan subjek juga tidak menuntut subjek untuk bekerja. Subjek dan pasangan subjek memiliki penilaian yang sama mengenai peran yang akan dijalani setelah menikah dan pasangan subjek dapat mentoleransi keadaan subjek sebagai seorang qori’ah. DeGenova 2008, menyatakan bahwa kecocokan mengarah kepada kemampuan individu untuk tinggal bersama pasangannya dengan harmonis. Dalam memilih pasangan individu juga akan berusaha untuk mendapatkan pasangan yang sesuai atau cocok dengan dirinya di beberapa area tertentu DeGenova, 2008. Subjek juga merasa pasangannya bisa menerima kekurangan subjek yang tidak bekerja dan tidak dapat melakukan pekerjaan rumah apapun. Pasangan subjek juga tidak menuntut subjek untuk bekerja. Subjek dan pasangan subjek memiliki penilaian yang sama Universitas Sumatera Utara mengenai peran yang akan dijalani setelah menikah dan pasangan subjek dapat mentoleransi keadaan subjek sebagai seorang qori’ah. 6 Decision filter Keputusan akhir yang dibuat oleh subjek 3 ialah menikah Decision filter merupakan tahap akhir dari proses pemilihan pasangan yaitu diambilnya suatu keputusan akhir yaitu menikah DeGenova, 2008. Subjek 3 memutuskan untuk menikah setelah melalui serangkaian proses pemilihan pasangan. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi 1 Latar belakang keluarga Menurut subjek, sebelum menikah merupakan hal yang penting untuk mencari tahu mengenai latar belakang keluarga pasangannya. DeGenova 2008, menyatakan bahwa mengetahui latar belakang keluarga membantu kita mengetahui seseorang yang tumbuh dalam keluarga tersebut. Latar belakang keluarga mempengaruhi semua hal yang ada pada individu. Dalam prosesnya memilih pasangan subjek tidak mencari tahu latar belakang keluarga pasangannya. Ia hanya mengenal keluarga pasangannya melalui cerita pasangannya dan pernah berkomunikasi melalui handphone. 1.1 Kelas sosioekonomi Faktor sosioekonomi tidak mempengaruhi subjek dalam proses pemilihan pasangan. Subjek tidak DeGenova 2008, mengatakan bahwa kesempatan untuk mendapatkan kepuasan pernikahan akan lebih Universitas Sumatera Utara memiliki kriteria pasangan tertentu dari faktor kelas sosioekonomi. besar jika individu menikah dengan pasangan yang berasal dari kelas sosioekonomi yang sama. Subjek 3 tidak menentukan kriteria pasangan berdasarkan faktor kelas sosioekonomi. Subjek tidak mempermasalahkan pekerjaan pasangannya, yang terpenting baginya adalah pasangannya mau bekerja dan mengerjakan pekerjaan yang halal. Subjek juga menyadari kekurangan yang ada pada dirinya sehingga ia tidak berharap mendapatkan pasangan dari kelas sosioekonomi yang lebih tinggi. 1.2 Pendidikan dan inteligensi Latar belakang pendidikan pasangan tidak mempengaruhi subjek dalam memilih pasangan. Subjek tidak memiliki kriteria pasangan tertentu dari segi pendidikan. DeGenova 2008, juga mengemukakan bahwa terdapat kecenderungan individu untuk memilih pasangan yang memiliki kepedulian yang sama mengenai pendidikan. Subjek tidak memiliki kriteria pasangan tertentu dari segi pendidikan. Subjek juga menyadari kekurangan yang ada pada dirinya sehingga ia tidak berharap mendapatkan pasangan yang tingkat pendidikannya lebih tinggi. 1.3 Pernikahan antar ras atau suku Latar belakang suku subjek tidak mempengaruhi subjek dalam memilih pasangan. Subjek tidak menentukan latar belakang suku pasangannya. Alasan utama individu untuk menikah dengan pasangan yang sama dengan dirinya ialah karena individu tersebut merasa nyaman berada dengan pasangan yang sama Universitas Sumatera Utara dengan dirinya DeGenova, 2008. Subjek tidak menentukan latar belakang suku pasangannya. Bagi subjek, sifat pasangannya tidak ditentukan oleh suku sehingga subjek tidak mempermasalahkan apapun suku pasangannya 1.4 Pernikahan antar agama Faktor agama menjadi faktor utama bagi subjek dalam memilih pasangan. Tingkat religiusitas yang tinggi dan tekanan dari keluarga merupakan faktor utama yang mempengaruhi individu memilih pasangan yang memeluk agama yang sama DeGenova, 2008. Meskipun subjek tidak mengungkapkannya secara langsung, namun hal ini terlihat dari kriteria pasangan subjek yang mengharapkan pasangan yang mau melaksanakan sholat. 2 Karakteristik personal : Sikap dan perilaku Subjek berharap mendapatkan pasangan yang juga seorang penyandang tunanetra. Ia beranggapan sesama penyandang tunanetra akan saling mengerti dan memahami satu sama lain. Selain itu, subjek berharap mendapatkan pasangan yang taat beribadah dan dapat membaca Al-Qur’an. Subjek juga berharap mendapatkan pasangan yang seprofesi dengan dirinya atau minimal seorang hafidz Qur’an. Penelitian mengenai sikap dan perilaku individu mengarah pada fisik, kepribadian, dan kesehatan mental DeGenova, 2008. Secara fisik, subjek 3 tidak menentukan penampilan fisik dan karakteristik wajah calon pasangannya. Subjek 3 lebih mengutamakan pasangan yang mau melaksanakan sholat, mau membaca Al-Qur’an dan mengenakan jilbab. Universitas Sumatera Utara 2.2 Perbedaan usia Dari faktor usia, subjek berharap mendapatkan pasangan yang berusia lebih tua dari dirinya. DeGenova 2008, mengemukakan bahwa faktor usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pemilihan pasangan. Rata-rata perbedaan usia pasangan sekitar 2 tahun. Subjek 3 berharap mendapatkan pasangan yang berusia lebih tua dari dirinya. . Subjek beranggapan pasangan yang berusia lebih tua dapat mengarahkan dirinya. Subjek merasa ragu pasangan yang masih muda dapat mendidik anak-anaknya kelak 2.3 Kesamaan sikap dan nilai Subjek berharap mendapatkan pasangan yang dapat menerima kekurangan dirinya yang tidak dapat bekerja. Selain itu, subjek juga berharap pasangannya kelak memiliki penilaian yang sama dengan dirinya mengenai keadaannya sebagai tunanetra dan profesinya sebagai qori’ah. Hal inilah yang membuat subjek berharap mendapatkan pasangan yang juga penyandang tunanetra. Kecocokan pernikahan juga akan meningkat jika pasangan memiliki kesamaan sikap dan nilai mengenai hal yang penting bagi mereka. Dari sudut pandang ini, kecocokan dinilai sebagai bagian dari kesetujuan dan ketidaksetujuan mengenai hal-hal, seperti pekerjaan, tempat tinggal, uang, hubungan dengan orang tua, kehidupan sosial, agama, sex, kebiasaan dari peran gender DeGenova, 2008. Dalam hal tempat tinggal dan pekerjaan, subjek merasakan kesesuaian pendapat dengan pasangannya. Pasangan subjek dapat menerima kekurangan subjek yang tidak mampu bekerja dan menerima keadaan Universitas Sumatera Utara subjek yang tidak dapat melakukan pekerjaan rumah tangga. Selain itu, subjek merasakan kecocokan dengan pasangannya yang mampu bertoleransi dengan rutinitas subjek sebagai seorang qori’ah 2.4 Peran gender dan kebiasaan personal Dari faktor peran, subjek berharap mendapatkan pasangan yang dapat berperan sebagai imam yang baik dalam rumah tangganya. Selain itu, profesi subjek sebagai seorang qori’ah membuat subjek mengharapkan pasangan yang bertoleransi dengan keadaan dirinya yang sering berpergian untuk mengikuti lomba. Kecocokan tidak hanya didasarkan pada kesamaan nilai dan sikap, tetapi juga melibatkan perilaku. Pasangan akan merasa lebih puas jika pasangan mereka berbagi harapan yang sama mengenai peran gender dan jika mereka dapat saling bertoleransi tentang kebiasaan personal satu sama lain DeGenova, 2008. Harapan subjek untuk mendapatkan pasangan yang dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya juga ia temukan pada diri pasangannya. Berdasarkan penilaiannya, subjek merasa pasangannya tersebut dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya kelak. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan kesimpulan yang menjawab permasalahan penelitian. Bab ini juga mengemukakan saran praktis dan saran metodologis yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian dengan tema proses pemilihan pasangan dan tunanetra.

A. KESIMPULAN

1. Ketiga subjek melewati setiap tahapan penyeleksian dalam proses pemilihan pasangan hingga akhirnya membuat suatu keputusan, yaitu keputusan untuk menikah. Terdapat persamaan antara ketiga subjek di mana ketiga subjek menjalin hubungan dengan pasangannya di awali dengan berkomunikasi melalui handphone. Terdapat persamaan antara subjek I dan subjek III dalam urutan tahapan proses pemilihan pasangan di mana setelah menyeleksi calon pasangan berdasarkan propinquity filter subjek I dan subjek III menyeleksi calon pasangannya berdasarkan homogamy filter. Hal ini disebabkan subjek I dan subjek III mengenal pasangannya dengan berkomunikasi melalui handphone terlebih dahulu sebelum bertemu. Namun, urutan tahapan proses pemilihan pasangan yang dilalui oleh subjek II berbeda dengan subjek I dan subjek III. Setelah menyeleksi calon pasangan berdasarkan propinquity filter, subjek II kemudian menyeleksi calon pasangannya berdasarkan attraction filter. Universitas Sumatera Utara