pandangan yang sama dengan dirinya dalam hal pekerjaan dan tempat tinggal. Fifi berharap dapat tetap menetap di Medan setelah menikah. Selain itu, Fifi
juga berharap mendapatkan pasangan yang memiliki hobi yang sama dengan
dirinya.
d.
Peran Gender dan Kebiasaan Personal
DeGenova 2008 mengatakan bahwa pasangan akan merasa lebih puas jika pasangan mereka berbagi harapan yang sama mengenai peran
gender dan jika mereka dapat saling bertoleransi tentang kebiasaan personal satu sama lain. Hal ini sejalan dengan Fifi yang berharap mendapatkan
pasangan yang dapat mengerti dan bertoleransi dengan hobi yang ia miliki. Fifi juga berharap setelah menikah pasangannya dapat menjadi pencari
nafkah dalam keluarga dan dapat bertanggung jawab atas dirinya.
2. SUBJEK II
a. Proses Pemilihan Pasangan
Setiap individu yang memasuki masa dewasa awal akan di hadapkan dengan tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangan masa dewasa
awal. Tugas perkembangan ini tidak hanya dihadapi oleh individu normal saja, namun juga pada individu dengan hambatan penglihatan. Salah satu tugas
perkembangan pada masa dewasa awal ialah memilih pasangan Hurlock, 1980. Begitu juga dengan Azwar, seorang penyandang tunanetra yang berusia 35 tahun.
Ketika memasuki usia dewasa awal, Azwar juga dihadapkan dengan tugas perkembangan pada masa ini yaitu membentuk keluarga. Kelly Conley dalam
Universitas Sumatera Utara
Lemme, 1995, mengemukakan bahwa membentuk sebuah hubungan merupakan suatu aspek yang penting dalam perkembangan masa dewasa. Memilih pasangan
sendiri merupakan langkah awal yang dilalui individu sebelum memasuki lembaga pernikahan yang sesungguhnya DeGenova, 2008.
Development Process Theories, menjelaskan bahwa pemilihan pasangan merupakan suatu proses penyaringan dan penyisihan calon pasangan yang
dianggap tidak sesuai dan tidak memenuhi syarat hingga akhirnya terpilih seorang yang dianggap paling tepat DeGenova, 2008. Sebelum memutuskan untuk
menikah, Azwar melalui suatu proses pemilihan pasangan. Bagi Azwar, keluarga yang akan ia bangun adalah keluarga yang sesuai dengan tuntunan Islam. Hal ini
membuat Azwar merasa memilih-milih pasangan merupakan hal yang penting untuk dilakukan agar mendapatkan pasangan yang sholeha sehingga ia dapat
mewujudkan keinginannya untuk membangun keluarga yang sesuai dengan tuntunan Islam.
Proses pemilihan pasangan diawali dengan menentukan kriteria pasangan. Menurut DeGenova 2008, tahap awal dalam proses pemilihan pasangan ini
disebut dengan field of eligible. Pada tahap ini, individu akan menentukan kriteria-kriteria pasangan yang dianggap paling sesuai dengan individu tersebut.
Azwar juga memiliki kriteria pasangan. Azwar berharap mendapatkan pasangan yang se-akidah, taat beragama, dan mengenakan jilbab sehingga pasangannya
tersebut tidak akan menjadi tuntutan di hari akhir kelak. Menurut Azwar, jika pasangannya tidak melaksanakan sholat dan tidak mengenakan jilbab maka akan
menjadi tuntutan bagi dirinya di hari akhir kelak karena sebagai seorang suami
Universitas Sumatera Utara
Azwar bertanggung jawab atas perilaku istrinya. Dalam kriteria pasangannya, Azwar lebih mengutamakan pasangan yang peduli dengan pendidikan agama
dibandingkan pendidikan formal Pendidikan dan inteligensi. Dari faktor usia, Azwar berharap mendapatkan pasangan yang berusia setara dengan dirinya
Perbedaan usia. Azwar juga berharap mendapatkan pasangan yang berasal dari etnis yang sama dengan dirinya Pernikahan antar ras atau suku.
Dalam memilih pasangan, Azwar berpedoman pada petunjuk Allah dan Nabi yang ada di dalam Al-Qur’an yang pokok di antaranya ialah memilih
pasangan karena kecantikannya, kekayaannya, kebangsawanannya, dan karena keberagamaannya. Menyadari kekurangan yang dimilikinya, Azwar
mengutamakan faktor agama dalam memilih pasangan. Tak hanya itu, teman Azwar yang merupakan seorang guru agama juga mempengaruhi Azwar dalam
menentukan kriteria pasangan agar mengutamakan faktor agama. Azwar sendiri juga selalu mengikuti pengajian-pengajian selama berada di Batu Bara. Tingkat
religiusitas yang tinggi dan tekanan dari keluarga merupakan faktor utama yang mempengaruhi individu memilih pasangan yang memeluk agama yang sama
DeGenova, 2008. Setelah menentukan kriteria, penyeleksian calon pasangannya berikutnya
didasarkan pada kedekatan geografis yang disebut dengan propinquity filter. Lemme 1995, mengemukakan bahwa individu cenderung bertemu dengan
individu lain yang tinggal di sekitarnya, bekerja di tempat yang sama, atau individu yang duduk di dekatnya. Hubungan Azwar dan pasangannya diawali
dengan berkomunikasi melalui handphone. Azwar mendapatkan nomor
Universitas Sumatera Utara
handphone pasangannya dari salah seorang temannya yang juga penyandang tunanetra. Azwar telah mengetahui bahwa pasangannya tersebut menetap di kota
Medan. Meskipun Azwar berasal dari Indrapura namun ia tidak berharap mendapatkan pasangan yang berasal dari daerah yang sama dengan dirinya. Ia
tidak menentukan kriteria pasangan berdasarkan asal daerah Propinquity filter. Sebelum bertemu secara langsung dengan pasangannya, Azwar telah
mengetahui mengenai diri pasangannya. Ia mengetahui hal tersebut dari temannya yang juga mengenal pasangan Azwar. Ia mengetahui bahwa pasangannya tersebut
merupakan seorang qori’ah, rajin beribadah, dan dapat membaca Al-Qur’an. Hal ini lah yang menjadi awal ketertarikan Azwar terhadap pasangannya tersebut.
Ketertarikan ini sendiri meliputi ketertarikan secara fisik dan ketertarikan terhadap sifat kepribadian tertentu DeGenova, 2008. Ketertarikan merupaka tahap ketiga
dari suatu proses pemilihan pasangan. Tahap ini disebut dengan attraction filter. Tahap ini juga memainkan peranan yang penting dalam proses penyeleksian
pasangan. DeGenova 2008, menyatakan individu cenderung tertarik dengan
seseorang yang good-looking dan memiliki tubuh yang bagus dan proporsional. Namun ketertarikan fisik tidak berlaku pada Azwar yang merupakan seorang
penyandang tunanetra. Buss Schmitt dalam Trelfa, 2006, mengemukakan bahwa ketertarikan fisik merupakan bagian yang penting dalam memilih pasangan
bagi individu yang normal, namun hal tersebut tidak berlaku pada individu dengan hambatan penglihatan. Azwar kehilangan penglihatannya sejak kecil. Hal ini
menyebabkan Azwar tidak memiliki gambaran mengenai bentuk wajah.
Universitas Sumatera Utara
Hilangnya kemampuan untuk memberikan penilaian secara visual membuat Azwar tidak menentukan kriteria pasangannya berdasarkan penampilan fisik.
Keadaan yang sedemikian rupa akhirnya mengharuskan tunanetra menggunakan indra lain dalam mengumpulkan informasi, salah satu indra yang
dapat digunakan dalam memperoleh informasi ialah pendengaran Efendi, 2006. Hal ini merupakan salah satu penyebab ketertarikan Fifi dengan pasangannya
didasarkan oleh suara. Trelfa 2006, menyatakan suara merupakan salah satu alternatif bagi individu dengan hambatan penglihatan dalam mengidentifikasi
calon pasangannya. Azwar juga semakin tertarik dengan pasangannya ketika mendengarkan secara langsung pasangannya membaca Al-Qur’an attraction
filter. Tahap selanjutnya dalam proses pemilihan pasangan ialah homogamy
filter. Pada tahap ini individu akan menyeleksi pasangannya dari faktor usia, etnis, pendidikan, kelas sosioekonomi, dan agama DeGenova, 2008. Homogamy
mengarah pada kecenderungan seseorang untuk memilih pasangan yang sama dengan dirinya dan heterogamy mengarah pada kecenderungan seseorang untuk
memilih pasangan yang berbeda dengan dirinya. Pada proses pemilihan pasangan yang dilaluinya, Azwar juga melalui tahap homogamy filter. Berdasarkan faktor-
faktor tersebut, terdapat perbedaan antara diri pasangan Azwar dengan kriteria yang telah ia tentukan sebelumnya yakni pada faktor suku dan usia. Meskipun ada
beberapa kriteria yang tidak sesuai, namun hal tersebut tidak menjadi masalah bagi Azwar Homogamy filter.
Universitas Sumatera Utara
Dalam memilih pasangan individu akan berusaha untuk mendapatkan pasangan yang sesuai atau cocok dengan dirinya. Kecocokan mengarah kepada
kemampuan individu untuk tinggal bersama dengan pasangannya dalam keadaan yang harmonis. DeGenova, 2008. Pada proses pemilihan pasangan yang dilalui
oleh Azwar, ia juga merasakan kecocokan dengan pasangannya. Kecocokan tersebut terletak pada perilaku pasangan Azwar yang rajin beribadah dan dapat
membaca Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan kriteria pasangan yang telah Azwar tentukan sebelumnya Sikap dan perilaku.
Kecocokan pernikahan juga akan meningkat jika pasangan memiliki kesamaan sikap dan nilai mengenai hal yang penting bagi mereka. Dari sudut
pandang ini, kecocokan dinilai sebagai bagian dari kesetujuan dan ketidaksetujuan mengenai hal-hal, seperti pekerjaan, tempat tinggal, uang, hubungan dengan orang
tua, kehidupan sosial, agama, sex, kebiasaan dari peran gender DeGenova, 2008. Kesamaan sikap dan nilai juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
Azwar dalam merasakan kecocokan dengan pasangannya. Azwar dan pasangannya memiliki kesesuaian pendapat dalam hal tempat tinggal dan
pekerjaan. Azwar dan pasangannya sependapat untuk kembali ke kampung halaman Azwar dan memelihara ternak jika modal mereka sudah mencukupi.
Selain itu, kecocokan juga Azwar rasakan ketika pasangannya setuju untuk memenuhi keinginan Azwar untuk mengenakan jilbab. Pasangan Azwar juga
menyetujui komitmen yang diajukan Azwar agar selalu terbuka dalam berumah tangga ketika menghapi masalah meski sekecil apapun masalah tersebut
Compatibility filter.
Universitas Sumatera Utara
Tahap akhir dari proses pemilihan pasangan adalah diambilnya suatu keputusan yaitu menikah Decision filter. Hal ini sejalan dengan Azwar yang
pada akhirnya mengambil keputusan untuk menikah dengan pasangannya tanpa melalui proses pertunangan. Proses pemilihan pasangan yang dilalui Azwar cukup
singkat. Dalam waktu masa perkenalan selama empat bulan, Azwar merasakan kecocokan dengan pasangannya dan akhirnya memutuskan untuk menikah.
Pernikahan Azwar dan pasangannya dilaksanakan di kediaman orang tua pasangan Azwar di Jln. Bromo, Medan.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pemilihan Pasangan
1. Latar belakang keluarga
Latar belakang keluarga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses pemilihan pasangan. Latar belakang keluarga mempengaruhi
semua hal yang ada pada individu, baik keinginannya atau apa yang dilakukannya. Dengan mengetahui latar belakang keluarga akan membantu
individu mengetahui mengenai calon pasangannya tersebut DeGenova, 2008. Namun hal ini berbeda dengan Azwar. Dalam proses pemilihan pasangan yang
dilaluinya, Azwar tidak mencari tahu mengenai latar belakang keluarga pasangannya. Bagi Azwr, mencari tahu latar belakang keluarga pasangannya
bukanlah hal yang utama dalam proses pemilihan pasangan. Ia beranggapan bahwa ia dapat mengenal keluarga pasangannya setelah menikah.
Universitas Sumatera Utara
a. Kelas Sosioekonomi
DeGenova 2008, mengatakan bahwa kesempatan untuk mendapatkan kepuasan pernikahan akan lebih besar jika individu menikah
dengan pasangan yang berasal dari kelas sosioekonomi yang sama. Namun, hal ini berbeda dengan Azwar. Azwar tidak memiliki kriteria pasangan dari
faktor ekonomi. Faktor ekonomi tidak mempengaruhi proses pemilihan pasangan yang dilalui oleh Azwar. Azwar juga tidak menentukan kriteria
pekerjaan calon pasangannya. b.
Pendidikan dan Inteligensi
DeGenova 2008, mengemukakan bahwa terdapat kecenderungan individu untuk memilih pasangan yang peduli dengan pendidikan. Pada
kasus ini, Azwar lebih mengutamakan pasangan yang peduli dengan pendidikan agama dibandingkan pendidikan formal Pendidikan dan
inteligensi. Azwar berharap mendapatkan pasangan yang dapat membaca Al-Qur’an dan menguasai kitab-kitab Islam lainnya.
c. Pernikahan Antar Ras atau Suku
Azwar juga memiliki kriteria pasangan berdasarkan faktor etnis. Faktor etnis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses
pemilihan pasangan. Azwar berharap mendapatkan pasangan yang berasal dari etnis yang sama dengan dirinya Pernikahan antar ras atau suku.
Dengan menggunakan sensus 1990, para peneliti menemukan bahwa baik pasangan yang menikah atau pasangan yang tinggal bersama cenderung
Universitas Sumatera Utara
homogamous dalam hal pendidikan dan etnis Blackwell Lichter dalam Newman Newman, 2006. Alasan utama individu untuk menikah dengan
pasangan yang sama dengan dirinya ialah karena individu tersebut merasa nyaman berada dengan pasangan yang sama dengan dirinya DeGenova,
2008. Azwar berpendapat bahwa dengan menikah dengan pasangan yang satu suku maka tidak akan ada perbedaan dan perasaan asing ketika
bersama. d.
Pernikahan Antar Agama
Dalam memilih pasangan, Azwar berpedoman pada petunjuk Allah dan Nabi yang ada di dalam Al-Qur’an yang pokok di antaranya ialah
memilih pasangan karena kecantikannya, kekayaannya, kebangsawanannya, dan karena keberagamaannya. Menyadari kekurangan
yang dimilikinya, Azwar mengutamakan faktor agama dalam memilih pasangan. Tak hanya itu, teman Azwar yang merupakan seorang guru
agama juga mempengaruhi Azwar dalam menentukan kriteria pasangan agar mengutamakan faktor agama. Azwar sendiri juga selalu mengikuti
pengajian-pengajian selama berada di Batu Bara. Tingkat religiusitas yang tinggi dan tekanan dari keluarga merupakan faktor utama yang
mempengaruhi individu memilih pasangan yang memeluk agama yang sama DeGenova, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2. Karakteristik Personal
a.
Sikap dan Perilaku Individu
Salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam memilih pasangan ialah fisik DeGenova, 2008. Sebagai seorang tunanetra, Azwar memiliki
keinginan untuk menikah dengan pasangan yang dapat melihat dengan harapan pasangannya tersebut dapat membantu dan meringankan beban
dirinya yang tidak melihat. Meskipun demikian, hal tersebut tidak menjadi faktor utama bagi Azwar dalam memilih pasangan. Faktor utama bagi
Azwar ialah calon pasangannya dapat melaksanakan sholat, membaca Al- Qur’an dan mau mengenakan jilbab.
b.
Perbedaan Usia
Dari faktor usia, Azwar berharap mendapatkan pasangan yang berusia setara dengan dirinya Perbedaan usia. Azwar berpendapat bahwa
pasangan yang berusia lebih muda akan merasa rendah diri jika berpasangan dengan dirinya. Duvall Miller 1985, mengemukakan
bahwa usia mempengaruhi proses pemilihan dalam hal age endogamy, atau tekanan sosial yang pada akhirnya mendorong individu untuk
menikah dengan seseorang yang berusia hampir setara dengan diri individu tersebut.
c.
Memiliki Kesamaan Sikap dan Nilai
DeGenova 2008, menyatakan bahwa kecocokan mengarah kepada kemampuan individu untuk tinggal bersama pasangannya dengan
Universitas Sumatera Utara
harmonis. Dalam memilih pasangan individu juga akan berusaha untuk mendapatkan pasangan yang sesuai atau cocok dengan dirinya di beberapa
area tertentu sebagai bagian dari kesetujuan dan ketidaksetujuan mengenai hal-hal, seperti pekerjaan, tempat tinggal, uang, hubungan dengan orang
tua, kehidupan sosial, agama, sex, kebiasaan dan peran gender DeGenova, 2008. Pada faktor ini Azwar berharap mendapatkan pasangan yang
memiliki penilaian yang sama dalam hal pembagian tugas dan tempat tinggal. Azwar juga berharap pasangannya dapat menyetujui komitmen-
komitmen yang telah ia tentukan sebelumnya.
d.
Peran Gender dan Kebiasaan Personal
DeGenova 2008 mengatakan bahwa pasangan akan merasa lebih puas jika pasangan mereka berbagi harapan yang sama mengenai peran
gender dan jika mereka dapat saling bertoleransi tentang kebiasaan personal satu sama lain. Hal ini sejalan dengan Azwar yang berharap
mendapatkan pasangan yang dapat menjadi pasangan hidupnya tidak hanya di dunia namun juga di akhirat. Hal tersebut diwujudkan Azwar
dengan mencari calon pasangan yang mau melaksanakan sholat, dapat membaca Al-Qur’an dan mau mengenakan jilbab.
3. SUBJEK III