tahun sebagai penghormatan kepada Syaikh”.
41
Kemudian ada pula penyair yang meratapi dan merasa sedih atas kepergian Abu Ishaq yaitu Abu Al Qasim bin
Naqiya, dia adalah seorang penyair kenamaan.
42
Begitu mulianya Abu Ishaq kematinnya pun banyak orang yang menghormatinya dan banyak orang- orang
yang merasa kehilangan.
3. Al Ghazali
Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath- Thusi, atau lebih dikenal dengan nama Al-Ghazali. Imam Abu Hamid Al-Ghazali lahir di
Thusi
43
, pada tahun 450 H. Al Ghazali adalah salah satu ulama terkemuka pada masa pemerintahan Bani Saljuk. banyak gelar yang di nisbatkan kepada beliau,
yakni Syaikh Al Imam, Hujjatul Islam keajaiban zaman dan ahli ibadah. Dalam sejarahnya beliau begitu banyak meninggalkan karya tulis dan beliau merupakan
ulama yang memiliki kecerdasan yang luar biasa.
44
Bayak ulama yang berpendapat dalam menisbatkan nasabnya, sebagian ulama menisbatkan nasabnya pada Ghazalah tanpa tasydid, yaitu sebuah negeri
tempat kelahirannya. Penisbatan ini di anggap benar dari segi bahasa. Sebagaian yang lain menisbatkan pada Al- Ghazzala dengan huruf Za bertasydid merupakan
bentuk nisbat dari Al-Ghazzal pemintal benang karena pemintal benang merupakan pencaharian ayahnya, dan penisbatan ini juga benar menurut bahasa.
45
41
Syamsudin Adz-Dzahabi , Siyar A’lam An Nubala, vol. 18, hal. 461
42
Ibid, vol. 18, hal. 463
43
Sebuah kota di Khurasan, yang terletak di sebelah Timur Iran dan sekarang lebih populer dengan nama Syahr.
44
Syamsudin Adz-Dzahabi , Siyar A’lam An Nubala, vol. 18, hal. 22-323
45
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bngkit dan Runtuhnya Daulah Bani Saljuk, hal. 621
Al-Ghazali memiliki ayah yang pekerja keras, yaitu sebagai pemintal benang wol, ayahnya meninggal dunia ketika beliau masih kecil dan belum
mencapai usia baligh. Sedangkan ibunya hidup sampai beliau meraih kesuksesan sebagai intelektual pada masanya.
46
Awal mula karier Al-Ghazali ialah sebagai guru pendamping Imam Haramain, dan ketika imam Haramain meninggal dunia Al-Ghazalilah yang menggantikan
posisi imam Haramain, akan tetapi untuk mendapatkan kepercayaan sebagai ulama besar Al-Ghazali tidak main main. Al-Ghazali sering melakukan diskusi
atau berdebat dengan ulama ulama terkemuka lainnya, dan ia berhasil mempertahankan semua argumen yang di keluarkan, hingga para ulama pun
mengakui atas kecerdasan yang di miliki Al-Ghazali. Kemudian Al-Ghazali di angkat sebagai guru besar di Madrasah Nizhamiyah Bagdad. Beberapa ulama
berpendapat seperti Abdul Ghafir Al- Farisi dia mengatakan “popularitasnya
semakin kuat di Bagdad hingga melebihi ulama ulama, para pemimpin dan pejabat negara di istana negara”
47
. Banyak pelajar yang belajar pada Al-Ghazali dan beliau merupakan sosok yang cinta terhadap ilmu pengetahuan tak heran jika
Al-Ghazali banyak memiliki buku yang monumental. Al Ghazali di tugaskan di Madrasah Nizhamiyah untuk mengajarkan dasar
dasar akidah dan pemikiran Ahlussunah dan Al-Ghazali adalah sosok guru yang sangat bersungguh sungguh mengajarkan murid muridnya. Dalam Al-Munqid min
Adh Dhalal, Imam Al-Ghazali mengisahkan kondisinya di madrasah Nizhamiyah me
ngatakan “Aku sangat berkonsentrasi untuk menyampaikan pelajarandan ilmu
46
Thabaqat Asy- Syafi’iyyah, vol. 6, hal. 193-194.
47
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bngkit dan Runtuhnya Daulah Bani Saljuk, Jakarta: Pustaka Al Kausar, 2014 hal.625 lihat juga Rijal Al Fikr Kwa Ad-
Da’wah, vol. 1, h. 173
kepada tiga ratus pelajar di Bagdad”
48
dan Al-Ghazali merupakan ulama yang produktif dalam menulis, seperti yang di katakannya “Aku pun mulai menulis
dalam bidang usul, fikih, ilmu kal am, dan hikmah atau filsafat”
49
. Jadi Al-Ghazali adalah ulama yang menguasi berbagai disiplin ilmu . Ia
memadukan disiplin- disiplin ilmu, seperti ilmu kalam, filsafat, ilmu Syari’at dan
lain-lain dalam kerangka keilmuan yang integratif dengan berdasarkan tasawuf. Salah satu hal penting yang berhasil dilakukan oleh Imam al-Ghazali
adalah ia menghamparkan jalan bagi bangkitnya kembali Ahlussunnah wal Jama’ah pada masa Perang Salib di tengah kehidupan umat Islam yang
terpengaruh berbagai pemikiran. Prof. Ali Muhammad al-Shalabi dalam buku Shalahuddin al-Ayyubi wa
Juhuduhu fi Qadha’ ala al-Daulah al-Fatimiyah wa Tahriri Baitil Maqdis edisi Indonesia Shalahuddin al-Ayyubi Pahlawan Islam Pembebas Baitul Maqdis,
Pustaka al-Kautsar, 2007 mengupas perang besar imam al-Ghazali dalam mengalau aliran Syiah yang menjadi duri kaum Muslimin dalam menghadapi
perang Salib. Dalam memainkan peran ini imam al-Ghazali tidak lepas dari Madrasah
Nidzamiyah. Di madrasah ini imam al-Ghazali menjadi pelopor dalam memerangi pemahaman Syiah Rafidhah Bathiniyah pada zaman itu. beberapa cara dilakukan,
misalnya dengan menumbuhkan budaya intelektual di madrasah, melakukan pendekatan kepada penguasa bahkan dengan operasi penangkapan kepada
pemberontak Syiah.
48
Ibid, lihat juga Al Munqid Adh Dalal, hal.85.
49
Syamsudin Adz-Dzahabi , Siyar A’lam An Nubala, vol. 19, h.173
Salah satu upaya intelektual dilakukan oleh imam al-Ghazali dengan menulis kitab Fadha’ih al-Bathiniyah noda-noda Syiah Batiniyah diterbitkan
pada tahun 487 H atas dukungan Khalifah al-Mustadhir. Karya- karya tulis Imam Al-Ghazali mampu memberikan pengruh yang besar dalam melawan pengaruh