ulama Asy’ariyah yang dikutuk oleh Perdana Menteri al-Kunduri pada masa Sultan Tugril Bek. Pada masa al-
Kunduri aliran Asy’ariyah bersama dengan Rafidah dikutuk melalui mimbar-
mimbar masjid, sehingga banyak ulama’ yang melarikan diri, seperti Imam al-
Haramain Abu Ma’ali al-Juwaini dan al-Qusyairi. Ulama-ulama baru mau kembali ke negeri mereka setelah Nizham al-Mulk
menjadi perdana menteri dan melarang pengutukan Asy’ariyah di mimbar-mimbar masjid.
Perannya pada masa Sultan Maliksyah bertambah besar dibanding sebelumnya. Ia dipercaya oleh Sultan Maliksyah, yang ketika naik tahta berumur
18 tahun, untuk mengatur pemerintahan dan menjalankan keputusan politik. Oleh Sultan ia diberi gelar Ata Beq, artinya amir yang dianggap ayah. Ia tetap
menjalankan politik kerjasama dan taat kepada Khalifah Abbasyiah, di antaranya dengan mengawinkan sorang putrinya kepada Khalifah Abbasyiah, ketika itu al-
Muqtadi bin Amr Allah. Pada tahun 479 H 1086-1087 M ia menghapuskan khumus pajak yang
tidak dikenai sanksi syariat, dan meningkatkan sarana dan prasarana bagi mereka yang menunaikan ibadah haji. Setelah Hedzjaz kembali kepada kekhalifahan
Abbasyiah dari kekuasaan Dinasti Fatimiyah pada tahun 468 H1076 M, ia mengamankan jalur perjalanan haji dari Irak ke Tanah Suci dengan memberantas
perampok- perampok yang mengancam jama’ah haji. Selain itu, ia memprakarsai
perluasan Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah, serta pendirian tempat-tempat khusus bagi para abid, zahid dan faqih, serta pendirian
rumah sakit di Nisabur.
Setahun sebelum meninggal, pada tahun 484 H1091 M ia menulis kitab Siyaset-Name buku mengenai politik tentang siasat pemerintahan, berisi 50 bab
nasihat yang digambarkan melalui anekdot-anekdot sejarah.
15
Karyanya tersebut juga di kenal sebagai Siyar al-Mulk siyasat name The Morals of Kings dan
Panjahu-yak-Fassl Fifty-One-Chapters adalah buku pegangan tentang ilmu pemerintahan yang paling tajam dan paling banyak digunakan, yang pernah
ditulisnya, dan kitab itu dipelajari di Iran dan Saljuk Anatolia, Sementara di India kitab itu menjadi “bacaan wajib seorang administrator muslim”. Dibanding tradisi
Ustmani yang statis, kitab itu menjadi cahaya yang inspiratif.
16
Pada tahun berikutnya, ia menambah 11 bab tentang bahaya yang mengancam negara utamanya dari kaum Qaramithah Ismailiyah. Ia mengingatkan
bahaya yang mengancam keutuhan Dinasti Saljuk yang datang dari kaum Qaramithah yang pada tahun 483 H 1090-1091 M menyerbu kota Basra, dan
bermarkas di benteng yang kokoh di Alamut. Kaum ini mempunyai pasukan pembunuh yang disebut Assassin
17
, yang bertujuan menghidupkan Dinasti Fatimiyah. Seorang pasukan Hasan bin Sabbah, yang menyamar sebagai sufi,
berhasil membunuh Nizham al-Mulk di Sihna Nahawand, ketika ia dalam perjalanan dari Isfahan ke Baghdad. Nizham al-Mulk terbunuh pada tanggal 10
Ramadhan 485 H14 Oktober 1092.
15
Ibid
16
Antony Black, The History of Islamic Politial Thought: From the Prophet to the Present, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001, hal. 187-188
17
Assassin adalah sebuah kelompok yang terkenal dengan perbuatan-perbuatan kejam, menipu, dan membunuh. Kelompok ini diketuai oleh Hasan bin Saba yang semasa kecil telah
belajar mazhab Bathiniah dan menganutnya. Pada tahun 471 H 1079 M, dia pergi ke Mesir untuk belajar mazhab Ismailiyah lebih mendalam, dan tahun 473 H1080 M dia pulang ke Persia dengan
menyebarkan seruan kaum Fatimiyah. Seruannya pun mendapat sambutan dari masyarakat, lalu ia berhasil pula menundukan benteng-benteng di Persia dan Syiria benteng Misyad dan Kahf dalam
waktu singkt. Lihat Ahmad Syalaby, Sejarah Kebudayan Islam, jilid 3, Jakarta: Pustaka Al- Husna, 1993, cet. 1, hal 347-348.
C. Sejarah Madrasah Nizhamiyah
Madrasah Nizhamiyah adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh perdana mentri Nizham al-Mulk pada saat Sultan Alp Arslan memimpin Dinasti
Saljuk. Menurut Philip K. Hitti dalam bukunya History Of The Arabs ia mengatakan bahwa Madrasah Nizamiyah didirikan pada 1065 -1067 M oleh
Nizham al-Mulk, seorang menteri dari persia pada kesultanan Dinasti Saljuk, Sultan Alp Arslan dan Maliksyah, yang juga merupakan penyokong ‘Umar
Khayyam.
18
Demikian juga jika kita lihat dalam Ensiklopedi Islam, bahwa Madrasah Nizamiyah didirikan pada tahun 1065-1067, oleh Nizham al-Mulk. Madrasah
Nizamiyah ini pada mulanya hanya ada di Baghdad, Ibu Kota dan Pusat Pemerintahan Islam pada waktu itu, madrasah ini dicatat sebagai madrasah yang
paling termasyhur.
19
Jadi Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang didirikan pada tahun 1065-1067 M, oleh Nizham al-Mulk, tepatnya di kota Baghdad.
Madrasah Nizhamiyah erat hubungannya dengan kemenangan Dinasti Saljuk yang beraliran Sunni, sehingga Madrasah Nizhamiyah dijadikan sebagai
pusat propaganda agama dan politik. Asumsi- asumsi tersebut cukup beralasan, sebab Dinasti Saljuk terkenal sangat fanatik terhadap mazhab Sunni, sehingga
dalam pemerintahannya mengikis habis paham Sy i’ah yang dikembangkan oleh
Dinasti Buwaih dan dalam rangka menghadang paham Ismailiyah yang dipropagandakan oleh Dinasti Fathimiyah di Mesir.
18
Philip K. Hitti, History Of The Arabs, hal. 515.
19
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,Ensiklopedi Islam Jilid.4 , hal. 44.
Kemenangan yang diraih oleh Dinasti Saljuk atas Dinasti Buwaih merupakan langkah awal kemenangan bagi aliran Sunni atas aliran Syi’ah.
Dengan berakhirnya kekuasaan keluarga Buwaih yang telah 113 tahun lamanya mendampingi para khalifah Abbasiyah di Baghdad dari aliran Syi’ah, maka
berkuasalah Dinasti Saljuk yang kemudian mendampingi para khalifah Abbasiyah dari aliran Sunni.
Dengan kemenangan itu, Dinasti Saljuk merasa berkewajiban untuk menentang dan mengikis habis paham-paham yang menurut mereka menyimpang
dari ajaran yang sebenarnya. Langkah yang paling efektif ialah dengan menyiarkan ajaran Sunni dan merealisasikannya ke dalam pendidikan dengan
madrasah-madrasah Nizhamiyah yang didirikan. Konsekuensi logis dari keadaan itu maka terhentilah kegiatan Dinasti Buwaih dalam menyiarkan ajaran-ajaran
Syi’ah kepada masyarakat.
Untuk itu Nizham al-Mulk mengadopsi ide madrasah dan memperbarui sistem
pendidikannya sedemikian rupa untuk memberanguskan politik Mu’tazilah dan sekutunya, Syi’ah, yang ingin merenggut kewenangan negara dan supremasi
Sunni, dan sekaligus meletakkannya sebagai lembaga pendidikan bagi Negara.
20
Dari uraian diatas teranglah bahwa berdirinya Madrasah Nizamiyah didorong oleh adanya pertentangan Ideologi antara kaum Syi’ah dan sekutunya Mu’tazilah
dengan kaum Sunni. Atas prakarsa Perdana Menteri Nizham al-Mulk, berdirilah lembaga
pendidikan berupa madrasah-madrasah Nizhamiyah diberbagai kota. Nizham al-
20
Ibid, h. 111
Mulk banyak mendirikan Madrasah Nizhamiyah seperti di Baghdad, Nisabur, Isfahan, Harat, Basrah, Merw, Amul dan Mosul.
21
Nama Madrasah Nizhamiyah sendiri dinisbatkan kepada nama pendirinya, yakni Nizham al-Mulk, karena
kemungkinan besar Nizham al-Mulk lah yang membiayai pembangunan Madrasah Nizhamiyah. Seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Jauzi “Nizham al-Mulk
menyerahkan wakaf bagi madrasahnya di Baghdad beberapa hektar tanah dan harta bendanya, serta pasar untuk pembangunan madrasah tersebut. Nizham al-
Mulk juga memberikan tanah dari harta wakaf tersebut kepada masing-masing tenaga pengajar, memberikan beasiswa kepada para pelajar sebanyak empat liter
roti setiap hari bagi masng- masing siswa”.
22
Pendirian Madrasah Nizhamiyah bukan hanya didirikan di satu wilayah saja, akan tetapi didirikan di wilayah kota besar dan wilayah yang penduduknya
masih dalam kategori ketertinggalan. Maka dari itu, Sejauh ini memang masih dijumpai perbedaan pendapat para penulis sejarah Islam klasik tentang Madrasah
Nizamiyah yang pertama, Edward G. Browne dan Naji Ma’ruf sebagaimana yang dikutip oleh Abd. Mukti mengatakan bahwa Madrasah Nizamiyah pertama yang
didirikan Menteri Nizham al-Mulk adalah Madarah Naisabur 450 H1058 M yaitu ketika Alp Arslan menjabat Gubernur Khurasan, walaupun kedua sarjana ini
masih berbeda pendapat tentang tahun pendiriannya. Pendapat kedua mengatakan bahwa Madrasah Nizamiyah yang pertama
didirikan oleh Nizham al-Mulk adalah Madrasah Nizamiyah Baghdad 459 H1067M dan bukan Madrasah Nizamiyah Naisyabur, pendapat ini dikemukakan
21
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya Daulah Bani Saljuk, hal. 486
22
Abd al-Majid Abd al-Futuh Badawi, Al-Tarikh Al Siyasi wa Al-Fikri, Al Manshur Mathabi al Wafai, 1988, hal, 185
oleh Ibn Khalikan w.681 H1282 M dan pendapat ini diikuti oleh al-Dzahaby w.748 H1347 M, pendapat kedua sejarawan ini diikuti para penulis dewasa ini
seperti Jurji Zaydan, Ahmad Syalaby, Ahmad Amin dan Muhammad Ghanimat, sebagaimana mereka berpendapat bahwa madrasah pertama didunia Islam adalah
Madarasah Nizamiyah Baghdad. Menanggapi perbedaan pendapat mengenai madrasah Nizhamiyah yang
pertama didirikan, penulis sependapat dengan pendapat yang pertamaa yang dikemukakan oleh Edward G. Browne dan Naji Ma’ruf sebagaimana yang dikutip
oleh Abd. Mukti, bahwa madrasah Nizhamiyah Naisabur adalah madrasah yang pertama didirikan oleh Nizha al-Mulk, hal itu di perkuat dengan pernyataan yang
di kemukakan oleh Ibn Khallikan w.681 H1282 M yang di kutip oleh dalam Hasan Asari dalam bukunya, bahwa madrasah ini dibangun oleh Nizham al-Mulk
untuk Imam al-Haramayn Abu al- Ma’ali al-Juwaini, dan bahwa al-Juwaini
menjadi Mudarris guru besar pada madrasah ini selama lebih dari tiga dekade, yang berakhir dengan kematiannya pada 478 H1085 M, ini bisa digunakan untuk
mereka-reka tahun didirikannya; sangat boleh jadi madrasah ini didirikan pada penghujung 440-an1050-an.
23
Dan kita ketahui bahwa Imam Haramain adalah guru pada madrasah Nizhamiyah Naisabur, jadi madrasah yang pertama didirikan
oleh Nizham al-Mulk adalah Madrasah Nizhamiyah Naisabur. Walaupun banyak ahli sejarah berbeda pendapat mengenai Madrasah Nizhamiyah yang didirikan
pertama kali, pada intinya Madrasah-madrasah itu memiliki tujuan atau motif yang sama dalam pendiriannya.
23
Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam Kajian Atas Lembaga-Lembaga Pendidikan, Bandung;Citapustaka Media, Edisi Revisi, 2007, hal. 90