Peran madrasah nizhamiyah pada masa nizham al-mulk 1065-1072 M

(1)

PERAN MADRASAH NIZHAMIYAH PADA MASA NIZHAM AL-MULK 1065-1072 M

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh: ISMAWATI (1111022000022)

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Peran Madrasah Nizhamiyah pada Masa Nizham Al-Mulk 1065-1072 M. Masalah yang ingin di kaji dalam skripsi ini ialah bagaiman peran Madrasah Nizhamiyah pada Masa Niham Al-Mulk 1065-1072 M. Untuk menjawab pertanyaan tersebut digunakan metode deskriptif analitis, melalui sumber tertulis (Library Research) dengan pendekatan historis. Madrasah Nizhamiyah adalah lembaga pendidikan yang berperan penting dalam pemerintahan Dinasti Saljuk. Lembaga ini hadir dengan konsep ajaran Islam Sunni, untuk dapat mengimbangi ajaran Islam Syiah dan sekutunya Mu’tazilah yang ingin mempengaruhi wilayah pemerintahan Dinasti Saljuk. Mengenai peran Madrasah Nizhamiyah dalam menyebarkan mazhab Sunni, banyak sumber yang mengatakan, akan tetapi dari berbagai studi ini belum ditemukan keterangan dan penjelasan secara jelas. Peran Madrasah Nizhamiyah pada masa Nizham al-Mulk berpengaruh besar bagi Dinasti Saljuk itu sendiri, karena dengan didirikan Madrasah Nizhamiyah kekuasaan Dinasti Saljuk bisa menjalankan pemerintahan dengan aman, tanpa ada gangguan dari pihak pemberontak dari kalangan Syiah dan sekutunya Mu’tazilah. Dengan di dirikannya Madrasah Nizhamiyah ini banyak ulama yang bisa mengimbangi ajaran Syiah untuk melemahkan bahkan menghilangkan dari kekuasan Dinasti Saljuk.


(6)

ii

Puji serta syukur atas karunia Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah kepada kita semua, sehingga atas berkat rahmatnya alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Peran Madrasah

Nizhamiyah pada Masa Nizham Al-Mulk 1065-1072 M sebagai prasyarat

untuk dapat memperoleh gelar sarjana Strata (S1) pada Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta para keluarganya, sahabat-sahabatnya, juga para pengikut- pengikutnya yang senantiasa mengantarkan kita ke jalan yang lurus dan diridhoi Allah.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sudah semaksimal mungkin dalam melakukan penelitian, semoga studi ini bisa memberikan tambahan khazanah sejarah khususnya yang berkaitan dengan kajian Timur Tengah pada masa klasik.


(7)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan berbekalkan tekad yang kuat, dalam menyelesaikan tugas akhir ini, dengan bermoalkan PC layar kecil berukuran 10 inci penulis mulai penulisan skripsi pada 1 April 2015, meski sempat tersendat dalam pengerjaanya selama 6 bulan, karena ada tugas yang harus diselesaikan sebgai pengajar disalah satu lembaga pendidikan swasta, hal itu tidak membuat penulis patah arang untuk melanjutkan kembli tugas akhir ini. Maka pada tanggal 1 Oktober 2015 bertepatan dengan hari jadi penulis yang ke 22 tahun, skripsi ini penulis lanjutkan kembali, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf dan bab demi bab dan akhirnya teciptalah sebuah karya yang penulis sebut sebagai “Skripsi”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya penulis banyak mendaptkan hambatan dan tantangan. Namun, berkat usaha dan bantuan serta kerja sama yang penulis dapatkan dari berbagai pihak, baik itu dukungan materil, maupun non materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis berterima kaih kepada mereka yang telah membantu, membimbing dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pertama-tama penulis ucapkan terimakasih kepada H. Nurhasan MA, selaku ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu semangat dalam melayani urusan birokrasi kampus. Sholikhatus Sa’diyah, M.Pd, selaku Sekertaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, yang selalu memberikan pelayanan kepada mahasiswanya dengan baik. Terimakasih kepada Prof. Dr. Didin Saepuddin, MA., selaku dosen pembimbing


(8)

iv

Sahabat-sahabat SKI 2011, yang selalu setia memberikan masukan dan memberikan stimulasi pada penulis agar lebih semangat dan giat lagi dalam menyelesaikan skripsi. Sahabat-sahabat SEKOTENG SKI 2011, Silvia Ulhak, Mulki Mulyadi Noor, Wilda Eka Safitri, Yeni Marpurwaningsih, Sofyan Sa’fii, Nabila, Wira Kurnia, Indi Nisauf Fikri, Nur Maya Sari dan Ulfa Az-Zahra, yang setia memberikan semangat dan memberikan masukan-masukan pada penulis. Silvia Ulhak dan Sulastri, selaku sahabat penulis yang selalu setia menemani penulis dalam suka maupun duka. Terimaksih kepada Asep Ahmad Sidik, yang selalu setia memberikan pertolongan dikala penulis membutuhkan pertolongannya, pertolonga-pertolongan berupa dukungan semangat, ataupun bantuan dalam membetulkan Al Hamra (PC Penulis) dan semua yang berkaitan dengan IT.

Trimakasih kepada kedua orang tua penulis, Ibunda tercinta Hj. Miah dan juga kepada Ayahanda H. Enoh yang telah berpulang ke Rahmatullah, yang selama ini membesarkan, mendidik, dan tak pernah berhenti mendo’akan penulis agar menjadi anak yang shalihah, maka dari itu penulis tak pernah lupa memanjatkan do’a untuk keduanya, “ ya Allah ampunilah segala dosa keduanya dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil”. Saudara kandung penulis kakak-kakak, adik dan keponakan- keponakan penulis, tanpa dukungan semangat dan hiburan serta canda dan tawa mereka revisi demi revisi mungkin akan selalu menjadi beban bagi penulis.


(9)

v

Terakhir, penulis akhiri ucapan terimakasih ini dengan sebuah kalimat, “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain” . Maka dari itu Penulis berharap agar karya ini kelak dapat bermanfaat, bisa menjadi motivasi bagi siapapun yang membacanya. Meskipun, penulis sadari bahwa karya ini sangatlah jauh dari batasan-batasan kesempurnaan.


(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Studi Terdahulu ... 9

E. Metode Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KEPEMIMPINAN NIZHAM AL MULK PADA MASA DINASTI SALJUK DAN MADRASAH NIZHAMIYAH ... 14

A. Dinasti Saljuk ... 14

B. Biografi Nizham Al Mulk ... 18

C. Sejarah Madrasah Nizhamiyah ... 22

D. Motif didirikan Madrasah Nizhamiyah ... 27

BAB III MADRASAH NIZHAMIYAH DAN USAHA PENYEBARAN SUNNI PADA DINASTI SALJUK ... 37

A. Sistematika Lembaga Madrasah Nizhamiyah ... 37

B. Kurikulum Madrasah Nizhamiyah ... 40

C. Metode Pengajaran Madrasah Nizhamiyah ... 45

BAB IV PERAN MADRASAH NIZHAMIYAH PADA MASA NIZHAM AL MULK ... 51

A. Pendidikan ... 52

B. Ekonomi ... 53

C. Politik ... 55

D. Tokoh/ Ulama Madrasah Nizhamiyah Yang Berperan Penting Dalam Menyebarkan Sunni ... 56


(11)

vii

1. Imam Haramain Abdul Malik al-Juwaini ... 58

2. Abu Ishaq asy-Syairazi ... 60

3. Al-Ghazali ... 63

BAB V PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69


(12)

1

PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Madrasah merupakan institusi pendidikan Islam yang baru dikenal pada abad ke-5 Hijriyah (abad ke-11 M). Madrasah didirikan sebagai bangunan wakaf yang berada pada kontrol pendirinya yang diteruskan secara turun temurun. Hal ini berbeda dengan bangunan wakaf masjid yang bebas dari kontrol pendirinya (wakaf tahrir). Sebagai institusi pendidikan, madrasah merupakan bentuk baru yang berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan sebelumnya dan disepakati sebagai perkembangan dari masjid. Namun para pakar pendidikan Islam berbeda pendapat seputar proses transformasi dari Masjid ke madrasah.

Menurut Ahmad Syalabi, transformasi lembaga pendidikan dari masjid ke madrasah terjadi secara langsung dan tanpa perantara. Menurutnya, ada tiga kondisi yang mempengaruhi terjadinya transformasi tersebut, pertama kegiatan pendidikan di masjid telah mengganggu fungsi utama lembaga itu sebagai tempat shalat. Semakin besar minat belajar umat Islam, membuat masjid semakin penuh dengan halaqah-halaqah ilmiah. Dari setiap grup halaqah, terdengar suara dari seorang guru yang memberikan pelajarannya atau suara perdebatan dalam proses belajar mengajar. Sedikit banyak hal itu menimbulkan gemuruh yang mengganggu pelaksanaan shalat. Kondisi ini menyebabkan masjid sulit dijadikan sebagai tempat ibadah dan tempat belajar


(13)

2

al-aqliyyah1 sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan. Sementara kegiatan pendidikan di masjid pada umumnya lebih banyak diprioritaskan pada al-ulum an-naqliyah2, dan ketiga timbulnya orientasi baru dalam penyelenggaraan pendidikan. Sebagian guru mulai berpikir untuk mendapatkan penghasilan yang layak melalui kegiatan pendidikan. Untuk menjamin hal tersebut, dibangunlah madrasah karena jaminan seperti itu tidak mungkin diperoleh di masjid.3

Berbeda dengan Ahmad Syalabi, George Makdisi berpendapat bahwa transformasi lembaga pendidikan dari masjid ke madrasah terjadi secara tidak langsung, tetapi melalui tahapan perantara yaitu "masjid khan" (masjid yang dilengkapi dengan bangunan asrama atau pemondokan). Menurut Makdisi, asal muasal pertumbuhan madrasah merupakan hasil tiga tahap; tahap masjid, tahap masjid khan, dan tahap madrasah. Tahap masjid berlangsung pada abad ke-8 dan 9 M, tahap masjid khan mencapai perkembangan pada abad ke-10 dan baru kemudian pada abad ke-11 Masehi (ke-5 Hijriyah) muncul madrasah yang khusus diperuntukkan sebagai lembaga pendidikan.4 Terlepas dari perbedaan-perbedaan pendapat tersebut, kebangkitan madrasah merupakan era baru dalam dinamika pendidikan Islam.

Pada Tahun 750 M merupakan awal berdirinya Dinasti Abbasiyah. Pada permulaan masa pemeritahan Dinasti Abbasiyah ini, bangsa Persia sangat

1

al-ulum al-aqliyyah adalah ilmu-ilmu yang berdasarkan akal atau pengetahuan yang bersifat rasional, contohnya ilmu matematika, Sains, dan astronomi.

2

al-ulum an-naqliyah adalah ilmu-ilmu yang berdasarkan syari’ah seperti ilmu Fiqih, Usuluddin dan tafsir.

3

Maksum, Madrasah; Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1999, hal. 55-56 4


(14)

berpengaruh dalam pemerintahan, sehingga kebudayaan Islam pun ikut dipengaruhi. Seiring berjalannya waktu hilanglah pengaruh Persia, kemudian digantikan oleh pengaruh Turki. Pada masa Dinasti Abbasiah pula banyak berdiri dinasti dinasti kecil yang berada dalam naungan Dinasti Abbasiyah seperti dinasti-dinasti kecil di Barat dan dinasti-dinasti-dinasti-dinasti kecil di Timur meliputi Samaniyah, Ghaznawiyah, Buwaihi, Saljuk dan lain-lain. Pada masa inilah berdiri madrasah-madrasah yang tidak sedikit bilangannya di seluruh wilayah kekuasaan Islam.

Pada permulaan abad ke-5 H / 11 M, merupakan momentum berdirinya Dinasti Saljuk. Tokoh yang berperan dalam pendirian Dinasti ini ialah Tughril Bek. Tughril Bek bersama saudaranya berhasil merebut Marv dan Naisabur dari genggaman penguasa Ghaznawiyah, dan mereka pun dapat merebut Balkh, Jurjan, Thabaristan dan Dinasti Khawarizm, Hamadhan, Rayyi, dan Isfahan dari tangan pemerintahan Buwaihi.5 Jadi terbentuknya Dinasti Saljuk berasal dari penaklukan yang di lakukan oleh Thugril Bek atas pemerintahan Dinasti Gaznawi dan Diasti Buwaih.

Tughril Bek memerintah Dinasti Saljuk dari tahun 1037-1063, sepeninggal Thughril Bek pemerintahan diteruskan oleh keponakannya yaitu Alp Arslan yang memerintah dari tahun 1063-1072.6 Para ahli sejarah banyak menyebutkan bahwasannya masa keemasan penerintahan Dinasti Saljuk ialah ketika dipimpin oleh Alp Arsln dan Malik Syah yang memimpin dari tahun 1072-1092. Pada masa kepemimpinan Sultan Alp Arslan dan Malik Syah, Dinasti Saljuk dipimpin oleh

5

Philip K. Hitti, History of the Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013, hal. 602 6


(15)

4

seorang perdana mentri yang mahir yaitu Nizham al-Muluk. Usahanya yang paling terkenal ialah pendirian lembaga pendidikan Madrasah Nizhamiyah.

Usaha pendirian Madrasah Nizhamiyah ini bertujuan untuk menyebarkan faham Sunni7 di wilayah kekuasan dinasti Saljuk. Karena sebagian wilayah kekuasan Dinasti Saljuk merupakan bekas dari kekuasaan Dinasti Buwaihi yang beraliran Syiah.8Dikhawatirkan masyarakat yang beraliran Syiah melakukan pemberontakan terhadap penguasa Dinasti Saljuk bahkan ada yang ingin menghancurkan pemerintahan Dinasti Saljuk. Seperti yang dilakukan oleh Ibrahim Yanal dan kemudian dilanjutkan oleh al-Basasiri di Mosul dan Bagdad melakukan revolusi dua kali, di mana keduanya hampir saja menghancurkan kesultanan Dinasti Saljuk secara total.

Darul Hikmah dan Al Azhar yang di bangun oleh Dinasti Fatimiyah9pada abad kesepuluh Hijriyah di Cairo mempunyai peran yang signifikan dalam menyebarkan prinsip-prinsip ajaran Syiah Ismailiyah dan menjadikan Syiah sebagai paham Islam di dalam pemerintahan Dinasti Fatimiyah.10 Didirikannya Al-Azhar oleh Dinasti Fatimiyah yang bermazhab Syiah, maka hal itu

7

Sunni adalah salah satu mazhab atau golongan di dalam Islam, yang mempunyai pengikut paling banyak di banding mahab-mazhab yang lain. Mazhab Sunni berdasar pada sunah (tradisi) Nabi Muhammad SAW, di samping Al Qur’an, golongan Sunni juga biasa di sebut dengan Ahlusunah waljamaah. Lihat Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,Ensiklopedi Islam Jilid.4 (Jakarta; PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. XI, 2003), hal. 298

8

Syiah dilihat dari bahasa berarti pengikut, pendukung, partai atau kelompok, secara terminologis adalah sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaanya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW, atau orang yang di sebut sebagai ahl al-bait. Poin penting dalam doktrin Syiah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama bersumber dari ahl al-bait, mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya. Lihat Hamid Dabashi, “Shi’i Islam, Modern Shi’ii Thuoght”. Dalam John L. Esposito, (Ed), The Oxford Enyclopedia of The Modern Islamic Word, jilid IV, oxford University Press, Oxford, 1995, hal. 55.

9

Dinasti Fatimiyah adalah Dinasti yang didirikan di Tunisia pada tahun 909 M, Dinasti Fatimiyah adalah Dinasti yang menganut mazhab Syiah, lihat Philip K. Hitti, History Of The Arabs, From the Earliest Times to the Present (Jakarta; PT. Serambi Ilmu Semesta, Cet. II, 2006), hal. 787

10


(16)

dijadikannya sumber ilham dan semangat untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan dan bukan hanya satu lembaga pendidikan saja melainkan di seluruh kota yang berpengaruh di wilayah Dinasti Saljuk. Semua itu dimaksudkan untuk peran aktif dan bergabung bersama para pejuang dalam perang melawan para ahli bid’ah dengan senjata yang sama.11

Penghentian gerakan Syiah ini apalagi menghancurkannya bukanlah perkara yang mudah, jika tidak diimbangi dengan gerakan intelektual. Hal itu dikarenakan Syiah dan sekutunya Mu’tazilah12 aktif dalam meyebarkan mazhab mereka selama priode tersebut dan sebelumnya melalui berbagai piranti dan beragam pemikiran. Aktivitas ini tidak dapat dihadapi dengan baik kecuali dengan aktivitas serupa dari kaum Sunni, menghadapi mereka dengan bukti bukti argumen dan pemikiran. Terlebih lagi Dinasti Saljuk mewarisi kekuasaan Persia dan Irak yang mendapat pengaruh Dinasti Buwaihi yang bermazhab Syiah. Sebelum Nizham al-Mulk memerintah sebagai wazir Dinasti Saljuk, Dinasti Saljuk tidak memberikan perhatian yang serius mengenai aktivitas juru dakwah Syiah dan sekutunya Mu’tazilah yang mengkampanyekan mazhab dan pemikiran mereka. Di samping itu mereka menutup mata mengenai aktivitas dakwah dan penyebaran pemikiran Syiah dan sekutunya Mu’tazilah di Persia dan Irak. Akibatnya, mazhab dan pemikiran Syiah semakin berkembang dan pengaruh merekapun semakain besar. Terlebih lagi ketika kaum Syiah mendirikan beberapa

11

Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bngkit dan Runtuhnya Daulah Bani Saljuk, hal. 368 12Mu’

tazilah adalah salah satu aliran dalam teologi Islam yang di kenal bersifat rasional dan liberal. Pandangan pandangan teologisnya lebih banyak ditunjang oleh dalil-dalil aqliah (akal) dan lebih bersifat filosofis, sehingga sering disebut aliran rasionalis Islam. Aliran ini didirikan oleh Wasil bin Ata tahun 100 H/718 M, lihat Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,Ensiklopedi Islam Jilid.3 (Jakarta; PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet. XI, 2003), hal. 298


(17)

6

lembaga pendidikan yang diagendakan untuk menyebarkan keyakinan dan pemikiran pemikiran mereka.

Menurut Mahmud Yunus latar belakang didirikanya madrasah di masa pengaruh Turki (saljuk) adalah: Pertama, Mengambil Hati Rakyat; Pembesar-pembesar Turki yang berkuasa dalam negara terutama dalam masalah ketentraman, mereka bukanlah bangsa Arab dan bukan keturunan Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu mereka harus mengambil hati rakyat dengan jalan memajukan agama dan mementingkan pendidikan dan pengajaran. Bahkan kadang-kadang setengah mereka kawin dengan anak gadis khalifah. Banyak tokoh mendirikan madrasah-madrasah di negara Islam. Dengan demikian, tersebarlah madrasah-madrasah di negara Islam pada masa pengaruh dan kekuasaan Turki. Mereka memberikan uang belanja yang besar sekali untuk madrasah-madrasah tersebut.13

Kedua; Mengharapkan Pahala dan Ampunan dari Tuhan, masa ini para pembesar dan sultan hidup dalam kemewahan yang berlebih. Oleh sebab itu. Mereka beramal menyiarkan agama dengan mengadakan madrasah-madrasah untuk memberikan pendidikan dan pengajaran kepada seluruh rakyat. Harapannya semoga akan mendapatkan keridoan dan ampunan dari Allah SWT.14

Ketiga; Memelihara Kehidupan Anaknya Kemudian Hari, pembesar-pembesar Turki yang menjadi wali satu wilayah telah menjadi kaya raya dengan hasil bumi dan kekayaan yang dipungutnya dalam wilayahnya. Mereka khawatir kalau mereka mati harta kekayan mereka akan diambil oleh sultan sehingga

13

Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya Daulah Bani Saljuk, hal. 478

14 Ibid


(18)

anak mereka hidup terlantar. Oleh karenanya, mereka mewakafkan tanah atau rumah-rumah kepunyaan mereka. Adapun syarat wakaf di antaranya yaitu: pengurus wakaf adalah anak mereka sendiri turun temurun sampai cucu-cucunya dengan mendapatkan bagian tertentu dari wakaf tersebut.15

Keempat; Memperkuat Aliran Keagaman bagi Sultan atau Pembesar, masa ini tersebar anti agama dan banyak perselisihan antara aliran-aliran agama terutama Syiah dan Sunni.16 Agar kekuasaan mereka tetap bertahan tentunya harus ditopang oleh ideologi yang dianut oleh pemerintah. Oleh karena itu didirikanlah madrasah-madrasah sebagai alat propaganda dan indoktrinasi ideologi di dalam wilayah-wilayah yang dikuasai oleh orang-orang Turki Saljuk ini. Nizam al-Mulk berpendapat “untuk menghadapi perkembangan mazhab Syiah dan sekutunya Mu’tazilah dalam bidang politik saja tidak akan memberikan keberhasilan, kecuali jika perlawanan politik ini diimbangi dengan perlawanan intelektual.17

Dari uraian di atas tampak sekali bahwa pendirian Madrasah Nizamiyah pada masa Dinasti Saljuk ini sangat sarat dengan kepentingan pemerintah atau penguasa. Kepentingan politis-ideologis penguasa tampaknya sangat dominan di samping kepentingan pendidikan agama dan kepentingan pribadi para penguasa saat itu. Madrasah Nizhamiyah dijadikan alat untuk melegitimasi kekuasan pemerintah Dinasti Saljuk. Terlepas dari hal itu semua Madrasah Nizhamiyah

15

Ibid 16

Mahmud Yunus, Pendidikan Islam : Dari Zaman Nabi S.A.W Khalifah-Khalifah Rasyidin, Bani Umaiyah dan Abbasiyah sampai Zaman Mamluks dan Usmaniyah Turki, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1992), hal.69-72

17


(19)

8

sangat berperan dalam pemerintahan Dinasti Saljuk pada masa pemerintahan Nizham al-Mulk.

B.Permasalahan

1. Pembatasan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, terdapat banyak masalah-masalah yang harus di kaji, maka dari itu agar pembahasan tidak meluas, penulis membatasi penelitian ini pada bahasan “PERAN MADRASAH NIZHAMIYH PADA MASA NIZHAM AL MULK 1065-1072”

2. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas kita bias merumuskan masalah:

1) Apa motif didirikannya Madrasah Nizhamiyah pada masa Nizham Al Mulk?

2) Bagaimana usaha Madrasah Nizhamiyah dalam mensosialisasikan mazhab Sunni pada masa Niham al-Mulk 1065-1072 M?

C.Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi

Dalam penulisan Skripsi ini terdapat beberapa tujuan dan manfaat penulisan, adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai motif didirikannya Madrasah Nizhamiyah

2. Untuk mengetahui usaha Madrasah Nizhamiyah dalam mensosialisasikan mazhab Sunni dan peranannya pada masa pemerintahan Nizham al-Mulk.


(20)

Adapun manfaat yang ingin penulis berikan melalui penulisan skripsi ini adalah :

1. Dapat mengetahui lebih dalam, mengenai motif didirikannya Madrasah Nizhamiyah dan peranannya pada masa Nizham al-Mulk.

2. Menyumbangkan hasil pemikiran berupa karya sejarah dalam bentuk skripsi bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab dan Humaniora, Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam terkait dengan sejarah Madrasah Nizhamiya kontribusinya dalam pemerintahan Bani Saljuk. 3. Menjadi motivasi bagi para akademisi sejarah Islam untuk mengkaji

sejarah klasik timur tengah dengan tema sejarah pendidikan-politik. D. Studi Terdahulu

Penulis telah mencari referensi tentang bagaimana sejarah perkembangan Madrasah Nizhamiyah dan upayanya dalam menyebarkan faham Sunni, dalam Konteks untuk melegitimasi kekuasan Bani Saljuk. Belum ada pembahasan secara spesifik tentang perkembangan Madrasah Nizhamiyah dan upayanya dalam menyebarkan faham Sunni, dalam konteks untuk melegitimasi kekuasaan Bani Saljuk, serta pengaruh Madrasah Nizhamiyah dalam pemerintahan Dinasti Saljk.

Buku At-tarbiyah al-Islamiyah, Nidhamuha, Falsafatuha wa Tarikhuha, yang di tulis oleh Ahmad Syalabi, tahun 1978, kitab ini membahas mengenai pendidikan pada masa klasik, di dalam buku ini di jelaskan mengenai fase-fase lembaga pendidikan, terutama di jelaskan juga mengenai Madrasah Nizhamiyah, akan tetapi tidak menyeluruh.


(21)

10

Skripsi Kepemimpinan Nizham al-Mulk dan kontribusinya dalam pendidikan Islam yang ditulis oleh Yuliana Mahasiswa Jurusan PAI, Fkultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, skripsi ini menjelaskan tentang peranan Nizhm al-Mulk dalam pendidikan Islam, dan di dalam skripsi ini tidak dijelaskan mengenai peran Madrasah Nizhamiyah hanya menjelaskan mengenai berdirinya Madrasah Nizhamiyah.

Jurnal Madrasah dan Politik Sektarian, yang ditulis oleh Drs. H. Moh. As’ad Thoha, M. Ag, membahas mengenai Madrasah digunakan sebagai alat untuk melegitimasi pemerintah, contohnya seperti Al Azhar di Fatimiyah dan Nizhamiyah di Saljuk, dalam jurnal ini di jelaskan mengenai madrasah yang di jadikan alat politik penguasa, jurnal ini tidak menjelaskan madrasah Nizhamiyah secara menyeluruh.

Meskipun banyak para ahli yang sudah melakukan penelitian tentang sejarah dan pengaruh Madrasah Nizhamiyah dan Peranannya menyebarkan faham Sunni dalam kekuasaan Bani Saljuk, namun sejauh ini belum ada yang membahas mengenai sejarah Madrasah Nizhamiyah dan Perannannya pada masa Nizham Al Mulk secara terperinci. Karena itu, penulis merasa perlu melakukan penelitian dan penulisan Madrasah Nizhamiyah peranannya pada Masa Nizham Al Mulk.

E.Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriftif-analisis dengan pendekatan historis. Metode ini merupakan proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau yang berupa teks tertulis. Lalu, poin-poin penting yang telah dianalisa, kemudian ditulis atau


(22)

dipaparkan sesuai dengan bentuk, kejadian, suasana dan masa berlangsungnya topik peneltian sejarah yang berkaitan.18

Skripsi ini ditulis dengan menggunakan metode kepustakaan (Library Research) dengan mengakses sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, jurnal-jurnal. Dalam metode penelitian sejarah terdapat beberapa prasyrat sebagai sebuah prosedur yang harus diikuti oleh para peneliti sejarah. Adapun prosedur yang penulis pakai untuk penelitian skripsi ini dengan melelui 4 tahap,19 :

a. Heuristik, mengumpulkan atau menemukan sumber yang berkaitan dengan sejarah Perkembangan Madrasah Nizhamiyah pada Masa Nizham Al Mulk dan peranannya dalam menyebarkan faham Sunni. Metode pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan dokumen-dokumen tertulis dan buku-buku yang berkenaan atau memiliki informasi terkait dengan judul penelitian. Sumber-sumber tersebut (primer atau sekunder) terdiri dari data kepustakaan berbentuk buku-buku, Jurnal, bulletin internet dan lain sebagainya.

b. Kritik, Sumber-sumber yang terkumpul kemudian masuk dalam tahap kritik sumber. Pada fase ini penulis melakukan kritik terhadap sumber primer maupun sumber sekunder, yakni dengan mengadakan kritik intern. Kritik intern adalah menelisik prihal isi buku. Termasuk didalamnya adalah keobyektifan penulis dalam memandang suatu pristiwa sejarah. Pada tahap inilah kebenaran akan suatu fakta sejarah dapat teruji atau

18

Louis Gottschalk. Mengerti Sejarah. Penerjemah Nugroho Notosusanto. (Jakarta: UI Press.1983), h. 3.

19

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Waana Ilmu, 1999),


(23)

12

malah terbantahkan. Dalam istilah lain, tahap ini dilakukan untuk mengetahui kredibilitas dari suatu sumber.20

c. Iinterpretasi, pada tahapan ini, setelah penulis mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai teks-teks yang telah melalui fase kritik, kemudian diperkaya oleh interpretasi penulis, yakni dengan menafsirkan fakta-fakta sejarah yang ada, guna mencari karakteristik penulisan yang berbeda dengan karya yang lainnya. Dalam upaya tersebut penulis akan menggunakan pendekatan pendidikan.

d. Historiografi, Dalam tahapan ini disusun strategi dan sistematika penulisan sejarah dengan merekonstruksi fakta-fakta tersebut menjadi cerita sesuai judul skripsi.

Untuk merekonstruksi sejarah Madrasah Nizhamiyah Pada Masa Nizham Al mulk, peranannya dalam Menyebarkan Faham Sunni di Wilayah Kekuasan Bani Saljuk, disamping melakukan penelurusan melalui literatur yang terbatas untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini, penulis juga mengunjungi; Perpustakaan Nasional, Perpustakaan UI, Perpustakaan Iman Jama, Perpustakaan milik pribadi dosen Sejarah Peradaban Islam konsentrasi Timur Tengah, dan berdiskusi dengan teman-teman seangkatan maupun senior SPI (Sejarah Peradaban Islam).

20

Louis Gottschak, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto, (Jakarta: UI Press,


(24)

F. Sistematika Penulisan

Untuk menyajikan laporan penelitian, yang jelas dan sistematis tentang materi yang terkandung dalam skripsi ini, penulis menyusun sistematika penulisan ke dalam 5 bab , dengan urutan sebagai berikut:

Pada bab pertama pembahasan akan bertumpu seputar latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua, merupakan bab yang membahas seputar Dinasti Saljuk, biografi Nizham al-Mulk, sejarah berdirinya Madrasah Nizhamiyah dan motif didirikannya Madrasah Nizhamiyah.

Bab ketiga, merupakan bab yang akan membahas tentang usaha-usaha yang di lakukan Madrasah Nizhamiyah untuk mencapai tujuannya, melalui Sistematika lembaga Madrasah Nizhamiyah, Kurikulum Madrasah Nizhamiyah, dan Metode Pengajarn Madrasah Nizhamiyah.

Selanjutnya, bab empat akan membahas mengenai peran Madrasah Nizhamiyah pada masa Nizham al-Mulk, dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik, serta menyebutkan ulama/tokoh-tokoh yang berperan dalam Madrasah Nizhamiyah.

Bab kelima merupakan kesimpulan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan, dan berisi saran.


(25)

14 BAB II

KEPEMIMPINAN NIZHAM AL MULK PADA MASA DINASTI SALJUK DAN MADRASAH NIZHAMIYAH

A. Dinasti Saljuk

Saljuk merupakan berasal dari kabilah kecil keturunan Turki, yakni kabilah Qunuq. Kabilah ini bersama dua puluh kabilah kecil lainnya bersatu membentuk rumpun Ghuz. Pada awalnya gabungan kabilah ini tidak memiliki nama, hingga munculah tokoh Saljuk Ibn Tuqaq yang mempersatukan mereka dengan memberi nama Saljuk.1 Negeri asal mereka terletak di kawasan utara laut Kaspia dan laut Aral dan mereka memeluk agama Islam pada akhir abad ke-4 H/10M dan lebih kepada mazhab Sunni.

Pada mulanya Saljuk ibn Tuqaq mengabdi kepada Bequ, raja daerah Turkoman yang meliputi wilayah sekitar laut Arab dan laut kaspia. Saljuk diangkat sebagai pemimpin tentara. Pengaruh Saljuk sangat besar sehingga Raja Bequ khawatir kedudukannya terancam. Raja Bequ bermaksud menyingkirkan Saljuk.

Namun sebelum rencana itu terlaksana Saljuk mengetahuinya. Ia tidak mengambil sikap melawan atau memberontak tetapi bersama dengan para pengikutnya ia berimigrasi ke daerah Jand atau disebut juga wama wara’a al- Nahar, sebuah daerah muslim di wilayah Transoxiana antara sungai Ummu Driya

1

K. Ali. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), cet.2, hal. 270


(26)

dan Syrdarya atau Jihun.2 Mereka mendiami daerah ini atas izin penguasa Dinasti Samaniyah yang menguasai derah tersebut.

Bangsa Turki Saljuk adalah pemeluk Islam yang militan. Masyarakat Turki Saljuk memeluk Islam diperkirakan jauh sebelum mereka memasuki daerah Jand, tetapi kemungkinan besar mereka memeluk agama Islam setelah terjadinya interaksi sosial dengan masyarakat Islam di Jand itu sendiri. Beberapa sarjana berkebangsaan Rusia mengatakan bahwa masyarakat Turki Saljuk memeluk Islam setelah mereka memeluk agama Kristen, dengan melihat nama anak-anak Saljuk yang memiliki kemiripan dengan nama-nama yang ada di dalam kitab Injil, yaitu Mikail, Musa, Israil, dan Yunus. Akan tetapi kemungkinan ini sulit diterima, terutama setelah melihat dan mempelajari tradisi yang ada pada mereka.3

Perkembangan Dinasti Saljuk dibantu oleh situasi politik di wilayah Transoksania. Pada saat itu terjadi persaingan politik antara Dinasti Samaniyah dengan Dinasti Ghaznawiyah ,dalam persaingan ini Saljuk cenderung untuk membantu Dinasti Samaniyah.4 Ketika dinasti Samaniyah dikalahkan oleh Dinasti Ghaznawiyah, Saljuk menyatakan memerdekakan diri. Ia berhasil mengusai wilayah yang tadi dikusai oleh Dinasti Samaniyyah.5 Setelah Saljuk bin Tuqaq meninggal, kepemimpinan Dinasti Saljuk dipimpin oleh Israil ibn Saljuk dan kemudian penggantinya diteruskan oleh Mikail, karena setelah beberapa saat itu saudaranya dapat ditangkap oleh Ghaznawiyah dipimpin oleh Sultan Mahmud.

2

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada,1998), hal.7 3

Syafiq A Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 14

4 Ibid 5


(27)

16

Kepemimpinan kaum Saljuk selanjutnya di pegang oleh Thugril Bek, cucu Saljuk Ibn Tuqaq.

Selang beberapa waktu kemudian, Sultan Mahmud pun meninggal dunia, dan kematiannya telah memberi jalan ke arah kejayaan kaum Saljuk, karena anaknya, Mas’ud al-Ghaznawi gagal memenuhi kekosongan besar yang ditinggalkan oleh ayahnya. Ia pun tewas di tangan kaum Saljuk di medan pertempuran Sarakhs pada tahun 429 H/1036 M, dan memaksanya mundur ke India dengan meninggalkan daerah Khurasan.6

Setelah keberhasilan tersebut, Thugril memproklamirkan berdirinya Dinasti Saljuk. Pada tahun 432 H/1040 M dinasti ini mendapat pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad. Disaat kepemimpinan Thugrul Bek (1037-1063 M) inilah, pada tahun 1055 M Dinasti Saljuk memasuki Baghdad menggantikan Dinasti Buwaihi.7 Sebelumnya Thugril berhasil merebut daerah Marwa dan Naisabur dari kekuasaan Ghaznawi, Balkh, Jurjan, Tabaristan, Khawarizm, Ray dan Isfahan.8 Pada tahun ini juga Thugrul Bek mendapat gelar dari khalifah Abbasiyah dengan Rukh al-Daulah Yamin Amir al-Muminin. Meskipun Baghdad dapat dikuasai, namun tidak dijadikan pusat pemerintahan. Thugril Bek memilih kota Naisabur dan kemudian kota Ray sebagai pusat pemerintahan. Dinasti-dinasti ini sebelumnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan Dinasti Saljuk kembali mengakui kedudukan Bagdad. Bahkan mereka menjalin keutuhan dan keamanan Abbasiyah.

6

Ahmad Syalaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 3, (Jakarta: Pustaka Al- Husna,

1993), cet. 1, hal. 336

7

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: PT Hidakarya Agung,1990), hal. 85


(28)

Sistem pemerintahan pada masa Dinasti Saljuk adalah berbentuk monarchi, yaitu pemerintahannya menerapkan sistem waris (Putra mahkota), di mana singgasana kerajaan akan diwarisi oleh seorang putra mahkota dari orang tuanya.9 Namun kekuasaan raja bukan hanya bisa diturunkan kepada anaknya saja, tapi juga bisa kepada sanak saudaranya jika ia tidak memiliki keturunan. Sistem monarchi telah memberikan hak tertentu serta hak-hak istimewa khusus untuk raja saja, yang tidak bisaa dimiliki oleh yang lain. Sistem ini menjadikan raja di atas undang-undang.

Thugril Bek memerintah Dinasti Saljuk dari tahun 1037-1063 M, setelah Thughril Bek meninggal, kepemimpinan digantikan oleh keponakannya yaitu Alp Arslan yang memerintah dari tahun 1063-1072 M.10 Arselan banyak melakukan perluasan wilayah saat menjabat sebagai sultan, maka tak heran jika pada masa Arselan Dinasti Saljuk mengalami masa kejayaan. Sepeninggal Arselan tampuk kekuasaan jatuh pada Maliksyah 1072-1092, pada masa Maliksyah Dinasti Saljuk juga mengalami masa kejayaannya. Dinasti Saljuk mengalami masa kejayaan pada masa Sultan Alp Arselan dan Maliksyah karena di pimpin oleh perdana Mentri yang mahir yaitu Nizham al-Mulk. Usahanya yang paling terkenal ialah pendirian lembaga pendidikan Madrasah Nizhamiyah.

Setelah Sultan Maliksyah dan perdana mentri Nizham al-Mulk wafat, dinasti Saljuk mulai mengalami masa kemunduran di bidang politik. Perebutan

8

Syafiq A Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, hal. 15 9

Taqiyuddin An-Nabhani, Sistem Pemerintahan Islam; Doktrin, Sejarah dan Realitas Empirik, terj. Dari Nizhamul Hukmi fil Islam oleh Magfur Wahid, (Bangil: Al- Izzah, 1997) hal. 50

10

Philip K. Hitti, History Of The Arabs, From the Earliest Times to the Present (Jakarta; PT. Serambi Ilmu Semesta, Cet. II, 2006), h. 607, lihat juga Ibn al Atsir, jilid x, h. 104 dan Imad al Din, hal. 604


(29)

18

kekuasaan diantara anggota keluarga timbul. Setiap provinsi berusaha melepaskan diri dari pusat. Sementara itu, beberapa dinasti kecil memerdekakan diri, seperti Dinasti Khawarizm, Dinasti Ghuz, dan Dinasti Ghuriyah. Pada sisi yang lain, sedikit demi sedikit kekuasaan politik khilafah juga kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan Dinasti Saljuk di Irak berakhir di tangan Khawarizm Syah pada tahun 590 H/ 1199 M.

B. Biografi Nizham Al Mulk

Nizham al-Mulk adalah seorang perdana menteri Dinasti Saljuk pada masa pemerintahan Sultan Alp Arslan dan Sultan Maliksyah. Nama aslinya Abu Ali al-Hasan bin Ali bin Ishaq at-Tusi, yang di lahirkan di Radkan, Tus pada tanggal 10 April 1018 dan wafat di Sihna pada tanggal 14 Oktober 1092.11

Disebutkan dalam al-Kamil fi at-Tarikh (Sejarah Lengkap) bahwa Nizham al-Mulk adalah seorang alim, agamawan, dermawan, adil, penyantun, suka memaafkan orang yang bersalah, banyak diam, majelisnya ramai didatangi para qari, faqih, ulama dan orang-orang yang suka kebaikan dan kebajikan. Ia juga dikatakan menyampaikan hadits di Baghdad, Khurasan dan kota lainnya dengan alasan ikut berpartisipasi menyebarkan hadits Nabi SAW, sekalipun ia mengakui bahwa ia bukan ahli hadits. Dikatakan pula ia senang menjamu dan menghibur orang-orang fakir miskin.12 Nizham al-Mulk juga adalah seorang terpelajar dan berbudaya.13

11

Haroon khan Sherwani, Buku mempelajari pendapat sarjana sarjana Islam tentang Administrasi Negara, Ter. Dari Studies in Muslim Political Thought and Administration oleh M. Arief Lubis, (Jakarta: Tintamas, 1964), hal. 108

12

Dewan Redaksi Ensiklopedi, dalam Ensiklopedi Islam, jilid 4 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hove, 1997), hal. 44

13

Philip K. Hitti, History Of The Arab, hal. 607, lihat juga Ibn al Atsir, jilid x, hal. 104 dan


(30)

Nizham al-Mulk pernah pergi ke Nisabur untuk menuntut ilmu pada ulama’ Mazhab Syafi’i, Hibatullah al-Muwaffaq. Ayahnya adalah Bayhaq Dahaqin, seorang pegawai pemerintahan Dinasti Gaznawi di Tus, Khurasan. Ketika sebagian besar Khurasan jatuh ke tangan pasukan Dinasti Saljuk, ayahnya dengan membawa Nizam al-Mulk lari ke Khusrawijrd dan seterusnya ke Gazna. Di Gazna, Nizam al-Mulk bekerja pada sebuah kantor pemerintah Mahmud Gaznawi.14

Namun tiga atau empat tahun kemudian ia meninggalkan Gazna dan menuju ke daerah kekuasaan Dinasti Salajuk. Awal kariernya ia bekerja di Balkh yang dikuasai Dinasti Saljuk (1040-1041 M), kemudian pindah ke Marw. Kariernya meningkat dengan cepat sehingga ia ditarik ke istana Sultan Alp Arslan dengan perdana menterinya Abu Ali Ahmad bin Syazan. Ketika perdana menteri ini meninggal dunia, Nizam al-Mulk ditunjuk oleh Sultan sebagai perdana menterinya.

Dalam jabatannya sebagai perdana menteri ini Nizham al-Mulk menunjukkan kecakapannya sebagai negarawan yang terpercaya. Untuk memelihara stabilitas negara ia menasihatkan Sultan agar memberi lapangan pekerjaan kepada pengungsi-pengungsi Turki yang datang ke Persia (Iran) akibat kemenangan Dinasti Salajuk, dan meningkatkan kekuatan tempur angkatan bersenjata Dinasti Saljuk serta gerak cepatnya untuk menumpas pemberontakan, tetapi pemberontak yang menyerah harus diampuni. Nizham al-Mulk juga bertindak menghindari perebutan kekuasaan setelah meninggalnya sultan, dengan cara mengumumkan dan menunjuk Maliksyah sebagai putra mahkota yang akan

14


(31)

20

menggantikan sultan. Hubungan dengan Khilafah Abbasyiah sebagai penguasa tertinggi dunia Islam ketika itu juga dijalin dengan baik oleh Nizam al-Mulk sehingga ia mendapat penghargaan dari Khalifah al-Qa’im dari Abbasyiah berupa gelar Qiwam ad-Din (Pendukung Agama) dan Radi Amir al-Mu’minin (yang meridhai dan pemimpin orang-orang beriman).

Nizam al-Mulk tetap menjadi perdana menteri Dinasti Saljuk, bahkan setelah Alp Arslan terbunuh pada tahun 165 H/1072 M dan digantikan oleh Maliksyah. Jadi Nizham al-Mulk memerintah dua priode pemerintahan, yaitu pada masa Sultan Alp Arselan dan Maliksyah.

Pada priode Sulttan Alp Arselan Nizham al-Mulk dikenal sebagai perdana menteri yang berpaham Asy’ariyah dan mengusahakan penyebarannya melalui madrasah-madrasah di beberapa kota dalam wilayah Dinasti Salajuk. Madrasah terkenal yang didirikannya adalah Madrasah Nizamiyah di Baghdad, yang diresmikan pada tahun 459 H/1067 M. Menurut Philip K. Hitti, Madrasah Nizamiyah merupakan contoh awal dari perguruan tinggi yang menyediakan sarana belajar yang memadai bagi para penuntut ilmu. Diantara ulama’ yang mengajar di Madrasah Nizamiyah adalah Syekh Abu Ishaq asy-Syirazi, Syekh Abu Nasr bin as-Sabbagh dan Syekh Abu Mansur bin Yusuf bin Abdul Malik. Cabang-cabang Nizamiyah kemudian juga didirikan di hampir kota di Irak dan Khurasan.

Usaha Nizham al-Mulk mendirikan madrasah dan lembaga keagamaan lainnya mendapat dukungan dari ulama’-ulama’ yang bermazhab Syafi’i dan dalam teologi beraliran Asy’ariyah. Para ulama tersebut bergembira dengan naiknya Nizam al-Mulk dan kebijaksanaannya mengembalikan nama baik


(32)

ulam-ulama Asy’ariyah yang dikutuk oleh Perdana Menteri al-Kunduri pada masa Sultan Tugril Bek. Pada masa al-Kunduri aliran Asy’ariyah bersama dengan Rafidah dikutuk melalui mimbar-mimbar masjid, sehingga banyak ulama’ yang melarikan diri, seperti Imam al-Haramain Abu Ma’ali al-Juwaini dan al-Qusyairi. Ulama-ulama baru mau kembali ke negeri mereka setelah Nizham al-Mulk menjadi perdana menteri dan melarang pengutukan Asy’ariyah di mimbar-mimbar masjid.

Perannya pada masa Sultan Maliksyah bertambah besar dibanding sebelumnya. Ia dipercaya oleh Sultan Maliksyah, yang ketika naik tahta berumur 18 tahun, untuk mengatur pemerintahan dan menjalankan keputusan politik. Oleh Sultan ia diberi gelar Ata Beq, artinya amir yang dianggap ayah. Ia tetap menjalankan politik kerjasama dan taat kepada Khalifah Abbasyiah, di antaranya dengan mengawinkan sorang putrinya kepada Khalifah Abbasyiah, ketika itu al-Muqtadi bin Amr Allah.

Pada tahun 479 H (1086-1087 M) ia menghapuskan khumus (pajak yang tidak dikenai sanksi syariat), dan meningkatkan sarana dan prasarana bagi mereka yang menunaikan ibadah haji. Setelah Hedzjaz kembali kepada kekhalifahan Abbasyiah dari kekuasaan Dinasti Fatimiyah pada tahun 468 H/1076 M, ia mengamankan jalur perjalanan haji dari Irak ke Tanah Suci dengan memberantas perampok-perampok yang mengancam jama’ah haji. Selain itu, ia memprakarsai perluasan Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah, serta pendirian tempat-tempat khusus bagi para abid, zahid dan faqih, serta pendirian rumah sakit di Nisabur.


(33)

22

Setahun sebelum meninggal, pada tahun 484 H/1091 M ia menulis kitab Siyaset-Name (buku mengenai politik) tentang siasat pemerintahan, berisi 50 bab nasihat yang digambarkan melalui anekdot-anekdot sejarah.15 Karyanya tersebut juga di kenal sebagai Siyar al-Mulk/ siyasat name (The Morals of Kings) dan Panjahu-yak-Fassl (Fifty-One-Chapters) adalah buku pegangan tentang ilmu pemerintahan yang paling tajam dan paling banyak digunakan, yang pernah ditulisnya, dan kitab itu dipelajari di Iran dan Saljuk Anatolia, Sementara di India kitab itu menjadi “bacaan wajib seorang administrator muslim”. Dibanding tradisi Ustmani yang statis, kitab itu menjadi cahaya yang inspiratif.16

Pada tahun berikutnya, ia menambah 11 bab tentang bahaya yang mengancam negara utamanya dari kaum Qaramithah Ismailiyah. Ia mengingatkan bahaya yang mengancam keutuhan Dinasti Saljuk yang datang dari kaum Qaramithah yang pada tahun 483 H (1090-1091 M) menyerbu kota Basra, dan bermarkas di benteng yang kokoh di Alamut. Kaum ini mempunyai pasukan pembunuh yang disebut Assassin17, yang bertujuan menghidupkan Dinasti Fatimiyah. Seorang pasukan Hasan bin Sabbah, yang menyamar sebagai sufi, berhasil membunuh Nizham al-Mulk di Sihna Nahawand, ketika ia dalam perjalanan dari Isfahan ke Baghdad. Nizham al-Mulk terbunuh pada tanggal 10 Ramadhan 485 H/14 Oktober 1092.

15

Ibid 16

Antony Black, The History of Islamic Politial Thought: From the Prophet to the Present,

(Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001), hal. 187-188 17

Assassin adalah sebuah kelompok yang terkenal dengan perbuatan-perbuatan kejam, menipu, dan membunuh. Kelompok ini diketuai oleh Hasan bin Saba yang semasa kecil telah belajar mazhab Bathiniah dan menganutnya. Pada tahun 471 H/ 1079 M, dia pergi ke Mesir untuk belajar mazhab Ismailiyah lebih mendalam, dan tahun 473 H/1080 M dia pulang ke Persia dengan menyebarkan seruan kaum Fatimiyah. Seruannya pun mendapat sambutan dari masyarakat, lalu ia berhasil pula menundukan benteng-benteng di Persia dan Syiria (benteng Misyad dan Kahf) dalam waktu singkt. Lihat Ahmad Syalaby, Sejarah Kebudayan Islam, jilid 3, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1993), cet. 1, hal 347-348.


(34)

C. Sejarah Madrasah Nizhamiyah

Madrasah Nizhamiyah adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh perdana mentri Nizham al-Mulk pada saat Sultan Alp Arslan memimpin Dinasti Saljuk. Menurut Philip K. Hitti dalam bukunya History Of The Arabs ia mengatakan bahwa Madrasah Nizamiyah didirikan pada 1065 -1067 M oleh Nizham al-Mulk, seorang menteri dari persia pada kesultanan Dinasti Saljuk, Sultan Alp Arslan dan Maliksyah, yang juga merupakan penyokong ‘Umar Khayyam.18

Demikian juga jika kita lihat dalam Ensiklopedi Islam, bahwa Madrasah Nizamiyah didirikan pada tahun 1065-1067, oleh Nizham al-Mulk. Madrasah Nizamiyah ini pada mulanya hanya ada di Baghdad, Ibu Kota dan Pusat Pemerintahan Islam pada waktu itu, madrasah ini dicatat sebagai madrasah yang paling termasyhur.19 Jadi Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang didirikan pada tahun 1065-1067 M, oleh Nizham al-Mulk, tepatnya di kota Baghdad.

Madrasah Nizhamiyah erat hubungannya dengan kemenangan Dinasti Saljuk yang beraliran Sunni, sehingga Madrasah Nizhamiyah dijadikan sebagai pusat propaganda agama dan politik. Asumsi- asumsi tersebut cukup beralasan, sebab Dinasti Saljuk terkenal sangat fanatik terhadap mazhab Sunni, sehingga dalam pemerintahannya mengikis habis paham Syi’ah yang dikembangkan oleh Dinasti Buwaih dan dalam rangka menghadang paham Ismailiyah yang dipropagandakan oleh Dinasti Fathimiyah di Mesir.

18

Philip K. Hitti, History Of The Arabs, hal. 515. 19


(35)

24

Kemenangan yang diraih oleh Dinasti Saljuk atas Dinasti Buwaih merupakan langkah awal kemenangan bagi aliran Sunni atas aliran Syi’ah. Dengan berakhirnya kekuasaan keluarga Buwaih yang telah 113 tahun lamanya mendampingi para khalifah Abbasiyah di Baghdad dari aliran Syi’ah, maka berkuasalah Dinasti Saljuk yang kemudian mendampingi para khalifah Abbasiyah dari aliran Sunni.

Dengan kemenangan itu, Dinasti Saljuk merasa berkewajiban untuk menentang dan mengikis habis paham-paham yang menurut mereka menyimpang dari ajaran yang sebenarnya. Langkah yang paling efektif ialah dengan menyiarkan ajaran Sunni dan merealisasikannya ke dalam pendidikan dengan madrasah-madrasah Nizhamiyah yang didirikan. Konsekuensi logis dari keadaan itu maka terhentilah kegiatan Dinasti Buwaih dalam menyiarkan ajaran-ajaran Syi’ah kepada masyarakat.

Untuk itu Nizham al-Mulk mengadopsi ide madrasah dan memperbarui sistem pendidikannya sedemikian rupa untuk memberanguskan politik Mu’tazilah dan sekutunya, Syi’ah, yang ingin merenggut kewenangan negara dan supremasi Sunni, dan sekaligus meletakkannya sebagai lembaga pendidikan bagi Negara.20 Dari uraian diatas teranglah bahwa berdirinya Madrasah Nizamiyah didorong oleh adanya pertentangan Ideologi antara kaum Syi’ah dan sekutunya Mu’tazilah dengan kaum Sunni.

Atas prakarsa Perdana Menteri Nizham al-Mulk, berdirilah lembaga pendidikan berupa madrasah-madrasah Nizhamiyah diberbagai kota. Nizham

20


(36)

Mulk banyak mendirikan Madrasah Nizhamiyah seperti di Baghdad, Nisabur, Isfahan, Harat, Basrah, Merw, Amul dan Mosul.21 Nama Madrasah Nizhamiyah sendiri dinisbatkan kepada nama pendirinya, yakni Nizham al-Mulk, karena kemungkinan besar Nizham al-Mulk lah yang membiayai pembangunan Madrasah Nizhamiyah. Seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Jauzi “Nizham al-Mulk menyerahkan wakaf bagi madrasahnya di Baghdad beberapa hektar tanah dan harta bendanya, serta pasar untuk pembangunan madrasah tersebut. Nizham al-Mulk juga memberikan tanah dari harta wakaf tersebut kepada masing-masing tenaga pengajar, memberikan beasiswa kepada para pelajar sebanyak empat liter roti setiap hari bagi masng-masing siswa”.22

Pendirian Madrasah Nizhamiyah bukan hanya didirikan di satu wilayah saja, akan tetapi didirikan di wilayah kota besar dan wilayah yang penduduknya masih dalam kategori ketertinggalan. Maka dari itu, Sejauh ini memang masih dijumpai perbedaan pendapat para penulis sejarah Islam klasik tentang Madrasah Nizamiyah yang pertama, Edward G. Browne dan Naji Ma’ruf sebagaimana yang dikutip oleh Abd. Mukti mengatakan bahwa Madrasah Nizamiyah pertama yang didirikan Menteri Nizham al-Mulk adalah Madarah Naisabur (450 H/1058 M) yaitu ketika Alp Arslan menjabat Gubernur Khurasan, walaupun kedua sarjana ini masih berbeda pendapat tentang tahun pendiriannya.

Pendapat kedua mengatakan bahwa Madrasah Nizamiyah yang pertama didirikan oleh Nizham al-Mulk adalah Madrasah Nizamiyah Baghdad (459 H/1067M) dan bukan Madrasah Nizamiyah Naisyabur, pendapat ini dikemukakan

21

Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya Daulah Bani Saljuk, hal. 486

22

Abd al-Majid Abd al-Futuh Badawi, Al-Tarikh Al Siyasi wa Al-Fikri, (Al Manshur


(37)

26

oleh Ibn Khalikan (w.681 H/1282 M) dan pendapat ini diikuti oleh al-Dzahaby (w.748 H/1347 M), pendapat kedua sejarawan ini diikuti para penulis dewasa ini seperti Jurji Zaydan, Ahmad Syalaby, Ahmad Amin dan Muhammad Ghanimat, sebagaimana mereka berpendapat bahwa madrasah pertama didunia Islam adalah Madarasah Nizamiyah Baghdad.

Menanggapi perbedaan pendapat mengenai madrasah Nizhamiyah yang pertama didirikan, penulis sependapat dengan pendapat yang pertamaa yang dikemukakan oleh Edward G. Browne dan Naji Ma’ruf sebagaimana yang dikutip oleh Abd. Mukti, bahwa madrasah Nizhamiyah Naisabur adalah madrasah yang pertama didirikan oleh Nizha al-Mulk, hal itu di perkuat dengan pernyataan yang di kemukakan oleh Ibn Khallikan (w.681 H/1282 M) yang di kutip oleh dalam Hasan Asari dalam bukunya, bahwa madrasah ini dibangun oleh Nizham al-Mulk untuk Imam al-Haramayn Abu al-Ma’ali al-Juwaini, dan bahwa al-Juwaini menjadi Mudarris (guru besar) pada madrasah ini selama lebih dari tiga dekade, yang berakhir dengan kematiannya pada 478 H/1085 M, ini bisa digunakan untuk mereka-reka tahun didirikannya; sangat boleh jadi madrasah ini didirikan pada penghujung 440-an/1050-an.23 Dan kita ketahui bahwa Imam Haramain adalah guru pada madrasah Nizhamiyah Naisabur, jadi madrasah yang pertama didirikan oleh Nizham al-Mulk adalah Madrasah Nizhamiyah Naisabur. Walaupun banyak ahli sejarah berbeda pendapat mengenai Madrasah Nizhamiyah yang didirikan pertama kali, pada intinya Madrasah-madrasah itu memiliki tujuan atau motif yang sama dalam pendiriannya.

23

Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam Kajian Atas Lembaga-Lembaga Pendidikan, Bandung;Citapustaka Media, Edisi Revisi, 2007, hal. 90


(38)

D. Motif Berdirinya Madrasah Nizhamiyah

Madrasah Nizamiyah adalah salah satu fenomena penting tidak saja dalam sejarah pendidikan Islam tetapi juga dalam konteks sejarah peradaban Islam secara umum. Hal ini antara lain, adalah karena :24

a. Pembangunnan jaringan Madrasah Nizamiyah adalah merupakan bagian signifikan dari kejayaan peradaban Islam, khususnya di teritorial Dinasti Saljuk (429-590/1038-1194).

b. Fenomena pembangunan rangkaian Madrasah Nizamiyah terjadi menyusul peralihan kekuasaan dari Dinasti Syi’ah Buwayhi (320 -454/932-1062) kepada Dinasti Sunni Saljuk.

c. Sejarah pendidikan Islam menunjukkan bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan Islam par excelence sampai periode moderen dengan diperkenalkannya lembaga-lembaga moderen, seperti universitas.

Pentingnya posisi Madrasah Nizamiyah ini mengharuskan kita untuk melihat motif-motif yang melatar belakangi pembangunannya tersebut dalam konteks realitas historis yang lebih luas dari sekedar konteks pendidikan.

1. Pendidikan

Pendidikan adalah aktivitas sosial yang harus ada ditengah-tengah masyarakat atau komunitas sosial. Masyarakat sebagai subyek sekaligus obyek kian hari, kian bertambah jumlahnya. Dengan bertambahnya anggota masyarakat,

24


(39)

28

bertambah pula kebutuhan dan tuntutan yang harus dipenuhi. Pendidikan adalah bagian dari kehidupan manusia sekaligus tuntutan yang harus dipenuhi. Karena jumlah anggota masyarakat semakin banyak, maka kebutuhan pendidikan bukan lagi persoalan individual tapi juga persoalan massal. Bila sudah menjadi persoalan massal maka perlu dicarikan lembaga kependidikan yang memenuhi tuntutan dan kebutuhan massal, yakni madrasah sebagai institusi alternatif untuk mengatasi persoalan pendidikan.

Nizham al-Mulk adalah seorang sarjana, sehingga perhatiannya terhadap institusi pendidikan adalah sesuatu yang pantas. Dari sisi yang lebih praktis, kehadiran madrasah memang dibutuhkan untuk melengkapi berbagai kelemahan yang sulit dihindari dalam sistem pendidikan masjid. Lembaga pendidikan madrasah diperkenalkan sebagai sebuah fase natural dari perkembangan kebutuhan umat Islam akan lembaga yang secara khusus melayani kebutuhan pendidikan.25

Tidak diragukan lagi bahwa Nizham al Mulk memberikan perhatian besar terhadap pendidikan. Beliau adalah seorang yang cinta ilmu pengetahuan. Beliau juga menyadari pentingnya keberadaan madrasah dalam menyikapi kekuarang sistem pendidikan masjid. Diketahui bahwa masjid pada masa awal merupakan tempat yang serba guna. Mesjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga sebagai lembaga pengajaran, rumah pengadilan aula pertemuan bagi tentara, dan rumah penyambutan para duta.26

25

Ibid, hal. 80 26

Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam, ter. Dari Tarikh al Tarbiyah al Islamiyah


(40)

Kekurangan sistem pendidikan masjid atau dengan kata lain kekurang efektifan masjid sebagai tempat pendidikan di pandang dari beberapa sisi, yaitu:

a. Kegiatan pendidikan di masjid telah mengganggu fungsi utama masjid sebagai tempat ibadah.

b. Berkembangnya kebutuhan ilmiah sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan.

c. Timbulnya orioentasi baru dalam penyelenggaraan pendidikan. Sebagaian guru mulai berfikir untuk mendapatkan rizki melalui kegiatan pendidikan.

Dengan penjelasan tersebut, maka dapat di ketahui bahwa Nizham al Mulk begitusangat memperhatikan dan mementingkan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Dengan alasan bahwa tempat tempat yang selama ini di gunakan sebagai tempat belajar sudah kurang memadai dan kurang efektif dijadikan sebgai tempat menuntut ilmu pengetahuan, maka kemudian beliau mendirikan sebuah lembaga pendidikan / madrasah yang di peruntukan bagi semu orang untuk menuntut ilmu pengetahuan.

2. Politik

Persoalan yang pertama kali timbul setelah wafatnya Rasulullah adalah persoalan politik. Dalam perkembangan selanjutnya dari persoalan politik kemudian berkembang menjadi persoalan teologi. Hal ini berarti bahwa masalah politik menjadi faktor pendorong perkembangan pemikiran dalam Islam. Faktor tersebut sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Berkaitan dengan hal di atas, diketahui bahwa pendirian madrasah Nizamiyah tidak terlepas dari faktor politik.


(41)

30

. Nizham al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu untuk memperkuat pemerintahan Turki Saljuk dan untuk menyiarkan mazhab keagamaan pemerintahan. Karena sultan-sultan Turki adalah dari golongan ahli sunnah,

sedangkan pemerintahan Buwaih yang sebelumnya adalah kaum Syi’ah,27 oleh

sebab itu Madrasah Nizamiyah adalah untuk menyokong sultan dan menyiarkan mazhab ahli sunnah ke seluruh rakyat. Untuk memberantas mazhab-mazhab yang

ditanamkan oleh golongan syi’ah kepada rakyat yang dianggap batil, maka

Nizham al-Mulk berupaya semaksimal mungkin mendirikan madrasah Nizamiah untuk menanamkan mazhab ahli sunnah yang dianggap lebih benar karena kepercayaan yang berdasarkan pelajaran-pelajaran agama yang benar yang lebih

memprioritaskan al-Qur’an dan sunnah. Penanaman kepercayaan, menarik

perhatian pelajar atau mahasiswa dalam belajar, dan sikap sangat setia kepada khalifah dapat mengukuhkan mazhab ahlussunnah dan melemahkan pengaruh

kedudukan syi’ah, karena perhatian ahlussunnah sangat besar terhadap ilmu fikih

yang terdapat dalam empat mazhab fikih.

Nizham al-Mulk lebih memilih Madrasah dibanding dengan institusi lain seperti Masjid karena faktor politik, dijelaskan oleh George Makdisi dalam bukunya, yaitu:

“Why did Nizham Al Mulk choose to endow a netwok of Madrasas rather than a netwok of masjid?.... The answer, it seems to me, it that the madrasa alon, alredy in existene as an ainstitution, could answer his particular need. He founded his network of madrasa to implement his political-policies throughout the vast lands of the empire under his sway. The institution which could best lend itself to such use had to be one which could be establishied without ties of an official religious nature such us to bring it under the jurisdiction of the caliph, as in the

27

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990), hal.172.


(42)

jami’ where the Chaliph was the final appointing authority, or in the masjid where the imam was responsible to the Caliph, or even in madrasa whose administrative committee represented the community of the local school of law. To manipulate a cathedral mosque or a mosque-college was out of the question. Therefore the institution Nizam choose as an instrument of his policies was one whose administration ould be kept outside the reach of the Caliph’s authority, an authority which had its place the public opinion of the times”.28

Sebagai seorang wazir, tindakan Nizham al-Mulk membangun jaringan madrasah tidak mungkin terpisah dari kerangka kerja politiknya secara umum. Untuk membangun satu pemerintahan yang stabil dia jelas membutuhkan hubungan baik dengan para ulama yang pada gilirannya berarti hubungan baik dengan massa secara keseluruhan. Madrasah Nizamiyah berfungsi sebagai alat dalam hal ini, Nizham al-Mulk menggunakan madrasah sebagai alat untuk melindungi kelompok Syafi’iyah dan kelompok Asy’ariyah yang berafiliasi dengan mereka (Syafi’iyah) dan dengan demikian membentuk satu kelompok yang akan mendukung kebijakan-kebijakannya. Para ulama ini dididik dan mengajar pada lembaga-lembaga yang dapat dikontrol oleh Nizham al-Mulk melalui (otoritasnya dalam) pengangkatan staf.29

3. Konflik antar kelompok keagamaan

Karir politik Nizam al-Mulk secara langsung berkaitan dengan kondisi politik pada masa itu. Pada abad ke-5 terjadi konflik antara kelompok kelompok

keagamaan dalam Islam. Misalnya kelompok Syi’ah, Mu’tazilah, Asy’ariyah,

Hanafiah, Hanbaliah dan Syafi’iyah. Ketika Khalifah Abbasyiah lemah, berdiri

dinasti baru yaitu, Dinasti Buwaih yang beraliran Syi’ah Ismai’liyah yang

28

George Makdisi, Religion, law and Learning in Classial Islam, (Great Britain: Variorum, 1991)hal. 51.

29

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990), hal.84.


(43)

32

mendukung pemikiran rasional dan menganut paham teologi yang sama dengan

Mu’tazilah. Pada masa itu, pengajaran ilmu-ilmu filosofis dan ilmu pengetahuan yang dulu dijauhi oleh masyarakat Sunni dihadapkan kembali. Banyak tokoh

Mu’tazilah yang diberi posisi penting dalam pemerintahan. Merespon hal ini Dinasti Saljuk merasa bertanggung jawab untuk melancarkan propaganda

melawan paham Syi’ah yang telah ditanamkan bani Buwaihi.

Sebelum Dinasti Saljuk berkuasa, kekuasaan atas sebagian besar wilayah Islam dipegang oleh dinasti Buwaihi (945-1055) dan dinasti Fatimiyah yang

beraliran Syi’ah.30

Irak, Iran dan belahan Timur lainnya dikuasai di kuasai oleh Dinasti Buwaihi, sedangkan Mesir, Afrika Utara dan Syria berada di bawah

kekuasaan Dinasti Fatimiyah. Selama itu, faham Syi’ah yang dianut oleh kedua

dinasti tersebut berkembang luas di tengah-tengah masyarakat.

Pada masa kekuasaan Tugril Bek, dengan Kunduri sebagai wazirnya, di Nisabur, masih sempat terjadi pertumpahan darah dalam suatu kekacauan yang

timbul akibat pertentangan kelompok Syi’ah yang fanatik dengan kaum Sunni.

Keadaan menjadi tidak aman sehingga beberapa tokoh ulama Sunni, seperti al-Qusyairy dan Juwaini terpaksa meninggalkan Nisabur, mengungsi beberapa tahun ke daerah lain.

Pada masa Dinasti Buwaihi, para Khalifah Abbasiyah benar-benar tinggal namanya saja. Pelaksanaan pemerintahan sepenuhnya berada dibawah amir-amir Dinasti Buwaihi. Kekuasaan Khalifah Abbasiyah laksana boneka. Khalifah Abbasiyah hanya memegang kekuasaan de jure sedangkan Buwaihi memegang

30

Shaban, Islamic History, A New Interpretation, Jilid II, (Cambridge:Cambridge University Press, 1981), hal.56


(44)

kekuasaan de facto. Jadi keadaan khalifah pada masa ini lebih buruk dari pada keadaan sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan karena Dinasti Buwaihi adalah

penganut mazhab Syi’ah sedangkan bani Abbas menganut paham Sunni.

Namun kekuatan politik Dinasti Buwaihi tidak bertahan lama. Perebutan kekuasaan dikalangan keturunan Dinasti Buwaih merupakan salah satu faktor internal yang membawa kemunduran dan kehancuran pemerintahannya sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah semakin gencarnya serangan Byzantium kedunia Islam dan semakin banyaknya dinasti-dinasti kecil yang melepaskan diri dari kekuasaan pusat Baghdad. Dinasti itu antara lain Dinasti Fatimiyah yang memproklamasikan dirinya sebagai pemegang jabatan khalifah di Mesir, Ikhsidiyah di syiria, Hamdan di Aleppo, Ghaznawi di Ghazna, dan dinasti Saljuk yang berhasil merebut kekuasaan dari Dinasti Buwaih.

Kemenangan Dinasti Saljuk atas Dinasti Buwaihi di Irak dan berhasil memasuki kota Baghdad merupakan titik awal kemenangan golongan ahl al- sunnah terhadap syiah. Sehingga terjadi peralihan dari aliran syiah kealiran sunni. Keinginan untuk menghidupkan kembali ajaran ahli al-sunnah mendorong Dinasti Saljuk untuk menyiarkan ilmu agama yang sebenarnya menurut faham Sunni.

Agaknya keinginan Saljuk tersebut dapat dipahami, karena sejak penaklukkan mereka ke Khurasan, Saljuk terlibat kontroversi keagamaan. Saljuk

melancarkan sebuah kebijakan anti Syi’ah secara tidak kompromi. Permusuhan

yang dilancarkan mereka ini sebagian dimotivasi oleh persaingan dengan Dinasti Fatimiyah dan sebagian oleh berbagai subversi yang bersumber dari gerakan


(45)

34

Syi’ah.31

Dengan demikian perlawanan Saljuk terhadap solidaritas Sunni dan untuk mempromosikan legitimilasi Kesultanan Dinasti Saljuk berdasarkan islam yang sebenarnya.

Kekuatan politik dan militer Syiah telah dapat dipatahkan oleh pasukan Taghrul bek. Di bawah kepemimpinan Tughril bek, Dinasti Saljuk memasuki Baghdad menggantikan posisi Dinasti Buwaihi. Dinasti Saljuk memasuki Bagdad pada masa Tagrul bek yang menggantikan Dinasti Buwaihi. Targul Bek digantikan oleh Alp Arselan dengan perdana menterinya yang terkenal, yaitu Nizham al- Mulk. Pada masa inilah Dinasti Saljuk berjaya hingga berlanjut pada

masa sultan Malik Syah (Putra Arselan).32

Salah satu kebijakan besar yang dilakukan Nizam al-Mulk pada masa itu adalah mendirikan Madrasah Nizamiyah. Ia membangun madrasah pertama di

Nisyapur untuk al-Juwaini33 dan di Baghdad ia mendirikan Madrasah Nizamiyah.

Pembangunan dimulai pada tahun 459H. Disinilah syaikh Abu Ishaq al-Syirazi

memberi kuliah.34Ia adalah pengarang kitab al-tanbih yaitu kitab fikih sejalan

dengan mazhab Syafi’i selain madrasah Nizamiyah di Bahdad, Nizham al-Mulk juga mendirikan madrasah besar lainnya di Balakh, Nisyabur, Herat, Asfahan, Basrah, Merw, Amul dan Mosul. Dan menurut Ahmad Amin, di setiap kota-kota

besar yang berada sekitar Iraq dan Khurasan didirikan madrasah.35

31

Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societies,terjem., Ghufron A Mas’adi,Sejarah

Sosial Umat Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 264 32

Ensiklopedi Tematik Dunia Islam, Pemikiran dan Peradaban IV, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hesve, 2002), hal. 30.

33

Ibid., hal. 50 34

Ahmad Syalaby,History of Muslim Education, hal. 119 35

Ahmad Amin, Dhuha al-Islam,cet. ke-I, (Kairo:Maktabah al-Nahdhah al-Misyriyah, t.t,) Jilid II, hal. 49.


(46)

Nizham al-Mulk berusaha meredam pemusuhan di antara kalangan kegamaan kelompok Sunni dan menciptakan rasa kesatuan di antara

kelompok-kelompok Sunni dengan melindungi pengikut mazhab Syafi’iyah dan

Hanafiyah.36

Diantara kebijakannya adalah pembangunan dan penghibahan sejumlah madrasah didalam setiap kota-kota besar di wilayah kekuasaan Dinasti Saljuk. Dukungan Dinasti Saljuk kepada madrasah merupakan landasan yang kokoh bagi pengajaran guru-guru agama Sunni dan bagi dakwah Sunni kepada masyarkat umum. Selanjutnya di bawah dukungan kesultanan terbentuklah sebuah front Sunni untuk menandingi Dinasti Fatimiyah dan klaim Ismailiyah. Agaknya Nizham al-Mulk bertujuan untuk mengendalikan kesultanan dengan Sunni dan sebagai alat untuk menggunakan mazhab-mazhab hukum dan teologi yang besar sebagai sebuah sarana untuk menciptakan pengaruh politik terhadap masyarakat umum.

Setelah berdirinya madrasah Nizamiyah di Baghdad, yang mempunyai

komitmen berpegang teguh pada doktrin Asy’ariyah dalam kalam (teologi), dan berpegang pada ajaran Syafi’i dalam fiqh.37

Pemerintah Dinasti Saljuk turut serta dalam masalah pendidikan. Sejak saat itu pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah.

1. Pendidikan Pegawai Pemerintahan

36

Ibid, hal.265 37

Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVIIdan XVIII,(Bandung:Mizan, 1994), hal. 62.


(47)

36

Dalam kedudukannya sebagai wazir, Nizham al-Mulk harus mengelola sebuah sistem administrasi negara yang sangat besar, yang melibatkan teritorial yang sangat luas, berisi penduduk dengan berbagai latar belakang kebangsaan, budaya, dan fasilitas keagamaan. Dalam keadaan ini, salah satu prioritasnya adalah membangun satu administrasi sentral (Baghdad) yang kokoh dengan sistem kendali yang kuat dan berpengaruh.

Keadaan yang melatar belakangi munculnya Dinasti Saljuk sebagai kekuatan yang dominan di Baghdad memang penuh dengan kontroversi disegala bidang (politik, militer, keagamaan, dan sebagainya). Oleh karena itu memastikan terciptanya satu mesin adminisatrasi pemerintahan yang efektif sekaligus loyal tidaklah mudah. Nizham al-Mulk , tampaknya melihat bahwa madrasah dapat dimanfaatkan untuk tujuan itu. Sistem madrasah dapat diandalkan untuk mencetak orang-orang yang terdidik dan berkeahlian. Tidak hanya itu, dengan memberikan dukungan finansial yang sangat baik terhadap madrasah, para alumninya diharapkan akan menjadi tenaga pemerintahan yang mendukung sepenuhnya pemerintahan Dinasti Saljuk, serta setia pada ideologi politik keagamaan dinasti ini. Dalam hal ini jaringan Madrasah Nizamiyah terbukti sangat berhasil. Sejumlah besar lulusannya bekerja pada berbagai pos pemerintahan Saljuk sebagai katib (Sekretaris), Qadli (hakim), maupun pos-pos lainnya.38

38


(48)

37

MADRASAH NIZHAMIYAH DAN USAHA PENYEBARAN PAHAM SUNI PADA DINASTI SALJUK

Untuk mewujudkan tujan Madrasah Nizhamiyah dalam mensosialisasikan mazhab Sunni, pada masa pemerintahan Nizham al-Mulk, maka banyak usaha usaha yang di lakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut, di antaranya ialah:

A. Sistematika lembaga pengajaran Madrasah Nizhamiyah

Lembaga atau staf pengajar mendapat perhatian besar dalam lembaga pendidikan manapun, tidak terkecuali Madrasah Nizhamiyah. Hal itu di sebabkan bahwa kesuksesan sebuah madrasah di barengi dengan keberhasilan para pengajarnya dalam melaksanakan visi-misi dan tugas mereka dengan sebaik mungkin.

1) Martabah Ash- Shadr (Direktur)

Martabah Ash- Shadr adalah Orang yang memiliki posisi yang prestisius di madrasah. Kata Ash- Shadr sendiri merupakan sebutan bagi imam yang terkemuka pada masanya baik dalam bidang fikih, hadits atauun tafsir, atau juga bisa di sebut sebagai imam yang terkemuka pada masanya dan memiliki wawasan dan pengetahuan paling kaya. Dari tangannyalah banyak dihasilkan tenaga-tenaga pengajar yang berkompeten.

Banyak pejabat, pemimpin negara, komandan militer, walikota, perdana mentri ataupun para ulama terkemuka lainnya yang menghadap kepadanya untuk mendengarkannya atau memperoleh manfaat darinya. Tidak setiap madrasah


(49)

38

memiliki Ash- Shadr, seabab orang yang mencapai tingkat wawasan semacam itu sangatlah sedikit. Merupakan keberuntungan suatu madrasah dan popularitas yang sempurna jika mempunyai seorang Ash- Shadr.1

2) Tenaga pengajar atau Mudarris

Pemilihan para dewan guru untuk mengajar di Madrasah Nizhamiyah berjalan dengan sesuai tradisi yang diberlakukan perguruan tinggi modern terkemuka. Sebelum memutuskan untuk mengangkat seorang guru, Nizham al-Mulk terlebih dahulu menguji wawasan dan pengetahuan mereka melalui serangkaian perdebatan yang diadakan dalam berbagai kesempatan. Mereka diberikan sejumlah pertanyan yang telah dirumuskan dan dipersiapkan sebelumnya. Apabila Nizham al-Mulk menemukan adanya pengetahuan dan wawasan yang mendalam serta kecerdasan intelektual pada salah satu di antara mereka. Mereka yang berkompeten dalam bidang pendidikan, maka akan di angkat sebagai tenaga pengajar saat itu juga, bahkan dibangun sebuah madrasah dan perpustakaan baginya atau dikirim ke wilayah yang yang penduduknya masih rendah kwalitas pendidikannya.2

Ketika dikeluarkan sebuah intruksi untuk mengangkatnya, maka dia akan diangkat sebagai tenaga pengajar di lembaga atau madrasah yang di pilihkan baginya. Apabila diangkat di Baghdad misalnya, maka ditugaskan di wilayah itu

1

Muhammad Ali Ar- Rajub, Al-Idarah At-Tarbawiyyah fi Al-Madaris fi Al-Ashr Al-Abbasi,

hal. 135 2


(50)

kota kekhalifahan sebagai tempat pengangkatannya. Kemudian ia mendapatkan selendang berwarna biru dan Al Uhbah Sauda.3

Ketika ia memasuki kelas dan mengajar untuk pertama kalinya, maka disambut oleh para pejabat negara, para dewan guru, dan para penyair dengan mengadakan sebuah perayaan penyambutan. Ketika selesai mengajar, maka berbagai sambutan dan ceramah serta nyanyian-nyayian dan pembacaan puisi didendangkan sebagi tanda penyambutannya dan pujian terhadapnya.4

Pada lembaga Madrasah Nizhamiyah ini tingkatan pengajar sangat di perhatikan, berikut adalah tingkatan pengajar dalam Madrasah Nizhamiyah:

a. Al Mudarris (Guru Besar), seseorang disebut sebagai mudarris apabila dia telah mampu mengajarkan ilmu-ilmu fiqih dengan baik, tingkat popularitas yang tinggi dalam hal pengetahuan dan wawasan keilmuan serta banyak menelurkan karya tulis, seperti yang di alami oleh Al-Ghazali, yang menjabat sebagai Guru Besar Madarasa Nizhamiyah Bagdad.

b. An-naib (wakil) adalah orang yang di tugaskan mengajar materi pembelajaran, ketika mudarris (Guru Besar) berhalangan untuk mengajar karena kesibukan pekerjaan dalam tugas administrasi, pengadilan maupun ketika beliau sakit.5

c. Al –Mu’id (pembantu dosen) adalah mahasiswa yang di tunjuk atau di percaya mudarris untuk membantunya dalam proses

3

Al- Uhbah mengandung pengertian Al Bazzah Ar-Rasmiyyah, yang berarti pakaian seragam. Hal ini seperti yang di sebutkan dalam Tarikh Al- Mamalik.

4

Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya Daulah Bani Saljuk, (Jakarta:

Pustaka Al Kausar, 2014), hal. 495 lihat juga Nizham Al Mulk, hal. 357 5


(51)

40

pembelajaran, tugasnya adalah menyampaikan pelajaran kepada para pelajar dan membantu mereka memahaminya. Karena itu, pembantu dosen ini membutuhkan kemampuan diplomasi dan memiliki wawasan dn pengetahuan yang luas, oleh karena itu, pembantu dosen ini terdiri dari pengajar di madrasah atau lembaga pendidikan lainnya.6

3) Jenjang pelajar

Jenjang pertama yang di peroleh palajar ialah sebagai tilmidz atau thalib (siswa). Kemudian setelah mendapatkan pengetahuan yang mendalam atau luas disebut mutssaqaf (terpelajar) dan kemudian faqih (ahli fikih/pakar). Apabila kemudian ia melanjutkan studinya denagn metodenya itu dan tetap dan mendapingi gurunya agar ilmunya lebih sempurna. Seringkali dosen pengampu mengangkatnya sebagai pembantunya untuk mengajarkan materi pelajaran, dan mentranskip karya-karyanya di bawah bimbingannya.7

B. Kurikulum Madrasah Nizhamiyah

Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa dalam suatu periode tertentu. Dalam arti yang lebih luas, kurikulum sebenarnya bukan hanya sekedar rencana pelajaran, tapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.8

Dalam bukunya, Makdisi mengemukakan tentang kurikulum pendidikan pada masa klasik, Makdisi menggambarkan secara garis besar tentang kurikulum

6

Ibid 7

Ibid 8

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : Rosdakarya, 1992),


(52)

itu sendiri yang diajarkan di madrasah. Ilmu-ilmu agama jelas mendominasi madrasah, seperti juga lembaga-lembaga sebelumnya, masjid dan masjid-khan. Sejauh pengetahuan kita sekarang, tidak ada dokumen tertulis yang berisi rincian kurikulum satu madrasah. Hal ini memang sulit untuk diharapkan mengingat sifat-sifat dasar madrasah. Pertama, tidak adanya ikatan organisatoris antara satu madrasah dengan yang lain. Setiap madrasah bebas menentukan materi dan sistem pengajarannya sendiri sesuai dengan keinginan pemberi wakaf (waqif) yang mendukung operasinya. Kedua, setiap syaikh atau mudarris bebas memilih bidang yang dia ajarkan; sekali lagi, dia hanya terikat dengan waqfiyyah dari lembaga tempatnya mengajar.

Hal yang sama pun dikemukakan oleh Azyumardi dalam pengantar buku, “karena memang lembaga-lembaga ini dikuasai oleh mereka yang ahli agama, dan tidak kalah pentingnya adalah tidak otonomnya madrasah dari tanah waqaf yang diberikan oleh para dermawan dan penguasa politik. Motivasi kesalehan mendorong para dermawan untuk mengarahkan madrasah bergerak dalam bidang ilmu-ilmu agama karena di anggap mendatangkan pahala. Di pihak lain, para penguasa politik pemrakarsa pendirian madrasah, apakah karena didorong oleh motivasi politik atau motivasi murni untuk menegakkan “ortodoksi” Sunni, sering mendikte madrasah untuk tetap berada dalam kerangka “ortodoksi itu sendiri”.9

Mengenai rencana pengajaran di Marasah Nizhamiyah ini tidak diketahui dengan jelas, karena tidak ditemukan dalam bentuk dokumen tertulis yang berisi rincian kurikulum madrasah , namun dari teori yang dikemukakan oleh makdisi

9Azyumardi Azra “Pendidikan Tinggi dan Kemajuan Sains: Sebuah Pengantar” dalam Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam: Pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 125


(1)

68

A.

Kesimpulan

Dari Uraian di atas dapat di ambil beberapa kesimpulan, terutama yang sesuai dengan rumusan masalah, maka ada kesimpulan besar yang penulis sampaikan pada bab ini yaitu:

1. Motif didirikannya Madrash Nizhamiyah yang penulis temukan bukan hanya motif pendidikan belaka, akan tetapi melihat dari bukti bukti sejarah yang ada, bahwa selain motif pendidikan, yang lebih dominan ialah motif politik yang kemudian melahirkan motif persaingan antar mazhab Sunni sebagai mazhab resmi pemerintah dengan lawannya mazhab Syiah dan

sekutunya Mu’tazilah. Selain itu juga motif didirikannya Madrasah Nizhamiyah ialah untuk mempersiapkan para pegawai yang berkompeten. 2. Usaha Madrasah Nizhamiyah untuk mewujudkan semua tujuannya pada

masa Pemerintahan Nizham Al Mulk ialah dengan berbagai cara yang di lakukan, yitu melalui sistematika lembaga Madrasah Nizhamiyah, kurikulum Madrasah Nizhamiyah, dan metode pembelajaran Madrasah Nizhamiyah.

Madrasah Nizhamiyah sangat berperan pada masa pemerintahan Nizham al-Mulk 1065-1072, penulis membaginya kedalam tiga bagian , pertama peranannya dalam bidang pendidikan yaitu madrasah dapat menghasilkan kader-kader ulama atau guru-guru agama yang handal dan berpengetahuan luas, kedua perannya dalam bidang ekonomi yaitu madarasah dapat mensuplay tenaga pegawai kantor yang berkompeten hasil didikannya, ,


(2)

dan ketiga peranannya dalm bidang politik yaitu dengan tersebarnya

mazhab Sunni dan berkurangnya mazhab Syi’ah di wilayah pemerintahan

Dinasti Saljuk, situasi pemerintahan Saljuk aman dari berbagai pemberontakan yang sering terjadi yang dilakukan oleh Mazhab Syiah dan

sekutunya Mu’tazilah. Sedangkan untuk ulama yang berperan dalam mdrasah Nizhamiyah penulis hanya menyebutkan tiga ulama saja, karena ketiga ulama tersebut adalah ulama yang paling terkemuka pada masanya, yaitu Imam Haramain Abdul Malik al-Juwaini, Abu Ishaq Asy-Syairazi , dan Al-Ghazali ke tiga ulama tersebut berhasil dalam menyebarkan mazhab Sunni di wilayah Saljuk.

B. Saran

Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang didirikan oleh Nizham Al Mulk, uniknya Nizham Al Mulk bukan hanya mendirikan satu Madrasah Nizhamiyah saja dalam wilayah pemerintahannya, akan tetapi banyak sekali madrasah Nizhamiyah yang beliau bangun, baik di kota kota besar seperti Baghdad, Naisabur, dll, maupun tempat yang masih rendah tingkat pendidikannya

seperti Madrasah Nizamiyah yang didirikan di Jazirah ibn ‘Umar. Namun sejarah

yang menjelaskan mengenai Madrasah Nizhamiyah secara terperinci di wilayah tersebut masih kurang yang meneliti. Penulis hanya sedikit memaparkan mengenai madarsah Nizhamiyah, agar membuat para pengkaji bisa mendalami seajarah bedirinya madrasah Nizhamiyah di masing masing kota, karena masih banyak terjadi perbedaan pendapat, mengenai berdirinya madarasah tersebut.

Berangkat dari hasil penelitian penulis, maka dari itu penulis mengajukan beberapa saran:


(3)

1. Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya, untuk mengungkap lebih dalam tentang sisi lain dari Madrasah Nizhamiyah.

2. Penulis menyarankan kepada petugas perpustakaan, untuk lebih melengkapi koleksi-koleksi buku mengenai kajian timur tengah, khususnya kajian tentang sejarah Madrasah Nizhamiyah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Waana Ilmu, 1999.

Ali, K. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.

Ansary, Tamim. Dari Puncak Bagdad sejarah Dunia Versi Islam, Jakarta: Zaman, 2009.

Anwar, Ali. Peran Madrasah Nizhamiyah dalam Proses Transmisi Ilmu Keagamaan, Jurnal Pendidikan Islam, Vol 9, No 1, Juni 2006.

Armai, Arief. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Angkasa, 2004.

Asari, Hasan. Menikap Zaman keemasan Islam: Kajian atas Lembaga-lembaga Pendidikan. Bandung: Cita Pustaka Media, 2007.

Al-Asnawi, Jamaluddin Abdurrahman. Thabaqat As-Syafi’iyyah, tahqiq: Abdullah Al- Jaburi, Dar Al- Ulum, 1401 H.

Azra, Azumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XII dan XVII. Bandung: Mizan, 1994.

Black, Antony. The History of Islamic Politial Thought: From the Prophet to the Present, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001.

Dewan Redaksi Ensiklopedia, Ensiklopedia Islam, Jilid 4. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, cet XI, 2003.

Adz-Dzahabi, Syamsudin. Siyar A’lam An Nubala. Beirut, Lebanon: Mu’assasah Ar Risalah, cetakan ketujuh.

Eliade, Mirce. Encyclopedia of Religion, vol 9. New York: Simon and Schester Mc Millan, 1993.

Esposito, Jhon L. Ensiklopedia Dunia Islam Modern, Jilid IV. Bandung: Mizan, 2001.


(5)

Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. Penerjemah Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press.1983 M.

Hasan, Ibrahim Hasan. TarikH Al Islam, Mesir: Maktabah An Nahdhah, cetakan kedua, 1982 M.

Hitti, Philip K. History of the Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013.

Ibnu Katsir. Al Bidayah wa An Nihyah, Markaz Al Buhuts wa Ad- Dirasat. Mesir: Dar Hajr, cetakan pertama, 1419H.

Ibnu Khallikan, wafayat Al A’yan, koreksi: Kementrian Pendidikan. Mesir: Dar Al- Ma’mun, 1936 M.

Imad Al Din Al Asphani, Tarikh Saljuk, tahun 1978.

Al-Juwaini, Imam Al Haramain Abdul Malik. Al Aqidah An Nizhamiyyah, anlisis dan tahqiq: Dr. Muhammad Az- Zubaidi, Dar Sabail Ar Rasyad. Beirut:

Dar An Nafa’is, 1424 H.

Lapidus, Ira. M. A. History of Islamic Societies, Ter Ghufron A. Mas’adi, Sejarah

Sosial Umat Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.

Al- Majid, Abd Abd Al Futuh Badawi. Al Tarikh Al Siyasi wa Al Fikri, Al Manshur Mathabi al Wafai, 1988.

Makdisi, George A. Cita Humanisme Islam Panorama Kebangkitan Intelektual dan Budaya Islam dan Pengaruhnya terhadap Renaisans Barat, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005.

Makdisi, George. Religion, law and Learning in Classial Islam, Great Britain: Variorum, 1991.

Maksum. Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.


(6)

Mughni, Syafiq A. Sejarah Kebudayaan Islam Kawasan Turki. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Mukti, Abdul. Kontruksi Pendidikan Islam belajar dari kejayaan Madrasah Nizhamiyah Dinasti Saljuk. Bandung: Cipta Pustaka Media, Cet 1, 2007 An-Nabhani, Taqiyuddin. Sistem Pemerintahan Islam; Doktrin, Sejarah dan

Realitas Empirik, terj. Dari Nizhamul Hukmi fil Islam oleh Magfur Wahid, Bangil: Al- Izzah, 1997.

Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam Pada Priode Klasik dan Pertengahan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Bngkit dan Runtuhnya Daulah Bani Saljuk, ter. Samson Rahman. Jakarta: Pustaka Al Kausar, 2014.

Shaban, Islamic History A New Interpretation, Jilid II. Cambridge: Cambridge University Press, 1981.

Sherwani, Haroon khan. Mempelajari pendapat Sarjana-Sarjan Islam Tentang Administrasi Negara, Ter. Studies In Muslim Political Thought and Administration, oleh M. Arief Lubis. Jakarta: Tintamas 1964.

As-Subki. Thabaqat Asy-Syafi’iyyah, Mathba’ah Isa Al- Halabi, 1384 H.

Syalaby, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 3, Jakarta: Pustaka Al- Husna, 1993.

Syalabi, Ahmad. At-tarbiyah al-Islamiyah, Nidhamuha, Falsafatuha wa Tarikhuha. Mesir: Maktabah an-Nahdlah, 1978.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam. Bandung: Rosdakarya, 1992.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998. Yunus, Mahmud. Pendidikan Islam : Dari Zaman Nabi S.A.W Khalifah-Khalifah

Rasyidin, Bani Umaiyah dan Abbasiyah sampai Zaman Mamluk dan Usmaniyah Turki. Jakarta: Hidakarya Agung, 1992.